Di sekolah, kita semua datang dengan tujuan yang (seharusnya) sama: MENDIDIK. Tapi, setiap orang membawa cara yang berbeda dalam menapaki jalan itu. Ada yang tenang dan penuh empati. Ada juga yang, seperti Bu Dilla percaya bahwa untuk diakui, seseorang harus selalu terlihat unggul.
Bu Dilla adalah tipe guru yang sulit untuk tidak diperhatikan. Gaya bicaranya penuh percaya diri, penampilannya selalu rapi, dan langkahnya mantap seolah dunia ada dalam kendalinya. Tapi di balik semua itu, ada sesuatu yang kadang terasa... berat. Seperti ada beban tak terlihat yang terus dia bawa.
Antara Prestasi dan Perbandingan
Bu Dilla suka bercerita tentang pencapaiannya, murid-muridnya yang berhasil, bahkan seminar dan pelatihan yang pernah dia ikuti. Kadang kita mendengarnya sambil tersenyum, kadang sambil menahan napas, karena sesekali ada kalimat yang menyiratkan perbandingan.
Misalnya saat seorang guru muda dipuji karena cara mengajarnya yang inovatif, ia mungkin berkomentar,
"Saya dulu juga pernah begitu, tapi pengalaman akhirnya yang paling penting."
Bukan karena dia ingin merendahkan, mungkin. Tapi karena dia ingin diingat, dianggap penting, dihargai.
Suaminya, dan Cerita yang Selalu Muncul
Dalam banyak percakapan, nama Pak Hendra suaminya sering disebut. Katanya, beliau adalah pejabat. Dan kadang, cerita tentang Pak Hendra menjadi pembuka untuk menunjukkan bahwa posisi Bu Dilla bukan sembarangan.
Sebagian dari kami awalnya bertanya-tanya, "Kenapa ini penting dibicarakan?"Â Tapi lama-kelamaan kami sadar: mungkin itu adalah caranya merasa aman. Merasa punya pijakan yang kokoh saat dunia terasa kompetitif.
Lingkaran yang Terbentuk