Mohon tunggu...
Venty Nilasari
Venty Nilasari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Loveable Teacher? Why Not?

17 April 2024   08:20 Diperbarui: 23 April 2024   08:38 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Courtesy: Foto Pribadi 

Pernahkah kita menyukai atau membenci suatu pelajaran pada saat sekolah? Tentu pernah lah ya. Kira-kira apakah yang menjadi penyebabnya? Kemungkinan sebagian besar bukan karena pelajaran tersebut terlalu sulit. Tetapi lebih cenderung pada faktor siapa yang membawakan pelajaran tersebut. Jika guru mengajar dengan menyenangkan, maka respon siswa dalam proses belajar akan baik. Sebaliknya, ketika wajah gurunya angker dan suasana kelas horor, hampir dipastikan siswa akan sukar memahami materi.

Merujuk pada filosofi Ki Hajar Dewantara, seorang guru haruslah merdeka. Merdeka badannya, merdeka juga jiwanya. Hal tersebut juga sejalan dengan teori hierarki kebutuhan Maslow. Jika sudah terpenuhi kebutuhan dasar, psikologis dan pemenuhan dirinya, maka niscaya seorang guru akan menjadi pribadi yang bahagia. Yang tentu saja hal tersebut akan meresonansi jiwa siswa-siswinya dan guru-guru lain di sekitarnya.

Sekilas menjadi guru terlihat sangat remeh. Tetapi, saya yakin tidak semua orang bisa melakukannya. Guru adalah profesi mulia yang melahirkan banyak profesi lain. Bahkan gelar Pahlawan Tanpa Tanda Jasa pernah disematkan walaupun saat ini hal tersebut sudah tidak lagi relevan di jaman ini.

Menjadi guru profesional bukan berarti menjadi guru yang serba bisa dan mampu melakukan apapun. Menurut Rusman (2011) guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang luas di bidangnya.

Sebagai guru yang masih belasan tahun berkecimpung di dunia pendidikan, tentunya pengalaman saya masih seujung kuku dibanding guru-guru yang lebih senior. Tetapi selama rentang waktu tersebut, saya mulai menemukan ramuan yang mungkin saja bisa di ATM (Amati Tiru Modifikasi) untuk menjadi lovable teacher.


1. Ramah dan Perhatian

Menghadapi belasan atau puluhan siswa setiap hari membutuhkan ketelatenan dan kesabaran yang perlu dipupuk dan dilatih. Masing-masing mereka ingin diperhatikan dan didengarkan. Tak jarang saat lelah dan jenuh guru menjadi uring-uringan di kelas karena mungkin kebutuhannya sendiri ada yang belum terpenuhi, misalnya sarapan atau sekedar ngobrol remeh dengan rekan sejawat.

Hal yang perlu dilakukan adalah mengambil jeda sebentar untuk menetralisir emosi. Lalu kembali lagi ke dalam kelas saat mood kita sudah stabil.

2. Jalin Komunikasi Efektif

Komunikasi disebut efektif jika mampu dipahami oleh kedua belah pihak, baik dari penyampai informasi dan pendengar sehingga terjadi perubahan sikap dan hubungan keduanya terjalin baik (Wikipedia). Komunikasi efektif dalam hubungan guru dan siswa akan sangat membantu terlaksananya pembelajaran bermakna dan akan berakibat positif pada minat dan motivasi belajar siswa.

3. Peduli dan Empati

Suatu hari setelah pulang dari menjenguk siswa yang sakit, saya diantar dan ditemani oleh siswa siswi saya di tempat biasa saya menunggu bus, di bawah pohon kersen. Sembari menunggu, mereka memetikkan buah kersen yang sudah ranum dan ditaruh di gelas air mineral bekas yang mereka pungut di jalan. Mereka tahu saya sangat suka buah kersen yang rasanya manis. Tak terasa, dua gelas sudah mereka isi penuh dengan berbagai ukuran dan warna kersen. 

Begitu bus tiba dan saya naik, mereka melambaikan tangan dan dadah-dadah heboh seperti melepas kepergian jamaah haji. Hahaha. Saya juga membalas berpamitan nggak kalah heboh di dalam bus sampai nemplok di kaca dan mengeluarkan tangan.

Setelah saya menoleh ke dalam bus untuk mencari tempat duduk, sontak seluruh penumpang ramai-ramai menyoraki saya. Sambil tersipu malu, saya tersenyum pada setiap wajah yang menatap saya. Terdengar celetukan dalam bahasa Jawa Timuran "Wah, dikapakne iki murid karo Bu Guru sampe kinthil kabeh ngunu". (Wah, diapakan ini muridnya sama Bu Guru sampai lengket semua begitu).

Padahal saya nggak sampai pakai ilmu pelet atau aji jaran goyang loh. Hahaha. Mereka hanya membalas perhatian yang sudah saya berikan dengan cara mereka sendiri.

4. Menguasai Materi dan Kreatif

Seorang guru yang menguasai materi dan kreatif mengemasnya akan membuat siswa paham walaupun materinya relatif rumit. Hal ini termasuk dalam kemampuan pedagogik guru yang harusnya sudah teruji.

5. Bersikap Adil dan Bijaksana

Pernah ketika saya memasuki ruang kantor ada salah seorang guru senior yang sedang menghukum beberapa siswa yang sedang menangis tersedu dengan sorot mata kecewa. Di sebelahnya ada dua siswi dengan kepala tertunduk.

Setelah guru tersebut meninggalkan ruangan, saya bertanya alasan mereka dihukum. Ternyata para siswa tersebut adalah korban pemukulan dari salah satu siswi. Perlakuan yang mereka terima sebagai konsekuensi dari sang guru senior malah terbalik.

Saya minta mereka bercerita ulang, perwakilan siswa juga dari siswi. Tanpa menghakimi, tanpa hukuman fisik.

Seorang guru yang baik harusnya bersikap adil dan bijaksana menemukan solusi atas permasalahan yang terjadi di kelas maupun sekolah juga lingkungan sekitarnya.

6. Berkarakter Tegas namun Lembut

Aturan yang dibuat baik di sekolah maupun aturan internal berupa kesepakatan kelas ditetapkan untuk dipatuhi oleh seluruh warga. Jika ada pelanggaran, sudah seharusnya saling mengingatkan demi terciptanya ketertiban dan kenyamanan.

Namun peraturan tidak serta merta dijalankan dengan saklek. Pada praktiknya, ada kondisi pengecualian yang tidak direncanakan, misalnya kesepakatan mengerjakan PR bagi siswa yang sakit atau hal darurat lain. Hal tersebut harus mampu disikapi guru secara tegas namun tetap berwelas asih.

7. Berpenampilan Rapi dan Menarik

Guru adalah salah satu pekerjaan yang menjual jasa. Pelayanan utama dan pertama yang bisa dilihat adalah penampilan yang rapi dan menarik. Dalam hal ini tak perlu terlalu lebay dan heboh sehingga mengundang perhatian yang tidak perlu.

8. Punya Mindset yang Bertumbuh dan Positif

Beberapa waktu lalu linimasa media sosial sedang ramai topik tentang Growth Mindset. Kebetulan saya sudah mempelajarinya di masa pandemi lewat kelas online berbenah diri. Materi ini memang sangat cocok didalami terutama oleh seorang pendidik.

Mindset yang bertumbuh dan positif akan menjadikan guru sebagai pembelajar sepanjang hayat dan tidak kebal akan saran dan kritik.

9. Konsisten dalam Ucapan dan Perbuatan

Sebuah nasihat yang disampaikan tidak akan didengar kalau hanya sebatas kata-kata. Anak-anak akan lebih mudah meniru daripada menghafal.

Jika kita konsisten dalam ucapan dan perbuatan, maka kita akan menjadi role model yang akan menjadi kiblat mereka saat dewasa kelak.

10. Tulus Mencintai Pekerjaan

Jika memang menjadi guru adalah panggilan jiwa, maka mengajar akan menjadikan diri kita merasa penuh dan tidak gampang mengeluh.

Banyaknya kasus pelecehan siswa yang melibatkan oknum guru adalah salah satu bukti bahwa mereka bukan sebenar-benarnya guru. Mereka menjadi guru karena terpaksa atau dipaksa. 

11. Mengenali Karakter Siswa

Untuk memahami motivasi belajar, maka salah satu yang harus digali guru adalah karakter siswa. Seiring jam terbang mengajar, guru akan menemukan pola tersendiri. Wajib mendalami ilmu psikologis juga jadinya. 

Dengan demikian, guru bisa menentukan metode belajar yang tepat untuk mencapai hasil yang optimal dan maksimal. Hal ini sejalan dengan konsep pembelajaran berdiferensiasi pada kurikulum merdeka.

12. Penuh Semangat dan Humoris

Kedekatan emosional dengan siswa juga perlu dibangun dengan sesekali melontarkan guyonan kekinian yang bisa dengan mudah kita cari di trending media sosial. Dengan memasuki dunia siswa, mereka akan merasakan chemistry dengan gurunya. Bahwa gurunya paham dengan yang kekinian, bukan manusia yang baru keluar dari gua.

13. Variatif Menggunakan Media dan Teknik Mengajar

Saat ini sudah banyak platform LMS (Learning Management System) yang mulai menjamur saat pandemi. Berbagai aplikasi tersebut sangat bisa digunakan guru untuk mengajar anak-anak generasi Z dan Alpha yang memang sudah terpapar teknologi sejak dini. 

Sebut saja Quizizz, Classpoint, Google Workspace for Education, Canva, Edpuzzle, WordWall, ViewSonic, Virtual Reality, Augmented Reality, dsb yang tampilannya memang dibuat dengan gamifikasi. Dengan semakin variatifnya media pembelajaran, siswa menjadi ketagihan belajar dan menanti kedatangan gurunya setiap hari.

Atmosfer kelas akan terasa berbeda jika guru memadukan dengan teknologi. Kelas lebih hidup dan kekinian sesuai tuntutan jaman.

Menjadi guru tak ubahnya seperti menjadi orang tua. Tugasnya adalah ngemong, bukan hanya sekedar transfer ilmu. Diferensiasi tidak hanya diberlakukan kepada siswa, tetapi juga guru. Berbeda-beda karakternya, tetapi saya percaya kami semua punya satu tujuan yang sama yaitu mencerdaskan anak bangsa dan menjadikan mereka berakhlak mulia. 

Guru bukan manusia setengah dewa, guru adalah manusia biasa yang punya kekurangan. Tetapi jika kita fokus pada kelebihan dan selalu berusaha belajar untuk mengembangkan diri, maka menjadi sosok yang dicintai oleh para siswa bukan hal yang mustahil untuk dilakukan.

Kembali pada kodrat guru sebagai sosok yang layak digugu dan ditiru. Digugu berarti dapat dipercaya, ditiru artinya bisa diikuti baik oleh siswa maupun rekan sejawatnya dan lingkungan sekitarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun