Mohon tunggu...
Varhan AZ
Varhan AZ Mohon Tunggu... Auditor - Penyemangat

Beneficial #ActivistPreneur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bila Menjadi Polisi Sehari Saja

21 Mei 2021   19:30 Diperbarui: 21 Mei 2021   19:33 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Oleh :
Varhan Abdul Aziz, S.Kom, M. Si
Ketua DPP KNPI

Profesi apa yang harus ada, dan banyak mengandung resiko dalam pelaksanaanya? Sering dikata2i, namun ketika dibutuhkan benar2 dicari? Sekan dibenci namun ketika yg membenci dilindungi tidak juga memberi puji? Bersikap baik, berusaha melakukan yang terbaik, namun yang diingat hanya yang tidak baik? Profesi itu jawabanya Polisi.

Tulisan ini saya buat diatas keprihatinan saya menyaksikan Sikap kasuistik masyarakat di jalan ketika masa tidak mudik yang bersikap berlebihan. Semua sudah jelas perintah dari Pemerintah pusat di atas. Polisi2 Lalu Lintas dan aparat di jalan ini hanya menjalankan tugas. Mereka alat negara yang memfungsikan diri untuk melindungi, melayani dan mengayomi.

Namun karena tanggung jawab, komitmen dan resiko profesi, mereka membuat ini menjadi nasib yg harus mereka siap hadapi di jalanan. Menjadi Tong Sampah atas kekesalan2 tak beralasan yang sebenarnya lahir karena ketidakmauan mengikuti aturan.

Aturan tidak mudik sudah disampaikan sejak awal ramadhan, artinya ada waktu panjang penyesuaian rencana. Aturan dibuatpun dengan pertimbangan stabilitas negara, kalau Covid meledak, bisa keos negara ini seperti di India. Terbukti setelah Lebaran, memang kurva kasus bertambah, tapi masih dalam tahap yg bisa ditangani dan tdk mengguncang stabilitas nasional.

Apa masyarakat mau berterimakasih atas kondisi ini? Tentunya tidak, karena mereka tdk sadar, kebijakan tidak mudik ini yg jadi keputusan sentral dan tepat yg membuat mayoritas kita hari ini masih bisa tersenyum sehat. Kasus2 baru penambahan Covid jg kebanyakan karena adanya kunjungan sanak keluarga, dan mereka yg berhasil lolos mudik diam2, tdk semua tentunya, tapi datanya demikian.


Kesuksesan Indonesia bertahan tanpa ledakan Covid ini adalah jasa semua pihak. Namun utamanya mereka aparat yg berlelah keringat ketika puasa terik panas di lapangan melakukan penyekatan. Saya berkesempatan mengunjungi pos Penyekatan Cikarang disana terlihat aparat berjaga 24 jam di terik panasnya yg saya saja tidak tahan. Baju batik saya lepek habis, keringat mengucur deras, badan jadi hitam.

Itu saya yg hanya 2 jam disana. Apalagi mereka yang sebulan jaga? Seumur hidup jadi abdi negara? Bagaimana kalau kita bayangkan sehari saja jadi mereka. Memeriksa satu persatu kendaraan lewat, menanyakan tujuan kemana, mengecek surat kelengkapan tujuan, memutar balik, semua harus dilakukan dengan kesabaran, tdk boleh marah2, padahal mereka juga manusia2 yg sedang berpuasa. Secara psikologisnya pasti emosi mereka juga bergejolak dalam menjalakan tugasnya.

Tapi mentalitas yang sdh diuji lewat seleksi psikologi dan pelatihan serta simulasi membuat konsekuensi mereka harus tabah menghadapi dan memberikan pelayanan pada orang2 ini. Bahkan ketika di caci maki di saat letih, mereka tidak bertindak sembrono apalagi balas bersikap keras. Hingga akhirnya Video pelaku viral tapi tidak ada yg dipidanakan. Semua selesai dengan permohonan maaf dan tangisan telenovela dari si pelaku. Baik yah?

Kalau di Amerika Serikat melawan Aparat, sudah pasti dipenjara. Paling tidak beberapa hari. Bagaimana bila bapak ibu aparat yg bertugas itu adalah saudara kita? Bila mereka itu ayah ibu kita? Atau mereka itu anak2 kita? Masihkah kita berpandangan negatif dan mencaci maki bila sudut pandangnya petugas adalah kerabat dekat? Tentu berbeda. 

Atau bila mereka adalah diri kita yang menjadi Polisi di lapangan sehari saja, kuatkah kita? Bukan hanya bawahan yg capek dijalan, semua level atasan hingga Kakorlantas Polri Irjen Istiono, benar2 mencurahkan hari2nya untuk tugas di jalan. Bahkan saat lebaranpun ia tidak jalan2 apalagi mudik, langsung pantau kondisi jalanan sebagai penanggung jawab tertinggi urusan lalu lintas negeri ini.

Saya melihat video Aparat memeluk para pemudik di penyekatan Karawang. Personil polisi yang terbatas harus menghadapi ribuan pemudik bergerumul di batas jalan. Tentu tidak imbang, pasti meninbulkan kegalauan  psikologis di hati para aparat. Namun mereka tdk boleh memperlakukan kasar para pengendara, karena mereka tahu orang2 ini adalah saudara mereka. Polisi2 ini diteriaki, diumpat, dikata2i, dipancing emosi. Namun justru pemudik ini dipeluk. Mengharukan. Pemudik ini sedih tdk bisa mudik setahun, aparat2 ini sudah tdk pernah mudik sejak bertahun2. Tapi, apakah masyarakat paham derita batin rindunya para petugas pada sanak saudara di kampung halaman?

Polisi2 ini paham, kita rindu kampung halaman, kangen ingin pulang. Namun tahan sebentar untuk kebaikan saudara di kampung halaman, se bangsa Indonesia kita. Toh di hari sebelum 6-17 mei semua orang bebas bulak balik kemana2. Setelah 17 mei semuanya pun bebas kembali mau jalan kemana2. Kita hanya diminta bersabar 11 hari saja, dalam seumur hidup kita. Toh ditahun2 sebelum pandemi juga tdk pernah dilarang jalan.

Kalau bisa polisi2 ini juga mau melepaskan bebaskan semua yg berlalu di jalan. Agar tugas mereka lebih lenggang. Bisa bernafas sedikit duduk sejenak merenggangkan pegal. Mereka ini minimal 6 jam berdiri di jalan, kalau kita jadi mereka, dengan kelemahan kaki yg kita punya, belum tentu kuat menanggung tugasnya. Oleh karena itu jadi Polisi itu susah, seleksinya ketat, dan semua orang tua saudara pasti bangga kalau anaknya lulus pendidikan pertama. Lantas kenapa masih suka mencaci mereka.

Mereka sudah dan terus berusaha menjadi lebih baik. Kita Rakyatpun harus berjuang untuk bisa berusaha menjadi manusia yang lebih baik. Saling menghargai dan menghormati. Kita tdk perlu takut dengan mereka, karena mereka pelayan kita, namun juga tidak boleh bersikap berlebihan, mencaci atau melawan. Berkomunikasi baik2 saja sebagai sesama orang berakhlak yg tdk perlu bertendensi apalagi memusuhi. Analogi orang tua dilawan oleh anaknya sendiri? Tentu anaknya akan dihukum bukan?

Sehari saja jadi mereka, saya tidak kuat.. Bagaimana dengan anda? Doakan mereka agar selalu kuat, seumur usianya, menjadi abdi negara hingga masa purnatugas tiba.

Respect!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun