Mohon tunggu...
Vania Damayanti
Vania Damayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Multitasking dalam Pandangan Psikologi dan Islam

21 Juni 2021   17:45 Diperbarui: 21 Juni 2021   18:04 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sedikitnya waktu dan banyaknya pekerjaan membuat budaya multitasking dalam abad ke-21 ini tampak menjadi sebuah keharusan. Seperti ketika mengerjakan tugas kuliah sambil berbincang asik dengan teman dan sesekali melihat ke layar ponsel atau ketika menonton program televisi kesayangan sambil menjemur pakaian dan berbicara dengan orang lain dalam waktu yang sama. Kenapa tidak? Anda dapat melakukan lebih banyak pekerjaan dengan waktu yang anda punya sekaligus memanfaatkan sumber daya Anda dengan lebih baik. Tapi apakah benar multitasking membuat pekerjaan lebih efisien dan produktif?

Multitasking menurut Sulvucci dan Taatgen (dalam Wulanyani, 2015) adalah adanya beberapa tugas yang independen dan tidak berhubungan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Appelbaum dan Marchionni (dalam Wulanyani, 2015) bahwa multitasking terbagi menjadi dua jenis yaitu tugas ganda (dual task) atau tugas yang dilakukan bersamaan dan switching task atau lebih dari satu tugas yang dilakukan dengan beralih di antara tugas-tugas tersebut. Menurut  hasil sebuah penelitian dalam artikel yang ditulis oleh Cherry, 2020, bahwa kegiatan multitasking dapat mengurangi tingkat produktivitas hingga 40%. Kurangnya produktivitas dan efisiensi dalam multitasking--terutama untuk tugas-tugas yang rumit atau asing—dapat dikarenakan dibutuhkannya waktu ekstra untuk menggeser mental gears setiap kali seseorang beralih di antara dua tugas tersebut. Penelitian lebih jauh ditemukan multitasking di bawah tekanan waktu menjadikan kinerjanya lebih buruk serta melakukan kegiatan multitasking pada tugas-tugas yang membutuhkan kreativitas dapat memperburuk kreativitas dan dalam pengerjaannya terbukti membutuhkan lebih banyak waktu (Marchewka, Nesterak, & Sołtysik, 2020). Lalu apa yang terjadi dengan Otak kita ketika Anda melakukan multitasking? Ketika Anda melakukan multitasking otak sedang melakukan peralihan fokus atau dikenal juga dengan istilah switching. Menurut Kaminske, 2020, switching merupakan istilah lain dari divided attention. Di dalam otak, multitasking dikontrol oleh executive control system yang berada di prefrontal cortex. Sistem ini mengontrol dan mengelola proses kognitif dan menentukan bagaima, kapan, dan urutan dalam melakukan tugas-tugas tertentu serta mengkoordinasikan pesan dengan sistem otak lainnya (Cherry, 2020). Ketika Anda mengerjakan satu tugas tertentu berarti kedua sisi korteks prefrontal bekerja sama secara harmonis. Namun ketika Anda mengerjakan beberapa tugas dalam waktu bersamaan, hal tersebut memaksa sisi kiri dan kanan otak untuk bekerja secara mandiri. Namun, penting untuk dicatat bahwa multitasking sambil mengerjakan tugas sederhana seperti makan dan berjalan jauh lebih mudah dan sedikit memberi tuntutan pada korteks prefrontal.

Lalu bagaimana dengan sudut pandang agama islam dalam multitasking? Sebagai seorang muslim, keteladanan dan sumber inspirasi selalu datang dari sosok Nabi Muhammad SAW. Yang sebagaimana diketahui Nabi Muhammad SAW memiliki kepribadian multi-dimensi dan menjalani banyak peran yang menginspirasi. Beliau juga melakukan keadilan untuk setiap peran ini, menjalani dan menyelesaikan setiap aspek dengan sempurna. Baik itu kehidupan keluarganya, kehidupan politiknya, lingkungan sosialnya atau kehidupan spiritualnya. Dengan begitu banyak tugas yang harus dipenuhi dalam tuntutan posisinya, apakah Nabi Muhammad SAW menerapkan multitasking?

Dalam sebuah interview yang dilakukan oleh Mohammed Faris tahun 2010 dalam artikelnya, ia mewawancarai Sheikh Tawfique Chowdhury. Dalam wawancara tersebut beliau mengatakan apakah Anda pernah mendengar istri Nabi mengeluh bahwa Nabi tidak menghabiskan cukup waktu dengan mereka? Mengapa demikian? Karena Rasulullah biasa menghabiskan waktu yang berkualitas dengan mereka. Meskipun Rasulullah sangat sibuk dan memiliki banyak peran untuk dimainkan, tetapi dia fokus pada setiap perannya secara individu.

Jika dilihat kembali tentang wawasan kehidupan Nabi Muhammad SAW, Beliau adalah suami tercinta dan menghabiskan waktu berkualitas bersama istri dan anak-anaknya. Bagi teman-temannya, dia adalah seorang mentor dan pendamping yang menyenangkan. Sebagai ahli strategi militer dan prajurit, ahli hukum dan pembuat undang-undang, kepala negara, pemimpin dan negarawan, guru dan pembimbing, Nabi (saw) adalah teladan yang sempurna. Aisyah (ra) meriwayatkan: “Rasulullah berbicara kepada kami dan kami berbicara dengannya. Namun, Ia seolah-olah tidak mengenali kami, ketika waktu shalat tiba, dan dia kembali kepada Allah dengan segala keberadaannya.” Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW akan memberikan yang terbaik untuk setiap tugas, satu per satu. Selama di rumah, Ia akan sepenuhnya terlibat dalam urusan rumah tangga, menghabiskan waktu bersama orang-orang di rumahnya, mendengarkan mereka, berbicara dengan mereka dan memenuhi kebutuhan mereka. Dan ketika tiba waktunya untuk tugas-tugas lain, seperti tugas shalat kepada Tuhannya, dia akan menghentikan segala sesuatu yang lain dan berbalik kepada Allah SWT dengan hati dan jiwa, dengan penyerahan penuh dan keterlibatan menyeluruh (Sakeenah, 2011).

Reference:

Cherry, K. (2020). “How Multitasking Affects Productivity and Brain Health”

Faris, M. (2010). “Did Muhammad (peace be upon him) Multi-task?”.

Kaminske, N. A. (2020). “Multitasking and Selective Attention”.

Marchewka, M., Nesterak, J., Soltysik, M., Szymla, W., & Wojnarowska, M. (2020). Multitasking Effects on Individual Performance: An Experimental Eye-Tracking  Study. European Research Studies Journal, XXIII(1).

Sakeenah, M. (2017, August). “Multitasking and the Sunnah”. PAST ISSUE (HIBA).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun