Mohon tunggu...
Vida Hartanto
Vida Hartanto Mohon Tunggu... Seniman - Social Media Marketing

Alumni Bahasa dan Sastra Indonesia UGM. Sesekali menulis, lebih sering menyanyi di kamar mandi.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pantai Cemara Sewu, Pesona Tersembunyi Bantul Selatan

29 November 2020   11:37 Diperbarui: 2 Desember 2020   20:01 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pohon cemara memenuhi wilayah Pantai Cemara Sewu, seperti namanya, tampak rindang dan sejuk sekalipun di siang hari yang cukup terik. Berjalan lagi, terlihat seorang pria berbaju putih bersama seorang wanita yang memangku bayi sembari duduk di atas tikar di bawah pohon cemara, menghabiskan waktu bersama keluarga di sela kesibukan. Udara pantai di akhir minggu memang mampu menjadi penawar yang cukup sepadan dengan pekerjaan yang dijalani selama hari kerja.

Terus berjalan mendekati bibir pantai yang tidak tertutupi pohon cemara, tampak banyak bapak-bapak yang menarik ulur pancingnya sebelum akhirnya ditancapkan di pasir-pasir, sebagian membawa anaknya yang kegirangan berkejaran dengan ombak. 

Sesungguhnya saya merasa sedikit ngeri, karena seperti pantai-pantai di daerah Selatan Pulau Jawa, ombak yang ada di Pantai Cemara Sewu adalah ombak yang besar, riuh, dan berbuih. 

Selama kami di tepi pantai, belum ada ikan yang berhasil ditangkap oleh para pemancing di sana. Namun, konon, orang yang memancing tidak hanya bertujuan untuk mendapat ikan, tetapi bertujuan untuk mendapat ketenangan batiniah, mungkin itulah mengapa banyak orang yang memiliki hobi memancing.

Di sore pukul empat, ketika matahari masih cukup terik, tidak hanya pencari ikan yang masih gigih, seorang pedagang siomai tradisional masih setia berkeliling mendorong sepedanya. Seorang anak perempuan berkuncir dua melambaikan tangan untuk membeli siomai itu. 

Di sisi lain pantai, ada jalur ATV atau all terrain vehicle yang biasanya disewakan untuk para pengunjung. Akan tetapi, sore tadi tidak tampak adanya orang yang mempersewakan ATV, mungkin karena pengunjung cenderung lebih sedikit di masa pandemi. Nekat membawa ATV ke tepi pantai yang sepi pengunjung bukanlah pilihan yang menguntungkan.

Lelah menyusuri pantai, saya dan kawan memilih menepi sejenak untuk membeli mie instan dalam wadah styrofoam dan beberapa botol minuman. Memang tidak ramah lingkungan, tetapi hanya itu yang tersedia. 

Bagi kami, menahan lapar lebih sulit dibanding menahan rindu. Akan tetapi, kami tidak membuang sampah sembarangan, karena ada tempat sampah terpisah yang disediakan oleh pengelola pantai. Sampah daur ulang akan dikumpulkan di bank sampah Kabupaten Bantul untuk diolah menjadi sesuatu yang lebih berguna.

Setidaknya, sebagai alumni sekolah adiwiyata yang kelaparan, kami masih mencoba menjaga lingkungan. Di Pantai Cemara Sewu, tidak sulit mencari tempat duduk, kami dapat duduk di cabang-cabang pohon cemara yang tidak terlalu tinggi dan cukup kuat untuk digunakan sebagai tempat duduk. 

Ditemani semilir angin dan bau laut yang bercampur dengan aroma mie instan rasa soto yang kami beli, menunggu senja tiba bukanlah hal yang buruk atau membosankan.

Ketika jam di layar ponsel kami menunjukkan pukul lima, kami mulai menuju tepi laut. Seiring dengan matahari yang semakin ke Barat, langit mulai berganti warna menjadi paduan biru yang bergradasi dengan jingga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun