Mohon tunggu...
VIKTORINUS REMA GARE
VIKTORINUS REMA GARE Mohon Tunggu... Guru - Apa adanya,jujur,bertanggung jawab dan pekerja keras
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pejuang Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menepis Badai (Cerita Bersambung)

27 Februari 2021   01:23 Diperbarui: 27 Februari 2021   01:41 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Dengan keadaan seperti itu, kebutuhan pangan sudah pasti tidak mencukupi selama setahun. Sehingga ketika persediaan padi maupun hasil kebun lainnya sudah tidak ada, yang biasanya terjadi pada bulan Oktober hingga Maret, rata-rata penduduk di kampungku pergi ke hutan mencari umbi hutan dan kacang hutan untuk dimakan. Dengan itulah kami makan sekeluarga. Dan biasanya bapakku atau ibuku mengunyahnya dulu baru diberikan kepadaku untuk aku makan.

Ketika usiaku tujuh tahun, tepatnya tahun seribu sembilan ratus delapan puluh tiga, aku disekolahkan di salah satu sekolah dasar, "Sekolah Dasar Inpres Malapare" yang tidak jauh dari rumahku, kurang lebih satu kilometer jaraknya.

Seperti anak anak yang lain seusiaku, sepulang sekolah kalau tidak bermain gasing atau bermain buah kemiri, pasti aku berburu belalang atau burung puyuh di padang bersama teman temanku. Setiap hari minggu, aku bersama teman-teman memancing ikan air tawar dan udang di kali. Mata pancing yang digunakan adalah peniti yang dilengkungkan, sedangkan umpannya adalah cacing tanah.

Kadang aku mengikuti ayahku menggembalakan kerbau di padang pada saat libur. Kerbau-kerbau yang digembalakan adalah kumpulan kerbau dari beberapa pemiliknya yang ada di kampungku, kadang kerbau-kerbau dilepas dari kandang untuk digembalakan di padang secara bergilir selama dua hari setiap mendapat giliran.

Aku paling senang duduk di atas pundak kerbau ketika mereka sedang asyik memakan rumput. Dan pada sore hari, aku bersama bapak menggiring kerbau-kerbau memasuki kandangnya.

Setamat Sekolah Dasar, tahun seribu Sembilan ratus sembilan puluh, aku melanjutkan sekolah di salah satu sekolah menengah pertama, SMPS Slamet Riyadi Soa namanya. Letaknya kurang lebih dua kilometer dari rumahku.

Mendapat teman-teman baru yang datang dari berbagai kampung dan daerah, adalah suatu kebanggaanku saat itu. Bertemu guru-guru baru, adalah sesuatu yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.

Aku selalu diminta oleh guru Bahasa Indonesiaku, Ibu Katharina Kae, menyanyikan lagu untuk menyejukkan suasana kelas yang jenuh ketika jam siang kira-kira pukul 12.00. Lagu andalanku yang sering aku nyanyikan adalah lagu daerah berjudul 'O Ine,O Ema' (O ibu, O bapa). Syair lagunya adalah seperti berikut:

"ooo ine.. eeee, ooo Ema..aaaa, Ota ola lau da tonaaa 2x

Mete da ine anu, ti'i kaa lei mepu pauu,

Mete da ema awe, ti'i kaa lei awe nangee Mete da azi dama, azi dama da woee bangaa..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun