Mohon tunggu...
Vina Fitrotun Nisa
Vina Fitrotun Nisa Mohon Tunggu... Penulis - Pegawai Pemerintah Non PNS

Tertarik pada isu-isu pembangunan. Berjuang untuk perubahan positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jamu Porsi Gentong

30 Juni 2022   20:14 Diperbarui: 30 Juni 2022   20:19 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: https://semarangpedia.com/sebanyak-596-peserta-ikuti-festival-ratu-jamu-gendong/

Mba Katmi adalah seorang janda yang baru saja ditinggal mati suaminya. Untuk menghidupi ketiga anaknya yang masih kecil ia terpaksa berjualan jamu gendong. Sebenarnya ia lebih senang jika menjadi pembantu di rumah orang kaya, tapi karena ia tak tega meninggalkan anak-anaknya ia pun berusaha menjalani pekerjaan ini dengan sukacita.

Sejak pukul 03.00 dini hari mba katmi biasanya sudah bangun dan mulai merebus bahan-bahan untuk jamu, pagi harinya ia pun mulai berjalan menyusuri gang-gang sempit di kota Jakarta. Ia menjual jamu dengan harga 2000 per gelasnya.

"jamu, jamuuuuu," teriak mba katmi dengan logat khas Jawanya.

Itu adalah hari pertama dia berjualan. Penduduk sekitar Rawa Pule masih asing dengan suara dan wajahnya.

"Jamu mas." Tanya mba katmi sambil melempar senyum ramahnya.

Bapak-bapak paruh baya yang sedang sibuk mencuci motornya menghentikan langkah mba katmi,

Sejenak bapak itu menghentikan aktivitasnya, dilihatnya wajah mba katmi yang bersahaja dan terlihat lelah memikul gendongan jamu.

"Bu, saya beli jamu ya 2 gelas," pinta si Bapak.

Bapak tersebut melihat gelas mba katmi yang masih kering dan bersih, dilihatnya jam di tangan menunjukkan pukul 8.

Mba katmi sangat senang karena bapak ini adalah pembeli pertamanya. Dengan sigap ia menuangkan deretan botol jamu yang ada di gendongannya. Berbeda dengan penjual jamu lainnya, mba katmi menggunakan gelas yang lebih besar untuk wadah jamu itu, sehingga isi jamu lebih banyak ketimbang jamu lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun