Mohon tunggu...
Videla Natasya
Videla Natasya Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi dance

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fomo: Saat Kita Sibuk Mengejar Kehidupan OrangLain, Tapi Lupa Bahwa Kebahagiaan Kita Sedang Dicuri Perlahan

16 Juli 2025   13:57 Diperbarui: 16 Juli 2025   13:57 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Marah yang datang dari teman, bisa menyisakan luka paling dalam (Sumber: Brangkas Pribadi/Videla)

Tapi di tengah semua itu, kita lupa satu hal penting: tidak semua hal harus kita ikuti. Tidak semua pencapaian orang lain harus menjadi standar hidup kita.

Bayangkan jika kamu adalah pohon jambu, lalu kamu terus cemburu pada pohon mangga karena buahnya lebih besar. Padahal kamu diciptakan untuk memberi rasa yang berbeda, dan punya musim panen yang berbeda pula.

Begitu pula hidup. Kita semua punya musim masing-masing. Ada yang mekar duluan, ada yang belakangan. Dan tidak apa-apa. Serius, tidak apa-apa.

Belajar Hidup Tanpa Terus Menengok ke Kiri dan Kanan

Hari itu aku putuskan untuk berhenti sejenak. Bukan berhenti dari hidup, tapi berhenti membandingkan. Aku mulai melatih diri untuk bersyukur atas hal-hal kecil. Aku tulis setiap malam: tiga hal yang membuatku tersenyum hari ini. Kadang hanya nasi goreng buatan sendiri. Kadang tawa adikku. Kadang sinar matahari pagi yang hangat.

Perlahan-lahan, aku mulai merasakan perubahan. Aku tidak lagi gelisah jika tidak hadir di suatu acara. Aku tidak merasa bersalah jika tidak update story. Aku mulai nyaman dengan diriku sendiri dengan hidupku yang pelan-pelan, tapi penuh warna dan makna.

Menutup Artikel Ini: Sebuah Pelukan untuk Siapa Pun yang Pernah Merasa Tertinggal

Untukmu yang membaca ini dan pernah merasa tidak cukup, pernah merasa terlambat, pernah merasa kalah aku ingin berkata:
Kamu baik-baik saja. Kamu tidak ketinggalan apa pun. Kamu hanya sedang berjalan di jalur yang unik, dan tidak ada yang bisa membandingkan kecepatanmu dengan siapa pun.

Berhentilah sejenak. Tatap langit. Lihat dunia nyata yang indah ini. Lepaskan ponselmu. Peluk dirimu sendiri.
Dan katakan: "Aku tidak ingin terus hidup dalam rasa takut. Aku ingin hidup dalam rasa syukur."

Karena pada akhirnya, hidup bukan tentang siapa yang paling bersinar di layar, tapi siapa yang paling damai di dalam hati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun