Mohon tunggu...
Vicky Laurentina
Vicky Laurentina Mohon Tunggu... Penulis - Food blogger Indonesia

Saya melakukan food blogging di http://vickyfahmi.com.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Betulkah Tidurnya Orang Puasa adalah Ibadah?

29 April 2021   03:25 Diperbarui: 29 April 2021   03:34 1294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tidur ketika puasa. Sumber: Dokumen pribadi

Karena pelajaran agama waktu sekolah seringkali masuk telinga kiri telinga kanan, maka kadang penyerapan pelajaran agama juga dangkal.

Salah satu pelajaran yang paling sering diingat teman-teman saya adalah, "Bulan puasa itu saking mulianya, maka tidurnya orang puasa itu juga termasuk ibadah."

Sebab memang ada hadits yang berbunyi seperti ini, "Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni" (HR Baihaqi).

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/119510/maksud-hadits--tidur-orang-berpuasa-adalah-ibadah-

Merayakan Tidurnya Orang Puasa Adalah Ibadah

Dulu, di awal saya bekerja, saya tercengang mendapati kantor-kantor di pedesaan biasa mempercepat jam pulang kantor di bulan puasa.

Saya terheran-heran, kenapa orang kok disuruh pulang lebih awal? Padahal kalau jam kerjanya tetap seperti biasa, kan tugas-tugas organisasi kantor bisa selesai secara efektif efisien?

Ternyata, jawabannya, adalah supaya orang-orang kantor bisa bobok siang di rumah masing-masing. Karena, dasar usulannya, tidur siang itu adalah ibadah.

Mengapa Harus Pulang Lebih Cepat?


Situasi seperti ini membuat saya paham mengapa performa orang-orang jadi pada menurun ketika bulan puasa. (Dan ironisnya, ini membuat sebagian orang berharap bulan puasa segera berakhir.)

Sebab di bulan puasa, kantor-kantor non-swasta yang terbiasa pulang lebih cepat, sehingga banyak urusan tidak selesai lantaran antrean administrasi yang lebih lama. Operasional para kantor cenderung berkurang.

Kantor menyuruh pegawainya pulang untuk segera tidur siang. Sebab tidurnya orang puasa adalah ibadah. Sesuai hadits.

Padahal saya merasakan bahwa bulan puasa seharusnya membuat performa kerja efisien. Karena tak perlu ada pengurangan jumlah jam kerja akibat jam makan siang.

Kalau dalam hari biasa itu 8 jam sehari bisa menyelesaikan 12 pekerjaan, maka dalam 8 jam di bulan puasa bisa menyelesaikan 16 pekerjaan. Pekerjaan bisa selesai lebih efisien, semua orang bisa dapat untung, betul atau tidak?

Sampai kemudian saya diberi tahu, bahwa kantor mau karyawannya pada bobok siang, supaya malamnya bisa beribadah.


Ibadah Malam Hari yang Memerlukan Energi


Khusus pada bulan Ramadhan, umat muslim melakukan sholat tarawih setelah sholat isya.

Kalau tarawihnya dikerjakan berjamaah, insya Allah pahalanya lebih besar 27x lipat. Makanya banyak orang ingin sholat tarawih di mesjid. Karena pahala sholat di mesjid juga besar.

Padahal orang seringkali khilaf mau pergi ke mesjid setelah buka puasa. Apalagi coba sebabnya kalau bukan ngantuk lantaran kekenyangan pasca buka puasa.

Lalu karena orang takut ngantuk untuk pergi sholat tarawih pasca buka puasa, mereka milih tidur siang. Biar nggak kelaparan juga nunggu adzan Maghrib. Supaya tidur siangnya lebih lama, maka pulang kantornya juga lebih cepat.

Jadi, fungsi tidur siang di sini adalah untuk mensukseskan rencana tarawih di malam hari dan mengurangi durasi kelaparan.

Padahal, kalau tidak tidur siang, apakah terus nggak akan sholat tarawih?

Beberapa orang akan menjawab, "Yaa.. mungkin tetep sholat tarawih, tapi ya kurang khusyu.."

Makin Malam Semakin Semangat


Entahlah, saya sendiri kurang merasa related bahwa di bulan puasa ini kudu banyak-banyak tidur siang. Karena saya hampir jarang nganggur, tiap hari rasanya harus mengerjakan banyak hal.

Saya merasa kalau tidur siang, waktu produktif saya di siang hari jadi serasa disunat.

Saya juga nggak setuju amat bahwa tidak tidur siang itu akan mencegah sholat tarawih. Sebab faktanya, sepanjang 14 hari di bulan Ramadhan tahun ini, kerjaan saya pasca Maghrib adalah makan malam, lanjut sholat Isya, lalu sholat Tarawih, kemudian webinar.

Saya sebetulnya masih tidur siang kok. Tapi nggak lama, paling-paling cuma 30-60 menit doang. Hanya demi alasan kesehatan. Dan tidur siang 60 menit itu sebetulnya udah cukup, nggak usah lebih.

Mungkin memang betul, tidurnya orang puasa itu adalah ibadah. Asalkan ketika bangun, juga betul-betul dipakai untuk ibadah. Kalau selama lagi cenghar dan puasa terus masih melakukan maksiat (misalnya bergunjing, sebar-sebar pesan WhatsApp-an hoax), kok saya merasa waktunya jadi terbuang sia-sia.

Saya pikir, hadits di atas itu sebetulnya ada makna tersembunyi. Maksudnya bukan nyuruh orang puasa buat tidur. Tapi maksud sesungguhnya, tidur di bulan puasa itu harus dimaksudkan untuk tujuan beribadah.

Hadits yang satu  itu memang hadits yang filosofis. Bukan hadits yang kudu ditelan mentah-mentah.

Dan yang mengajarkannya juga mestinya hati-hati, lihat-lihat siapa yang disampaikan haditsnya. Jangan sampai yang nerima adalah orang-orang yang bermental malas-malasan, ya makin aji mumpung disodori hadits bahwa tidurnya orang puasa adalah ibadah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun