Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Adakah Hari Ayah di Indonesia?

15 Mei 2024   05:00 Diperbarui: 15 Mei 2024   05:06 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikustrasi (sumber gambar: detik.com)


Bila peringatan hari Ayah & Ibu di Indonesia lebih banyak dirayakan oleh golongan menengah ke atas. Maka di Jerman perayaan ini lebih menyeluruh, baik di desa maupun di kota.

Perbedaan ini diungkapkan oleh narasumber Ari Dwi Gommeringer, seorang jurnalis diaspora Indonesia pada webinar Koteka Talk 177.

Ari (dok: koteka)
Ari (dok: koteka)


Bila hari Ayah baru mulai diperingati di Indonesia mulai tahun 2006, dengan lomba menulis surat oleh anak-anak untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Acara yang diprakarsai oleh Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP) ini akhirnya meresmikan hari Ayah di Indonesia pada tiap tanggal 12 November, yang tadinya hanya diperingati sebagai hari Kesehatan, I dengan semboyan "Semoga Bapak Bijak, Ayah Sehat, Papah Jaya".


Pencetusan hari Ayah ini mengingat sudah ada hari Ibu, yang diperingati tiap tanggal 22 Desember, yang mengambil tanggal diadakannya Kongres Wanita Pertama di Yogyakarta.

Bila pada hari Ibu, tiap keluarga merayakan dengan memanjakan Ibu, tidak boleh bekerja, tidak boleh memasak, dan mendapatkan buket bunga yang indah, maka pada hari Ayah biasanya keluarga memasak atau membelikan makanan favorit ayah, menikmati waktu luang bersama ayah, atau mengunjungi destinasi tempat ayah melakukan hobi.

Sedangkan di Jerman,  peringatan hari Ayah diadakan tiap tanggal 9 Mei. Bagi keluarga di kota besar, akan mengadakan perjalanan ke luar kota, misal tahun ini, keluarga Ari bepergian ke kota Ulm, mencari sebuah taman yang bisa dinikmati anak-anak untuk bermain.

Hal senada diungkapkan Gana, yang tinggal di pedesaan. Para petani berkumpul bersama di sebuah tempat, membakar ayam atau sosis yang ditempatkan pada boolerwagen yang memiliki dua roda, sehingga mudah ditarik, untuk menyimpan makanan dan minuman.

Di kota pun menurut Ari, kaum bapak merayakan di sebuah tempat, dengan membawa peralatan BBQ dan minuman. Anak laki-laki yang belum menikah juga boleh ikut, intinya semua peserta laki-laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun