Ibu, aku bibit pembangun bangsa
dan bantu aku untuk tumbuh... di media yang tepat
Â
Puisi ini kutulis mewakili suara hati bocah kecil di keluargaku yang selalu merasa tersiksa dengan suasana di sekolahnya dan kreatifitasnya perlahan mulai padam dikarenakan guru yang hanya mengajar untuk kejar tayang bab-bab di buku teks.... anak-anak yang dipaksa menghafal bukan diberi kesempatan untuk memahami pelajaran lewat berbagai cara. Guru yang tidak perduli pada level kemampuan murid yang beragam. Pekerjaan guru yang sangat gampang, hanya modal buku teks tidak memperkaya pelajarannya dengan sumber-sumber lainnya, juga tidak pernah terfikir untuk memberikan variasi kegiatan belajar mengajar..konon lagi menggunakan alat bantu pembelajaran yang interaktif...
Mari kita lihat sekeliling kita....sekolah model seperti ini masih sangat dominan jumlahnya..sekolah-sekolah yang notabene sudah berubah lebih up to date jumlahnya terbatas dan terbatas pula anak-anak yang bisa sekolah didalamnya dikarenakan mahalnya (uang sekolah ngalahin biaya kita S2)
Namun, pertanyaannya adalah apakah guru-guru yang telah di sertifikasi dan mendapat gaji yang wow (bahkan untuk guru swasta dapat gaji dobel dari sekolah + pemerintah), tidakkah mereka bisa berubah? Apa gunanya mereka di sertifikasi kalau tidak memberi dampak yang signifikan bagi pendidikan anak-anak kita?Â
Just my busy mind... Â ;)
[caption caption="sekolah model pabrik"]


Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI