Mohon tunggu...
Healthy

Adakah Harapan Bagi Eritroblastosis Fetalis?

25 November 2017   00:02 Diperbarui: 25 November 2017   09:14 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Halo lagi para pembaca setia kompasiana! Pada kesempatan kali ini, saya Teresa Valerie Muljono akan membahas mengenai eritroblastosis fetalis. Lebih spesifiknya, apakah eritroblastosis fetalis dapat disembuhkan? Sebelumnya, kita harus memahami terlebih dahulu hal yang paling mendasar. Apa itu darah?

Darah pada manusia merupakan cairan di dalam tubuh manusia yang berfungsi dalam mengangkut oksigen yang diperlukann oleh sel-sel pada seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolism, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang memiliki tujuan untuk mempertahankan tubuh dari macam-maca penyakit. Selain itu, hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.

Darah yang dimiliki manusia berwarna merah. Merah terang apabila darah kaya akan oksigen dan merah tua jika darah kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan karena adanya hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, dimana merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.

Manusia mempunyai sistem peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa dari jantung menuju paru-paru untuk melepaskan sisa metabolisme yang berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui pembuluh arteri pulmonalis, kemudian dibawa kembali ke jantung oleh vena pulmonalis. Kemudian darah akan dikirimkan menuju seluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah aorta. Darah yang membawa  oksigen ke seluruh tubuh melalui saluran halus darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian akan kembali ke jantung melalui pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior.

Selain itu, darah juga membawa bahan-bahan sisa metabolisme, obat-obatan, dan bahan kimia asing ke hati untuk di uraikan dan dibawa ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni.

Apa itu golongan darah? Golongan darah merupakan ilmu pengklasifikasian darah dari suatu kelompok berdasarkan ada dan tidak aanya suatu zat bernama zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal tersebut disebabkan karena terdapat perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah itu. Dua jenis penggolongan darah yang paling utama adalah penggolongan ABO dan rhesus (faktor Rh). Di  dunia ini sebenarnya terdapat sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan bisa sampai terjadi kematian.


Penggolongan darah lain yang juga cukup terkenal adalah penggolongan darah dengan memanfaatkan faktor rhesus atau faktor Rh. Rhesus merupakan protein (antigen) yang ada pada permukaan sel darah merah. Sistem penggolongan berdasarkan rhesus tersebut ditemukan oleh Landsteiner dan Wiener tahun 1940. Mereka yang memiliki faktor protein ini disebut sebagai rhesus positif, sedangkan yang  tidak memiliki faktor protein ini disebut rhesus negatif.

Apa guna rhesus? Rhesus berguna untuk mengatur antara sumbang dan terima darah. Pemilik rhesus negatif tidak dapat menerima darah dengan rhesus positif. Hal tersebut terjadi karena sistem pertahanan tubuh reseptor akan menganggap rhesus lawan sebagai benda asing seperti virus ataupun bakteri sehingga perlu dilawan. Mereka akan melawan  dengan memproduksi anti rhesus. Namun pada transfusi awal dengan rhesus berbeda tidak akan menimbulkan masalah serius. Namun jika diteruskan akan berakibat fatal karena anti rhesus akan mencapai kadar yang cukup tinggi. Anti rhesus akan bekerja dengan memecah sel darah merah dari donor, sehingga ginjal perlu bekerja lebih keras. Hal tersebut dapat membuat keadaan reseptor semakin parah.

Lalu apa itu eritroblastosis fetalis? Eritroblastosis fetalis merupakan suatu kelainan darah yang memiliki potensi mengancam nyawa janin atau bayi yang baru lahir. Eritroblastosis fetalis biasanya disebabkan karena terjadinya isoimunisasi.

Apa itu isoimunisasi? Isoimunisasi merupakan proses terbentuknya antibodi terhadap antigen individu lain yang berbeda. Namun, kelahiran pada anak pertama belum terkena dampak yang serius ari eritroblatosis fetalis, biasanya pada kelahiran anak berikutnya akan terjadi komplikasi.

Bagaimana eritroblastosis bisa terjadi? Umumnya terjadi pada tubuh ibu yang mengandung membentuk antibodi yang dapat menyerang sel darah merah janin yang dikandungnya. Antibodi terbentuk karena adanya respon pada tubuh ibu karena ibu dan janin memiliki rhesus atau golongan darah yang berbeda. Diperkirakan 20% bayi mengalami isoimunisasi golongan darah, namun hanya 5% yang mengalami hemolisis. Selain itu eritroblastosis juga dapat terjadi tannpa adanya proses isoimunisasi.

Gejala-gejala eritroblastosis fetalis yaitu seperti anemia, edema, radang pada hati atau limpa, kematian intrauterine, dan hidrops fetalis.

Setelah mengetahui apa itu eritroblastosis fetalis, mari kita bahas lebih lanjut. Seperti yang sudah disebutkan di awal tadi, penyebab utamanya adalah adanya perbedaan rhesus maupun golongan darah antara janin dan ibu yang mengandung.

Mengapa golongan darah maupun rhesus antara janin dan ibu yang mengandung dapat berbeda? Hal tersebut dapat terjadi karena golongan darah maupun rhesus yang dimiliki ayah berbeda dengan yang dimiliki ibu. Misal, laki-laki yang ber-rhesus positif menikah dengan seorang wanita yang ber-rhesus negatif, maka janin dari pasangan tersebut kemungkinan ber-rhesus negatif maupun positif. Hal tersebut memungkinkan terjadinya eritroblastosis fetalis. Bagaimana bisa? Karena kemungkinan besar, janin yang dikandung ber-rhesus positif akibat dari faktor genetik. Terjadinya perbedaan rhesus antara janin dan ibu yang mengandung inilah yang dapat menyebabkan terjadinya eritroblastosis fetalis.

Jika janin ber-rhesus positif sedangkan sang ibu mempunyai rhesus negatif, maka tubuh janin tersebut akan dianggap sebagai benda asing karena memiliki rhesus yang berbeda. Karena dianggap adanya benda asing dalam tubuh ibu akibat janin ber-rhesus positif yang menghasilkan antigen RhD, maka sebagai perlawanan pada benda asing itu, tubuh ibu akan menghasilkan anti-Rhd.

Setelah mengetahui pengertian dasarnya, mari kita bahas inti dari essay ini. Apakah eritroblastosis fetalis dapat disembuhkan atau dicegah? Bagaimana caranya?Menurut pendapat saya, eritroblastosis fetalis tidak bisa disembuhkan namun masih bisa dicegah. Mengapa?

Karena pada umumnya orang asia bergolongan darah rhesus positif. Di Indonesia hanya terdapat 0.5% orang yang memiliki rhesus negatif. Hal ini berbeda dengan orang luar negeri (Eropa, Amerika, dan Australia) yang pada umumnya memiliki rhesus negatif. Pada umumnya terjadi pada penduduk di daerah yng sering dikunjungi oleh turis seperti Bali, Lombok, dll. Rhesus positif berarti orang tersebut memiliki rh-antigen pada sel darah merahnnya, sedangkan rhesus negatif berarti orang tersebut tidak mempunyai rh-antigen pada sel darah merahnya. Antigen pada manusia itu memiliki peran yang sangat penting dalam hal transfusi dan dinamakan antigen-D.

Hal tersebut berbeda dengan sistem ABO, yaitu dimana seseorang yang memiliki antigen A atau B akan memiliki antibodi yang bertentangan dengan plasmanya, jadi di sistem rhesus pembentukan antibodi selalu oleh sebuah pertanyaan besar, apakah itu berasal dari kehamilan atau transfuse. Sistem golongan darah Rhesus dapat dibilang sebagai antigen yang paling kuat jika dibandingkan dengan sistem darah lainnya.anti rhesus  positif(anti-D) dapat dimunculkan bila pemberian darah dengan rhesus positif satu kali saja sebanyak kurang lebih 0.1 ml secara parenteral pada individu yang mempunyai  golongan darah yang memiliki rhesus negatif meski golongan darah ABO nya  sama

Penyakit hemolisis yang diderita janin dan bayi baru lahir merupakan anemia hemolitik yang dapat dibilang parah. Hal tersebut diakibatkanoleh alloimun antibodi yang dan merupakan salah satu komplikasi kehamilan. Antibodi maternal isoimun muncul sebagai reaksi terhadap antigen sel darah merah janin dan memiliki sifat spesifik atau khusus pada eritrosit janin. Pasase transplasental antibodi maternal yang merusak eritrosit janin merupakan penyebab hemolisis yang frekuensinya paling sering.

Eritroblastosis fetalis ditandai dengan adanya aglutinasi serta fagositosis sel darah merah janin. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya diatas, yaitu bahwa beberapa pennyakit eritroblastosis fetalis ini diakibatkan karena faktor genetika yaitu ketika ibu janin memiliki rhesus negatif, sedangkan si ayah memiliki darah rhesus positif. Hal ini menjadikan bayi berkemungkinan besar untuk memiliki rhesus positif seperti yang diturunkan oleh ayahnya dan ibu akan membentuk agglutinin anti-Rh akibat adanya antigen Rh janin. Kemudian, agglutinin ibu akan berdifusi menuju dalam tubuh janin melalui tali pusat dan menimbulkan aglutinasi sel darah merah.

Setelah  terbentuknya anti-Rh pada ibu, antibodi tersebut akan berdifusi dengan waktu yang cukup lambat melalui membran plasenta menuju ke dalam darah janin. Disitulah antibodi itu akn mengakibatkan aglutinasi darah janin. Sel darah merah atau eritrosit yang mengalami aglutinasi akan mengakibatkan hemolisis dan melepas hemoglobin dalam darah. Kemdian makrofag janin akan mengubah hemoglobin menjaid bilirubin yang bisa menyebabkan kulit bayi berwarna agak kekuningan. Selain itu, antibodi tersebut juga dapat merusak sel tubuh yang lain.

Seorang ibu yang memiliki rhesus negatif dan anak yang memiliki rhesus positif pada kehamilan pertama masih bisa dibilang aman karena pembentukan aglutinin anti-Rh masih sedikit pada umumnya. Namun pada kehamilan anak kedua, ketiga, dan berikutnya memiliki kemungkinan besar untuk terkena eritroblastosis fetalis ini.

Pada umumnya, terdapat 2 jenis penyakit inkompabilitas, yaitu inkompabilitas ABO serta inkompabilitas rhesus. Kedua jenis tersebut memiliki gejala yang hampir sama. Tetapi, penyakit inkompabilitas rhesus atau yang biasa disebut eritroblasosis fetalis ini lebih akut karena antibodi anti Rh yang melalui plasenta maupun tali pusat lebih menetap dibandingkan engan antibodi anti A atau anti B. 

presentase individu yang mengidap penyakit inkompabilitas rhesus pada umumnya jarang ditemukan pada bangsa asia. Orang Indonesia jarang yang memiliki rhesus negatif, kecuali memiliki keturunan orang asing yang memiliki rhesus negatif, maka akan adanya kemungkinan anak dari perkawinan campur tersebut untuk memiliki rhesus negatif

Mayoritas inkompabilitas Rh terjadi pada janin yang memiliki Rh positif dan ibunya yang memiliki Rh negatif. Faktor Rh merupakan semacam senyawa yang terbentuk dari protein sebagai  komponen utamanya, suatu antigen dalam sel darah merah. Adanya faktor Rh membuat sel darah  merah tidak cocok terhadap sel-sel darah yang memiliki antigen. Faktor Rh akan bermasalah ketika darah dengan Rh negatif mengalami kontak dengan darah Rh positif karena menganggap Rh positif sebagai antigen dan benda asing atau penyerang.

Bagaimana cara pencegahan pembentukkan antibodi anti-Rh? Salah satu  cara yang dapat digunakan dalam pencegahan pembentukkan antibodi anti-Rh adalah dengan diberi suntikan yang dianggap mampu menghentikan atau mengurangi produksi anti-Rh pada ibu

Lalu bagaimana pengobatan eritroblastosis fetalis pada bayi yang baru lahir? Banyak yang bertanya-tanya apabila eritroblastosis fetalis sudah menyerang bayi yang baru lahir bisa diatasi? Tentu saja bisa, namun membutuhkan waktu yang relative lama karena harus mengeluarkan seluruh darah Rh positif. Akan dilakukan transfuse darah Rh negatif sebanyak 4000 mililiter pada tubuh bayi yang membutuhkan waktu kurang lebih 1.5 jam. Cara tersebut harus dilakukan berulang kali pada bayi dengan tujuan untuk tetap mempertahankan kadar bilirubin agar tetap rendah. Sesduah sel darah Rh negatif dari transfuse ini diganti dengan Rh positif ari bayi, yang memerlukan waktu sekitar 6 minggu atau lebih, maka aglutinin anti Rh dari ibu akan hancur.

Jadi dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa eritroblastosis fetalis masih bisa dicegah dan diobati melalui beberapa cara yang sudah dicantumkan diatas. Namun sayang sekali, apabila eritroblastosis tersebut merupakan faktor genetik, maka tidak bisa disembuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun