Mohon tunggu...
A Evan
A Evan Mohon Tunggu... Freelancer - engineer

penikmat seni

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Liberalisme Sapi dan Liberalisme Singa

1 November 2020   13:23 Diperbarui: 2 November 2020   05:21 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kebebaasan itu apa? dan bagaimana seseorang mengerti benar tentang kebebasan itu? atau apakah kebebasan itu sesungguhnya tidak pernah ada? lantas adakah batas - batas dari kebebasan itu yang tidak bisa kita terobos? kalau saja masih ada batas - batas terhadap kebebaasan itu sendiri, apakah itu masih kita sebut kebebasan?

saya kira kebebasan seekor burung adalah ketika ia mengerti tentang keburunganya, dan kebebasan seekor sapi ketika ia mengerti naluri kesapiiannya untuk menjalani hidupnya sebagai sapi, dll.

dan tak ubahnya manusia apakah kebebasan yang ada pada manusia, apakah manusia bisa bebas terhadap dirinya sendiri sehingga mengartikan kebebasan sebagai sesuatu yang absolut dan mutlak terhadap keinginanya berlaku apa dan terbebas dari apa, tetapi di lain pihak ia tidak sepenuhnya bebas, ia tidak bebas terhadap hukum grafitasi, ia tidak bebas dari yang namanya rasa lapar kalau tidak makan, ia tidak bebas dari rasa kenyang ketika perutnya penuh dengan makanan.

maka kebebasan bukan menjadi tolok ukur kehidupan. karena kebebasan itu absurd dan tidak memiliki relevansi terhadap kata - kata kebebasan itu sendiri di alam ini. kalau saja ada beberapa ekor singa asik memakani rumput di padang luas dengan digembalai oleh seorang gembala. 

maka seekor singa telah melanggar kebebasanya sendiri terhadap ke-singa-anya dan tidak kita pikir bagaimana ribuan sapi atau domba - domba demonstrasi terhadap tuhan karena singa - singa itu telah mengambil jatah makan dari si sapi dan domba itu. bukan hanya itu saja tetapi rantai makanan akan menjadi kacau dan bisa saja timbul ke-chaos-an di dunia binatang itu sendiri oleh karena si singa melanggar hukum yang telah ditetapkan olehnya.

maka pagar kebebasan adalah hukum, hukum harus senantiasa mengukur kebebasan setiap mahluk agar rantai kehidupan dunia tidak mengalami kekacauan maupun berjalan berantakan. manusia senantiasa memperbahrui hukum - hukum agar mereka mampu melihat batas cakrawala kehidupan yang dimana tidak boleh dilanggar oleh yang hidup.

jangan sampai batas cakrawala itu dilanggar dengan alasan kebebasan tetapi luar batas itu tersedia jurang - jurang terjal yang menggiring manusia kepada kehancuran dirinya. 

kalau ada seseorang penganut paham kebebasan tetapi ia malah melanggar batas cakrawala kebebasan dari pagar - pagar kebebasan orang lain yang telah menetapkan batas - batas nya sendiri.

maka tak dapat kita pungkiri kalau ini ditereruskan maka akan timbul kekacauan dan penghancuran terhadap dirinya sendiri. sedangkan seekor singa saja masih konsisten terhadap kebebasan dirinya sendiri dengan tidak mengacaukan rantai makanan hewan lain dan tetap mengormati kebebasan si sapi untuk makan rumput begitu juga si sapi mengormati kebebasan si singa untuk makan daging.

mengapa sebagian manusia masih ingin menabrak kebebasan yang dimiliki oleh orang lain untuk meyakini pagar - pagar kebebasannya agar ia selamat dalam hidupnya. mengapa sebagian manusia itu tidak merasa malu terhadap si singa dan si sapi terhadap sportifnya mereka di dalam menjalani pagar - pagar kebebasannya untuk menjalani hidup, "maka sebagian manusia itu bukannya seorang penganut kebebasan, tetapi seseorang yang telah jatuh ke dalam jurang kebodohan."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun