Mohon tunggu...
sastrabiru
sastrabiru Mohon Tunggu... GURU -

Pak Guru. kurang piknik, kelebihan ngopi.~

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Kebakaran & Sedikit Catatan Seorang Awam (Bongkudai)

23 Agustus 2016   14:34 Diperbarui: 23 Agustus 2016   14:45 3573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi (Vicky Mokoagow)

Bongkudai, 22 Agustus 2016.

Malam di dusun kami masih sama. Tak lenggang, juga tak cukup ramai. Bulan purnama masih menggantung di langit, memancar binarnya yang temaram hingga air-air di sawah memantulkan kembali cahayanya. Rumah-rumah yang tenang, anak-anak kecil yang masih berkejaran di lorong-lorong beralas beton, lalu lalang jalanan yang lepas, dan orang-orang tua yang memangku badan di depan televisi untuk menonton serial import dari Turki, juga anak-anak muda yang nangkring di beberapa titik kampung. Wajah dusun kami selalu sama setiap malamnya.

Pukul 21.00, Yedi, Diaz dan Cristy baru saja meninggalkan teras rumah. Malam ini kami seakan bersepakat untuk masuk kamar lebih cepat; entah karena tak ada lagi rokok yang menemai bincang-bincang kami, atau karena ada urusan masing-masing yang lebih penting daripada kongkow-kongkow latah yang selalu bertemakan itu-tu saja. Selepas tiga orang itu hilang dipekarangan rumah, saya menuju dalam rumah sembari memeluk gitar. Baru sadar, badan masih apek karena belum mandi seharian, mandilah jadinya.

***

21.-- (entah lewat beberapa menit), sehabis mandi, saya kembali ke beranda untuk santai sembari bermain handphone. Maklum, jaringan tri hanya terterima jika sedang berada di teras rumah. Sembari memandang layar gawai,sesekali saya melepas pandang ke jalanan yang tak lagi sesibuk beberapa jam sebelumnya.

Hawa dingin mulai menusuk kulit, saya memilih untuk menuju kamar, meninggalkan beranda beserta kursi-kursi dan meja yang menanggung gigilnya sendri-sendiri. Mendapati istri sedang masyuk rebahan sembari menonton tivi di kamar, saya menyuruk badan keatas tilam, ke samping istri yang sedang sedap hangat berselimut tebal.

Merasa nyaman dengan posisi rebahan disamping istri sembari memelototi tivi, dalam batin menyentil; jadi yakin malam ini nonton tivi saja sampai ketiduran? Ndak mau baca buku? Hmmm, memang saat badan berjumpa empuknya kasur, segala macam prinsip dan agenda-agenda penting kadang terabaikan tak berdosa begitu saja. Apalagi cuma persoalan mbaca buku, heuheuheuheu.  Yah,namanya juga manusia, kalau sudah di atas kasur kadang sering lupa soal isi dapur, terelebih urusan-urusan kenegaraan. hihihihi...

Baru beberapa menit leyeh-leyeh diatas kasur, serangan kantuk sudah bertubi-tubi, frontal sekali rasanya. Bisa-bisa jurus tanpa bentuk ala om Seno pun angkat tangan menghadapi serangan ini. Jadilah mata yang mulai selow, tak lagi fokus memelototi tivi, ancang-ancang menuju alam bawah sadar.

Dari luar rumah, sayup-sayup suara menembus fentilasi kamar, entah berbicara soal apa, tak jelas arah darimana karena terganggu dengan suara televisi yang sedang riuh dengan tawa penonton melihat pertunjukkan Stand-Up Comedy Academy.

Semacam teriakan panik begitu, saya tak acuh, karena galibnya di saban malam, tongkrongan anak-anak baru gede (remaja puber) di samping rumah kadang suka kebablasan jika sedang lupa diri saat kongkow-kongkow, hingga gelak tawa serta basa-basi mereka kadang menjadi semacam ajakan perang untuk orang-orang tua yang butuh istirahat karena kelelahan menghabiskan hampir seharian bekerja di sawah. Ribut!

Tak lama berselang, suara teriakan dari luar rumah menjadi semakin kencang, semakin terang menyambar telinga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun