Mohon tunggu...
Victoria Tiara Devi
Victoria Tiara Devi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seseorang yang sedang belajar menulis.

Seorang mahasiswa salah satu Universitas di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Senja dan Kenangan di Kota Yogyakarta: Bukit Paralayang Watugupit

19 Maret 2021   00:01 Diperbarui: 19 Maret 2021   00:09 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Dari pusat Kota Yogyakarta, tepatnya di Titik Nol Kilometer Yogyakarta saya melewati Jalan Parangtritis. Setelah menemukan Jalan Parangtritis, jalan yang dilalui hanya jalan lurus terus mengikuti jalan Parangtritis sekitar 29 kilometer. Namun, ditengah jalan nantinya pengunjung akan berhenti di dua pos retribusi terlebih dahulu.

Pos retribusi pertama yakni sebelum memasuki wilayah Pantai Parangtritis. Di pos retribusi pertama pengunjung diwajibkan untuk membayar retribusi Rp10.000,- per orang. Pos retribusi kedua yakni sebelum memasuki kawasan perbukitan yang hendak masuk Kabupaten Gunung Kidul. Di pos retribusi kedua pengunjung diwajibkan untuk membayar retribusi Rp5.000 per orang.

Setelah membayar di pos retribusi, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan menuju Bukit Paralayang Watugupit kurang lebih sekitar 10 menit lagi. Nantinya pengunjung akan melewati jalan yang naik turun dan berkelok, jadi pengunjung diharap berhati-hati dan menyiapkan kendaraan yang memiliki rem yang kuat. Jalan yang naik turun dan berkelok itu nantinya akan terbayarkan setibanya di Bukit Paralayang Watugupit.

Sesampainya di Bukit Paralayang Watugupit, pengunjung tidak diminta untuk membayar tiket masuk. Pengunjung hanya perlu membayar parkir sejumlah Rp3.000,- kendaraan bermotor.

Menikmati Senja di Perbukitan

Setelah memarkirkan kendaraan, lalu saya diberi arahan oleh tukang parkir untuk menaiki anak tangga yang ada didepan saya. Pengunjung diminta untuk menaiki anak tangga yang masih tergolong cukup mudah. 

Namun pengunjung tetap perlu berhati-hati karena tangga yang dilalui belum terbuat dari semen atau kayu, melainkan masih terbuat dari batu atau tanah yang masih asli. 

Di pertengahan jalan menaiki anak tangga, ternyata tidak semua anak tangga terbuat dari batu atau tanah, melainkan sudah dibuat dengan menggunakan semen akan tetapi hanya setengah perjalanan saja hingga ke puncak, belum secara keseluruhan.

Ketika hendak mencapai puncak, sudah tersedia banyak kursi dan meja yang memfasilitasi pengunjung untuk menikmati sunset. Di tempat itu juga sudah terlihat banyak pengunjung yang sudah mengisi tempat yang sudah disediakan. 

Di tempat itu saya sudah dapat melihat keindahan bibir Pantai Parangtritis yang indah. Namun kala itu matahari masih lumayan terik. Namun saya tidak hanya berhenti disitu saja. Saya tetap melanjutkan perjalanan saya menaiki anak tangga sampai ke puncak.

Setibanya di puncak, saya kaget karena ternyata sudah ada banyak masyarakat yang menunggu sunset itu tiba. Namun saat di puncak, masyarakat tidak disediakan meja dan kursi, jadi masyarakat yang hendak menikmati keindahan Pantai Parangtritis dan menunggu sunset ini harus duduk dibawah tanpa alas duduk. Masyarakat yang berkunjung di Bukit Paralayang Watugupit ini mayoritas adalah anak muda, namun ada pula para orang tua beserta anak mereka juga datang untuk menikmati keindahan sunset di Bukit Paralayang Watugupit tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun