Mohon tunggu...
Vincenso Marco Pujianto
Vincenso Marco Pujianto Mohon Tunggu... Pelajar

Memang sudah seperti itu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Adikara yang Hampa

4 Agustus 2025   21:46 Diperbarui: 29 Agustus 2025   09:51 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustras Seorang Raja (Sumber : https://id.pinterest.com/pin/5207355814711617/)

Dalam struktur kekuasaan suatu negara, istilah adikara merujuk pada kekuasaan tertinggi atau wewenang penuh yang dimiliki oleh pemimpin atau lembaga tertentu. Konsep ini menjadi landasan dalam memahami sistem pemerintahan, baik tradisional maupun modern. Dalam sistem monarki, misalnya, raja dianggap sebagai pemegang adikara yang memiliki otoritas absolut atas rakyat dan wilayahnya.

Adikara tidak hanya berlaku dalam ranah politik, tetapi juga bisa ditemukan dalam struktur organisasi atau lembaga adat. Seorang pemangku adat di sebuah komunitas tradisional bisa memiliki adikara dalam menentukan keputusan penting yang menyangkut tata kehidupan masyarakat. Kekuasaan semacam ini sering kali dianggap sakral dan tidak boleh diganggu gugat.

Namun, di era demokrasi modern, adikara mulai dibatasi oleh hukum dan prinsip-prinsip konstitusional. Kekuasaan tertinggi tidak lagi bersifat mutlak, melainkan dibagi melalui sistem check and balance agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang. Dengan demikian, makna adikara tetap hidup, namun disesuaikan dengan tuntutan zaman yang mengedepankan keadilan dan partisipasi publik.

Pemahaman terhadap konsep adikara penting dalam kajian ilmu politik, hukum, dan budaya. Istilah ini mencerminkan bagaimana kekuasaan dipahami, dijalankan, dan dibatasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Takhta yang Sunyi

Di singgasana yang dibangun dari batu leluhur dan darah sejarah, Regnatus duduk diam seperti patung yang dilupakan waktu. Jubah merahnya menjuntai hingga menyentuh lantai istana yang dingin, sementara mahkota emas di kepalanya hanya berkilau redup dalam cahaya obor yang gemetar. Ia tak lagi muda, dan matanya menyimpan lebih banyak malam daripada siang. Di dalam dada yang pernah dipenuhi bara ambisi, kini tinggal bara yang nyaris padam.

Ia adalah penguasa tujuh negeri, penakluk lautan dan pegunungan, raja dari segala raja. Namanya menjadi gema di aula kekuasaan dan bisik ketakutan di mulut musuhnya. Dunia telah ia genggam, dan semua lidah membisu di hadapannya. Ia dapat menghancurkan kota hanya dengan satu perintah, membelah tanah hanya dengan satu isyarat. Tidak ada lagi medan yang tak ia taklukkan, tidak ada lagi suara yang berani menentangnya.

Namun malam ini, sesuatu yang lain datang. Bukan pemberontakan, bukan perang, bukan ancaman. Malam ini datang dengan cara yang lebih halus, lebih sunyi, dan lebih mematikan. Ia datang sebagai bayangan dalam hati, sebagai kehampaan yang tak bisa dibunuh dengan pedang. Di ruang takhta yang luas dan megah, Regnatus duduk seorang diri, dikelilingi hening yang bahkan tidak berani bicara.

Ia mencoba mengingat kembali masa mudanya. Saat suara ibunya memanggil dari halaman belakang. Saat ia tertawa bersama rakyat jelata, sebelum dunia menuntutnya menjadi lambang kekuatan. Tapi semua itu telah jauh, terkubur oleh gelar, ritual, dan dinding batu yang menghalanginya dari dunia nyata. Ia bisa memerintah ribuan orang, namun tak lagi mampu menyentuh satu jiwa dengan kejujuran.

Regnatus menatap langit-langit yang tinggi dan kosong. Ia bertanya dalam hati, apakah ini makna sejati dari kemenangan. Apakah manusia memang ditakdirkan untuk terus mengejar, tanpa pernah merasa tiba. Ia telah mencapai puncak, tetapi justru di sanalah ia merasakan kehampaan paling dalam. Tak ada musuh tersisa, namun juga tak ada alasan untuk berjuang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun