Mohon tunggu...
Evi Yuniati
Evi Yuniati Mohon Tunggu...

Bermimpi, bercita-cita menjadi penulis...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Cinta Bertasbih...

22 September 2009   07:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:42 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelum filmnya diluncurkan, saya sudah terlebih dulu membaca dua seri bukunya. Menarik memang karya kang Abik ini. Hanya saja bila sudah membaca bukunya untuk menonton filmnya...boleh juga sih, soalnya kita bisa lihat dari sisi visualnya. Hanya saja namanya film, tidak mungkin kan satu buku itu dipertontonkan semua bisa-bisa bosen lah penonton karena kepanjangan :-) Meskipun terpenggal-penggal namun saya yakin benang merah dari ceritanya tidak berbeda jauh dengan yang ada di buku.

Ketika Cinta Bertasbih ini, menceritakan perjalanan cinta dua tokoh utamanya yaitu Chairul Azzam dan Anna Althafunnisa, yang berkenalan di bus metro karena teman Anna kecopetan dan Azzam datang membantu, hanya saja ketika berkenalan Azzam memakai nama Abdullah.

Sejak perkenalan itu hati Anna sudah tertarik pada Azzam hanya saja tak tahu kapan lagi mereka bisa bertemu dan Annapun sudah dipinang oleh Furqan yang tak lain adalah sahabat Azzam. Setelah mengetahui bahwa Anna sudah dipinang Furqan, Azzampun mematahkan niatnya untuk mendekati Anna.

Setelah kembali ke tanah air, Anna dan Furqan menikah. Sebelum mempersunting Anna, Furqan terlibat peperangan bathin yang mana dia sudah didoktrin oleh orang yang memerasnya dengan mengatakan Furqan mengidap HIV. Furqan yang begitu mencintai Anna sungguh tak ingin kehilangan Anna dan demi cintanya pada Anna, disembunyikan perihal cerita HIV-nya. Selama 6 bulan, Furqan tak memberikan nafkah bathin yang membuat Anna bingung dan bertanya perihal yang disembunyikan Furqan. Dengan dalih tak ingin men-dzolimi Anna, Furqan pun mengakui mengenai penyakit HIV. Sontak Anna terkejut dan memutuskan untuk bercerai dari Furqan.

Di lain sisi, Azzam berjuang mencari cinta dengan bantuan adik dan ibunya yang mengenalkan dia dengan beberapa wanita sholeha untuk menjadi calon pendampingnya. Sementara Elliana yang sudah jatuh cinta pada Azzam sejak acara budaya yang di gelar di Kedubes Cairo, tidak sesuai dengan kriteria Azzam. Sungguhnya Azzam menyukai Elliana, hanya karena dia tak berbusana muslim dan seorang public figur Azzampun mengurungkan niatnya untuk meneruskan perasaannya pada Elliana.

Setelah Azzam menemukan calon pendamping yang sudah dilamarnya, musibah yang merenggut nyawa ibunya dan juga membuatnya terluka dan harus beristirahat beberapa lama membuat hubungan pertunangan itu terputus. Akhirnya Azzam menitipkan cincin yang dikembalikan mantan tunangannya kepada Kyai Lutfi, ayah Anna untuk disematkan di jari wanita yang menurut pak Kyai pantas menjadi pendampingnya. Kyai Lutfi yang sudah sejak awal menyukai Azzam, menjodohkannya dengan Anna dan tanpa ada penolakan yang berarti Azzam pun menerima Anna sebagai pendampingnya.

Disini memang kita bisa melihat bahwa yang namanya jodoh itu tak akan lari kemana. Seperti apapun jalannya bisa sudah berjodoh pasti akan bertemu juga. Mungkin sisi inilah yang ingin disampaikan oleh kang Abik. Hanya saja dalam hal ini saya ingin menyampaikan pendapat teman saya yang berbeda setelah melihat film Ketika Cinta Bertasbih 2, yang secara sayapun tak sampai melihat pada sisi itu. Meminjam pendapat teman saya mengenai KCB2 :

"secara akting lumayan bagus Mba. tapi sayang ada pesan agama yang sangat berpihak ke "orang soleh". Orang yg sedang ingin memperbaiki diri, terasa dinomer duakan. contohnya si furqon yg sangat jujur dengan penyakitnya. eh,si isteri tanpa berpikir sehat, langsung minta diceraikan. Serasa mengambil mentah-mentah titah agama yg menyebutkan bahwa ... perempuan baik-baik akan mendapat pasangan yg baik juga. demikian sebaliknya perempuan yg "kurang baik". Nah, film terasa aneh ketika semua permasalahan diselesaikan dengan kematian dan bahasa "takdir". "

Jujur saya sama sekali tak melihat sisi ini sebelumnya. Termasuk pada saat saya membaca bukunya. Karena focus saya tertuju pada tokoh utamanya Azzam dan Anna. Sementara Furqan dan Elliana adalah tokoh tambahan yang menurut saya sekedar lalu begitu saja.

Disini saya akhirnya melihat bahwa apa yang teman saya sampaikan itu memang ada benarnya. Dia melihat dari sisi Kejujuran dimana Furqan yang sudah jujur dengan penyakit yang dideritanya walaupun pada akhirnya terbukti dia negatif HIV dan dia hanyalah korban pemerasan saja, juga Elliana yang sudah jujur dengan perasaannya pada Azzam hanya dipandang sebelah mata oleh Azzam. Memang yang namanya kejujuran itu tidak selalu mendapat tanggapan positif. Terkadang kejujuran itu menyakitkan, dimana kita diperhadapkan pada kenyataan yang tak sesuai dengan keinginan kita.

Saya salut juga dengan pendapat teman saya itu. Dia bisa melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Tidak banyak orang yang akan berpandangan sama dengan teman saya itu karena, sisi kejujuran itu memang hal yang terselip dalam cerita KCB yang ditulis kang Abik. Kiranya pesan kejujuran yang terselip ini mampu membuat kita mengerti bahwa sepahit apapun kenyataan yang kita terima dari kejujuran itu harus dihargai dan diterima dengan lapang dada sekalipun berat menerimanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun