Mohon tunggu...
Viersya Panggabean
Viersya Panggabean Mohon Tunggu... Novelis - Viersya Panggabean

just wanna tell what I wanna say

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Curhat : Ada Kalanya Aku Juga Ingin Bergantung

23 Juni 2014   06:01 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:46 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tahu pengorbanan orangtuaku untuk melahirkan dan mengasuhku sudah sangat banyak. Pengorbanan mereka untuk menyekolahkanku dan mendidikku agar bisa diterima dunia luar juga luar biasa banyak.

Aku tahu diri. Ketika kuliahku menginjak tahun kedua dan aku sudah dapat 80% gaji, aku tahu diri untuk tidak meminta uang bulanan lagi pada orangtuaku. Kebetulan selama 4 tahun kuliah aku, tidak ada uang semesteran yang harus dibayar, buku pun bisa minta warisan kakak kelas, makan dan tempat tinggal pun diberikan gratis dari kampus. Jadi orangtuaku hanya memberikan uang bulanan cukup untuk jajan, kebutuhan sehari-hari dan untuk fotocopyan bahan pelajaran selama satu tahun pertama kuliah.

Tahun ketiga kuliah aku butuh laptop yang menunjang kuliahku. Pada awal kuliah, orangtuaku telah menjanjikan laptop akan diberikan apabila aku bisa masuk tempat kuliah itu. Maka tahun  ketiga kuliah, aku menuntut janji yang telah dijanjikan padaku. Tapi ternyata tak semudah itu memintanya. Banyak tapi-tapian yang mengiringinya, adek masih banyak yang harus kuliahlah, mahallah, harus aku cicillah.

Awal aku mengiyakan. Aku memang anak pertama dan tahu diri masih punya adek-adek yang masih panjang perjalanan pendidikannya. Tapi ketika akan lulus, adikku yang no. 2 dibelikan laptop tanpa janji dan tuntutan penggantian apa-apa. Aku mengembalikan lagi janji awal orangtua tentang membelikanku laptop. Akhirnya mereka mengiyakan dan menghapuskan utang laptop.

Lulus kuliah, banyak keperluan yang harus dibeli untuk ngontrak rumah bersama teman-teman. Tabunganku habis untuk uang kontrakan selama setahun. Sehingga untuk keperluan isi kontrakan, aku meminta pada orangtuaku. Dan ternyata tak bisa lagi. Akhirnya aku meminjamnya dengan janji akan mengembalikannya. Dan janji itu aku penuhi. Kubayar utang-utang itu tanpa tapi-tapian minta potongan.

Sewaktu wisuda orangtuaku datang untuk menghadirinya. Kembali lagi mereka berjanji akan membiayai kuliah lanjutanku (S2) karena selama kuliah S1, mereka tidak pernah membiayai kuliahku. Ketika setahun bekerja aku mencoba untuk melanjut kuliah lagi, dan janjipun kutagih. Dan tahu apa lagi yang terjadi? Ya, embel-embel sama terulang lagi dengan tambahan, masa ga bisa biayain sendiri, kan sudah punya gaji. Maka kembali aku mengalah. Karena menurutku untuk biaya semesteran segitu, aku masih bisa menanggungnya. Walaupun  mereka tidak tahu masih ada martikulasi, biaya seminar-seminar, buku-buku yang wajib beli yang harus aku tanggung juga. Walaupun berat, aku bisa untuk menanggungnya sendirian. Belum lagi, karena sudah kerja, aku jadi tempat untuk adik-adikku meminta ketika mereka kekurangan uang bulanan dan butuh apa-apa tapi tak berani memintanya ke orangtua. Belum lagi ketika kakak sepupuku menikah dan aku tidak diperbolehkan pulkam, katanya lebih baik mengirim uang saja untuk menambah biaya pernikahan kakak sepupuku. Maka kukirimkan lebih dari ongkos pp pulkamku.

Ketika aku tahu semester akhir akan banyak biaya-biaya yang tidak bisa kutanggung sendiri, maka aku meminta untuk dibiayain. Aku menuntut janji awal, walaupun hanya untuk semester akhir saja. Itupun karena tabunganku tidak sanggup untuk membiayainya. Tapi embel-embel itu selalu dikeluarkan, seakan sudah ada hak lagi buatku untuk menuntut, sudah kerja dan masih banyak adik yang harus dibiayain sekolahnya. Aku tahu aku anak pertama dan mempunyai adik-adik yang harus sekolah. Aku tahu sebagai anak pertama aku harus mengalah, tapi tidak harus selalu mengalah. Aku masih tanggung jawab ibu bapakku, masih bisa menuntut hak pendidikanku apalagi hal itu sudah dijanjikan dan apalagi janji adalah utang. Salahkah aku masih ingin menuntut?

Bukan tidak bisa uang sejumlah segitu untuk biaya semester akhir, bisa kuusahakan dengan meminjam melalui koperasi ataupun bank. Masih sangat bisa kuusahakan dengan meminjamnya. Tapi aku kan masih tanggung jawab orangtuaku, bukan iri tapi aku masih ingin dibiayain oleh mereka seperti adik-adikku. Salahkah aku masih ingin bergantung pada orangtuaku?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun