Mohon tunggu...
Abdi Galih Firmansyah
Abdi Galih Firmansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang

Menebar benih kebaikan, menyemai bunga peradaban, panen kebahagiaan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Warna Pelangi yang Hilang

17 Oktober 2022   01:18 Diperbarui: 17 Oktober 2022   02:15 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika logika berjalan menyimpangi alur,
Hati pun tak terhibur dan mulut enggan bertutur

Ketika amal ilmiah disulap nafsu
tak-
tik tik-tak kan terinjak paku

Kesadaranku berpihak pada ruang itu
Meskipun tak tahu kemana kan berlabuh

Ruang yang dibangun oleh orang orang hebat

Dan terhimpun dalam pedoman yang mengikat

Mereka suka berpolitik dan bersiasat
Tapi tak malu dengan wasiat dan lupa syariat

Mereka tertawa akan kemenangan
Tapi melupakan nikmat kedamaian

Mereka dengan yakinnya memimpin
Meskipun tangannya mengambil koin

Yaa tuhan...


Mereka bersemangat mencari pengikut
Tapi tak takut penyakit bertambah akut

Mereka berani menjegal yang lain
Dan marah ketika dijegal yang lain

Dengan gagahnya mereka ingin dibela
Lalu kemuliaan apa yang harus dibela?

Yaa tuhan..

Mereka berani menyumpah orang baru
Isi sumpah pun mereka melupakannya

Orang baru mereka nasihati rumit-rumit

Nasihat pun mereka tak mengindahkannya

Orang lain menegakkan yang suci mereka curigai


Karena mereka sangat yakin akan kebenarannya sendiri

Dicap serakah 

mereka tak suka

Yang lain bersuka

mereka curiga

Mereka berkuasa

yang lain terima

Yang lain berkuasa

Mereka kecewa

Yang lain naik

Mereka Jatuhkan

Mereka naik

Yang lain relakan

Si itu ber anu anu

Dan si ini ter anu anu

Apakah anu?

Ataukah sistemnya yang anu?


Ya tuhan, kemanakah jiwa ini kan bersimpuh

Akankah kisahnya menjadi api

Yang melenyapkan semua inti


Malang, 17-Oktober-2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun