“Bagaimana bisa aku tidak sedih? Aku bahkan merasa malu untuk berpura-pura bahagia.” Gumamku dalam hati.
Aku bangkit dari dudukku, tapi tidak dengan rasa sesalku. Langkah kakiku membawaku pergi menikmati indahnya pagi, terlihat birunya langit yang dihiasi putihnya awan, burung-burung berkicauan merdu, angin sepoi berhembus membawa damai.
Tapi sayang, suasana hatiku tak seindah itu. Hatiku masih dikuasai dengan rasa sesal itu. Setiap kali aku mencoba keluar dari pintu penyesalan, tetap saja aku kewalahan membuka pintu itu. Sekalipun aku berontak, aku justru semakin lemah dan terjatuh tanpa daya.
"Nisa! Ayo berangkat!" Gilang datang memanggilku dari luar pagar.
Hari ini aku dan Gilang akan menemui Daffa, dan keheningan terus menemani sepanjang jalan.
Aku bertanya-tanya, bagaimana kabarnya, apakah waktu yang tepat akan segera tiba untuk melihat bintang bersamanya, dan pertanyaan konyol lainnya. Sedang Gilang asyik menyetir, entah apa yang dipikirkannya.