Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Diary

Indikasi Ancaman Masa Depan Negara dari Dalam

2 Mei 2023   11:26 Diperbarui: 2 Mei 2023   12:08 23970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber :unpak.ac.id)


Tulisan ini, saya muat di akun saya mewakili sepupu saya yang gak sempat memposting karena kesibukan dan saya mengerti posisinya saat ini. Dia adalah kompasioner juga, menurutnya saya lebih pantas memuat buah pikirnya  dengan berbagai pertimbangan agar dibaca banyak orang

ALexa Chan (Lexa) Menulis :

Ngikut gaya abang ah, disclaimer dulu...ha ha ha ha. Para pembaca yang udah terlanjur nge-klik tulisan ini, percaya deh, gak ada manfaatnya. Karena penulisnya emang suka ngaco kalo nulis, jadi mikir lagi kalo mau ngebaca lebih lanjut.

Tapi ntar dulu, sebelum cabut baca kutipan ini dari G.D Anderson yaitu nama samaran untuk Geena Dunne (lahir 1993), seorang penulis feminis Australia dan pendiri badan amal Australia, The Cova Project.

"Feminism isn't about making women stronger. Women are already strong, it's about changing the way the world perceives that strength."

Percaya? Dah kalo gak sejalan apalagi, silahkan cabut sebelum muntah-muntah baca tulisan Lexa, banyak tuh tulisan penting lainnya.
Nih buat yang masih "ngeyel" mau bacain tulisan Lexa, terang aja harus di mulai dengan pengantar dulu karna dah lama vakum di kompasiana dan katanya tergolong penulis senior. Penulis senior apaan? Penulis senior serampangan, ngaco dan buat gaduhh dimana-mana, tulisanya hanya seumprit tapi entah masih bisa kebaca gak bacot Lexa di tulisan-tulisan lama. ha ha ha.

Ya udeh,  so I need to tell you a little introduction, pendek panjang serah Lexa sebelum masuk ke tulisan yang Lexa sendiri masih bingung mau nulis apa ntar. Bodo ah, ntar saraf di otak ngerangsang jari untuk menulis juga.

Jadi gini, rasanya cukup lama Lexa gak nulis juga di Jagat per-kompasiana ini, Lexa nongol karna diajak "abang" untuk nulis daripada buat onar bikin keluarga pusing kepala, Itu kata dia, ngasal aja. Orang pengen nikmatin hidup kok dilarang, udah gede gini, cantik pula ha ha ha ha. Apalagi blum punya centang Biru dan Malas Nulis.

I said to him I'm not an idealist, I'm a fan of freedom and humanity. So, menulis sekedar kegiatan selingan, bukan hobi. Yang paling penting, hayati nin kutipan ini, Ask not what your country can do for you - ask what you can do for your country. Gile ya, kek JFK aja ha ha ha ha,

Tapi beneran kok, dalam masa vakum,  Lexa merhatiin ada yang menulis kritik pemerintah, motivasi sana sini dan buat sensasi jiplak atau ngerangkum tulisan sana sini bahkan ngarang. Eits This is my opinion. So give me a chance to write. You may be different. At the beginning of this Articles. i have warned you.

Jadi singkatnya, Lexa langsung terjun ke lapangan agar berguna bagi banyak orang, cie cie cie, katanya gak idealis, ternyata idealis juga. Bodoh ah.. biarlah anjing menggonggong sana.  

Ya emang benar, I tell you something true about my life. Lexa terjun di dua dunia yang berbeda, disatu sisi sebagai aktivis dan pemerhati sosial dan di sisi lain berperan langsung membantu pemerintah dari dalam walaupun serasa sebagai pesuruh. Eits bukan penyesalan ini, tapi cari pengalaman.

Lexa sebenarnya sukanya "cari ribut" di kolom komentar kata si abang, berdebad dengan siapa saja khususnya di tulisan yang yang menggoda untuk menguji daya nalar penulisnya, atau tulisan yang jadi perdebatan para penulis kompasiana. Tapi itu duulu. Kira-kira 10 hingga 11 tahun lalu kali ya, waduh serasa udah tua Lexa.

Nah setelah vakum menulis sekian lama, tapi lucunya beda kasusnya sama si "abang". Vakum menulis karena "kecelakaan:" kebodohannya sendiri ha ha ha, jangan marah bang kalo ngebaca statement ini.

Dia terpaksa Vakum menulis karena masalah politik yang secara gak langsung memaksa dia harus teken kontrak untuk gak boleh nulis di media apapun, apalagi mengkritisi pemerintah yang didukungnya. Padahal itu karakternya.

Saat itu Lexa ketawa aja, (maklumlah si abang ini rada-rada he he he gualak)  so jadi mikir aja kok ada model macam beginian ya. Serasa Soeharto masih berkuasa, sedangkan kita lagi nikmatin  masa reformasi yang memberikan kebebasan bagi rakyatnya untuk berekspresi atau mengeluarkan pendapat di depan umum, sejauh gak ngelanggar hukum.  Ya... udah lah bang, siapa suruh ikutan politik praktis, kena batu kau... hi hi hi...

Kejam gak dunia bang? Saat abang sengsara karena gak bisa menyalurkan hobi, bahkan sakit pula. Teman-teman abang malah melejit bagai roket, dengan cara halal maupun gak halal. Menurut Lexa, lebih banyak mudaratnya,  
Mending pemungut sampah daripada teman-temanmu dan tokoh idola mu itu yang abang banggakan. Brengsek semua. Bayak mudarat-nya,  Ngantongin uang lendir rakyat.

Mau bukti Bang? Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia mengalami penurunan. Pada 2022, skor CPI Indonesia merosot menjadi 34 dari 2021 yang mencapai skor 38. IPK atau CPI ini dihitung oleh Transparency International dengan skala 0-100, yaitu 0 artinya paling korup, sedangkan 100 berarti paling bersih.

Ntuh buktinya, padahal Presidennya terlihat anggun dan sopan, lengket sama rakyat, Tapi dimanfaatin sama cukong dan pembantu-pembantunya alias para menteri. Udah itung belum kawan Mas Jokowi yang masuk penjara lantaran makan "uang lendir"?

Pemerintah ini, memperkuat praktek Oligarki yaitu  bentuk struktur kekuasaan di mana kekuasaan berada di tangan segelintir orang. Orang-orang ini mungkin atau mungkin gak dibedakan oleh satu atau beberapa karakteristik, seperti bangsawan, ketenaran, kekayaan, pendidikan, atau kontrol perusahaan, agama, politik, atau militer. Mau jadi apa bangsa ini?

Kalo mau comot data BPS, banyak dan dari sumber lain. Ternyata ada yang berbeda dengan kenyataannya di lapangan.
Lexa balik dulu soal Oligarki neh, apa abang gak sadar, Presiden yang imut dan sedehana itu, tapi belum terlalu berpengalaman dalam dunia politik. Kalau bisnis ya, oleh karena itu, sekalipun negarawan dan dicintai rakyat karena latar belakang karakter yang membentuknya baik pengalaman hidup maupun sebagai orang jawa, sebenarnya beliau adalah pebisnis dan menguasai dunia ini secara piawai.

Abang kalo baca Kesenjangan ekonomi yang terjadi di masyarakat Indonesia semakin meningkat sekalipun status itu sejak tahun 2015. Hal ini dibuktikan dengan data dari Credit Suisse yang mendapuk Indonesia di daftar negara dengan kesenjangan ekonomi tertinggi di dunia. Dalam laporan bertajuk 'Global Wealth Report' tersebut, Indonesia duduk di peringkat keempat.

Angka kesenjangan ekonomi yang terjadi di Indonesia mencapai 49,3 persen. Ini artinya, satu persen orang terkaya di Indonesia mampu menguasai 49,3 persen total kekayaan negara. Gila gak sih? Ya itu mereka itu, para penyembah Oligarki.

Kalau ditanya gimana kini? Tanyakan pada rumput yang bergoyang.

Bahkan dikatakan, Indonesia duduk di peringkat keempat di bawah India dan Thailand. Orang kaya di dua negara ini mampu menguasai lebih dari 58 persen kekayaan negaranya. Tak beda lah sama Indonesia bang.

Eh sampai lupa terkait judul, Opung LBP pernah berkata, beliau tak yakin negara ini akan dijajah atau di invasi negara lain. Tapi boleh jadi akan dijajah dalam bidang teknologi. Kalo statement opung ini Lexa balik, bukan dijajah oleh negara lain, tapi segelintir orang atau kelompok dalam sistem oligarki gimana? Masih ingat opung pesan dari Proklamator Bung Hatta? Lexa gak perlu jelasin, pangkat dan pengalaman opung luar biasa untuk memahami, merenungkan dan menjelaskannya.

Lain lagi soal politik identitas, baca saja tulisan Lexa yang mendukung Ahok, Indonesia ini diambang kehancuran jika masalah ini terjadi terus dan gak terselesaikan, bahkan Lexa yakin di Pemilu 2024 lahir pemimpin yang didukung oleh para cukong, oligarki ini. Fulus bang... Fuluss bermain.  Dan kalau rayat kecil sudah terpecah belah karena politik identitas, si orang kaya itu mereka tinggal terbang di negara lain, dimana bisnis dikembangkan dan istana mereka didirikan.

Pstt Tau gak sih bang ada ketua Parpol yang punya "upeti" beruoa rumah di beberapa negara yang cukulah megah? Apa itu pimpinan Parpol ideal dan dibanggakan? Tunggu saja waktu membuktikan semuanya.

Abang mau percaya atau gak terserah. Lexa ada di lingkungan mereka, karena melototin usaha dan pajak mereka. Buset... rasanya Pancasila ini hanya idiologi yang jadi tameng mereka, dan mohon maaf termasuk mereka dan keturunannya yang mengaku mempertahankan pancasila dan bhineka tunggal ika. Praktek Demokratis di negara ini cenderung liberal.

Rasanya perlu di rubah haluan negara ini menuju Sosialisme demokrasi yang Lexa copas dari wikipedia mengartikan bahwa Sosialisme demokrasi adalah filosofi politik yang menganjurkan demokrasi yang dilaksanakan bersamaan dengan kepemilikan sosial langsung atas alat produksi,

Dengan penekanan pada manajemen mandiri dan manajemen demokrasi institusi ekonomi dalam suatu pasar atau suatu bentuk ekonomi sosialis terencana yang terdesentralisasi.

Sosialis demokratis menganut bahwa kapitalisme secara inheren gak sesuai dengan apa yang mereka percaya sebagai nilai-nilai demokrasi seperti kebebasan, kesetaraan dan solidaritas. Mereka percaya juga bahwa cita-cita tersebut hanya dapat dicapai melalui realisasi masyarakat sosialis. Sosialisme demokratis dapat mendukung politik revolusioner maupun reformis sebagai sarana untuk membangun sosialisme

Jika disimak bang, This is the basic understanding and ideals of this country by President Soekarno.
Tapi bila dikelola dengan salah, Dalam istilah sosialisme demokratis, kata sifat demokratis digunakan untuk membedakan sosialis demokratis dengan sosialisme yang terilhami Marxisme-Leninisme, yang dipandang banyak orang dalam praktiknya sebagai gak demokratis atau otoriter. Bisa terjadi.

Nih Lexa mau bisikin abang sesuatu, tapi karena terbuka Lexa harus hati-hati menymapaikannya. Abang tau gak sih? Lexa anggap sebagai dugaan keras keras aja deh, daripada kesannya menyebarkan berita bohonh. Ini yang Lexa dengar, kalo penentuan calon Capres dan Wapres 2024 salah satu partai atau gabungan partai dilakukan dengan transaksional gunain duit (Money Politics) yang tak kecil lho, oleh para cukong yang ingin mengamankan gurita bisnisnya di Indonesia.

Lexa punya sumber, paling gak Lexa anggap sumber A1. Kalau ada uang mundur dari calon capres salah satu parpol peserta pemilu so pasti bunyinya sebesar XX Triliun kan? Pecaya gak? Lexa juga gak percaya. Tapi sumber ini bisa dipercaya. Jadi gimana dong. Makan kedondong? Atau kita anggap saja ada indikasi, begitu kali ya. Biar jangan terlalu vulgar dan kesannnya mengada-ada.

Eh jangan ketawa dulu, inipun akan dipraktekan di cawapres 2014. Dan pinternya mereka, memasang kaki tangannya, di pasangan calon yang kuat dan akan memenangkan pertarungan pilpres 2014.

Ah, apa katamu bang? udah biasa? Picik kali kau bang! Ini udah kelewatan bang! Dari pucuk. Kepala ikan kalo busuk semuanya ikutan busuk bang.

Nah, apa tugas si Cawapres ini? Akan mengamankan gurita bisnis para oligarki 9 Naga yang santer diberitakan. Itu nyata bang, Selidiki saja para calon cawapres yang binisnya merupakan bagian dari gurita bisnis 9 Naga ini. 

Dongeng? sapa bilang dongeng. Coba telusuri satu persatu perusahaan milik mereka dan gurita bisnisnya terkait dengan perusahaan milik para politisi juga. Kalo dijabarin di sini, ntar di gugat opung lagi seperti kasus papua. Tapi kalo mau di telusuri gampang sebenarnya. 

Kalo dah gini bang, entah pileg atau pilkada bahkan jual beli jabatan akan diterobos semua sama mereka ini. Nah orang-orang yang kelihatan manis, pinter bicara dan kelihatannya punya prestasi segudang serta antek-anteknya. Mereka inilah penghianat negara sejatinya.

Coba abang simak "dugaan" Transaksional kepeimpinan yang dilakukan oleh Oligarki yang oleh Christopher Loffredo Hayes yang adalah seorang komentator politik Amerika, pembaca berita televisi, aktivis, dan penulis Menurutnya "Those who are able to climb up the ladder will find ways to pull it up after them, or selectively lower it down to allow their friends, allies, and kin to scramble up. In other words: 'Who says meritocracy says oligarchy.'

Yang diartikan bebas, Mereka (Oligarki ini) yang mampu menaiki tangga akan menemukan cara untuk menariknya ke atas setelah mereka, atau secara selektif menurunkannya untuk memungkinkan teman, sekutu, dan kerabat mereka berebut naik. Dengan kata lain: 'Siapa bilang meritokrasi bilang oligarki.'

Mereka ini sudah lama merajalela dan saat ini sedang melakukan manuver menggunakan tokoh-tokoh muda dengan elektabilitas tertinggi untuk bergerilya menduduki tempat di pipres 2024 agar dapat mengamankan sekali lagi gurita bisnis dimana mereka juga terlibat.

So, In my opinion, and definitely will be different from the others. I believe that Prabowo Subiyanto will be elected as President of Indonesia 2024. He is a patriot even though he has a business, he loves this country very much. Just a note for him, to beware of his vice presidential candidate. And watch out for those closest to him

Tau kan Meritokrasi? Menurut tulisan Michael Young  yang berjudul 'Meritocracy'"  dan diterbitkan oleh  The New York Times. tanggal 13 Januari 2022 mengartikan Meritokrasi adalah sistem politik yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi, bukan kekayaan atau kelas sosial. Kemajuan dalam sistem seperti ini didasarkan pada kinerja, yang dinilai melalui pengujian atau pencapaian yang ditunjukkan. Meskipun konsep meritokrasi telah ada berabad-abad lamanya, istilah ini sendiri diciptakan pada tahun 1958 oleh sosiolog Michael Dunlop Young dalam buku distopia politik dan satirenya yang berjudul The Rise of the Meritocracy.

Nah, yang kita perlu adalah praktek sistem politik ini, Meritocracy bang. Tapi ya apa guna Lexa omong bang, Nasi sudah menjadi bubur dan mereka sedang dan sudah lama melakukan praktek seperti ini.
Gak percaya? Coba telusuri satu persatu Gurita Bisnis 9 Naga ini, ada gak bisnis yang dikelola oleh calon pemimpin negara yang digandang-gandang di pilpres 2014.

Ini Lexa baru omong hanya segelintir masalah tapi berpengaruh kepada keutuhan NKRI di maa depan, yang perlu dicatat di sini, Lexa sedih melihat rakyat yang dininabobokan oleh peran mereka melalui pemerintah. Yang miskin akan semakin miskin, daerah yang kaya sumber daya alam, akan dikeruk abis tak meneteskan sedikitpun manfaat buat masyarakat di daerahnya. Ini setanya Lintah Darat bang.

Dan satu lagi yang terakhir nih Bang, jika Lexa boleh jujur. Lexa membaca pendapat salah satu jurnalis theatlantic-com. Ia bercerita tentang pendapat kawan sejawatnya terkait politisi berusia Tua, mereka dinamakan apa ya pantasnya. Politisi Senior aja deh, buat nyenengin hati....

Salah satunya pendapat dari jurnalis yang bernama Glenn. Menurutnya Jika generasi Perang Dunia II adalah "Generasi Terhebat", maka generasi Baby Boomer adalah "generasi terpanjang". Mereka menolak untuk pensiun; gak bisa membayangkan pensiun; gak akan pensiun!Seperti Post Power Syndrome. Abang tau khan soal ini. Dan jika dalam usia tua, banyak syndrom yang mereka indap, selain penyakit fisik, mental dan psikologi yang mengrogoti langkah dan pemikirannya di dalam dunia politik.  

Kita anggap saja, Generasi perang dunia ke dua ini, adalah keturunannya adalah Generasi Terhebat membuat nama dan reputasinya di medan perang Eropa, sepanjang waktu ingin pulang ke kehidupan normal bersama keluarga mereka, apakah sudah ada atau belum. Begitu pulang di era pascaperang, mereka mulai membangun karier, kehidupan, keluarga, dan bangsa, tetapi selalu melihat ke masa pensiun ketika mereka dapat menikmati hasil kerja mereka dengan cara yang jauh lebih pribadi. Generasi Baby Boom gak seperti itu. Mereka gak pernah merenungkan kehidupan apa pun di luar kehidupan profesional. Jadi, tampaknya rencana mereka adalah untuk mempertahankan kekuasaan, prestise, atau rutinitas apa pun yang diberikan oleh pekerjaan mereka selama mungkin.

Sebagai Catatan Generasi Baby Boomers adalah mereka yaang lahir antara 1946-1964 dan berusia antara 57-75 tahun pada 2021 atau 60-78 Tahun di 2024 nanti.

Kita semua harus memahami sekaligus menghargai mentalitas syndrom "gak akan berhenti" yang keras kepala juga ini, dan tentu saja banyak dari kita dapat menjadi aset yang sangat fungsional untuk profesi pilihan kita di usia lanjut.
Tetapi sama jelasnya bahwa banyak dari kita dapat dan benar-benar kehilangan ketajaman dan kegunaan kita seiring bertambahnya usia.

Realitas fisik ini, ditambah dengan susunan psikologis generasi tertua kita saat ini, telah memaksakan beban untuk menentukan "kapan waktunya pergi" atau dalam bahasa agar kasar lexa "when is the right time to kick them into shutting their mouths and letting them quietly enjoy their retirement ", jauh dari individu yang ngerecokin kembali ke masyarakat pada umumnya. 

Tak satu pun dari mereka akan merasa nyaman menerima keputusan atau kenyataan ini. Paling gak dapat dilihat  dalam keluarga mereka sendiri, apalagi untuk keluarga orang lain. Keputusan ini harus dilakukan secara pribadi lewat pertemuan khusus, atau dengan meberi jabatan sebagai symbol penghargaan saja. Namun biar rakyat memutuskan, agar mereka sadar  dengan kondisi mereka. dan ini tanggung jawab besar lho bang. Mereka ini sukanya ngerecokin dan jadi jembatan para pemilik modal besar dengan para politisi muda yang masih menaruh hormat kepada mereka. 

Setiap warga negara diminta untuk membuat keputusan secermat mungkin, menggunakan hati nurani  untuk memilih mereka dalam konteks pemilu memang agak sulit dan berantakan untuk bangsa kita jika diawali dengan cara mendesak mereka di ruang terbuka.

Jika kita ingin membuat keputusan sebaik mungkin, kita lebih membutuhkan akurasi dan keadilan daripada kesopanan dari media kita. Ketajaman fisik dan mental seseorang adalah faktor pemungutan suara yang valid. Apakah itu persoalan usia yang tidak boleh dibatasi karena melanggar HAM? Mungkin juga. Namun, apakah pantas memberikan peluang bagi mereka kepada bagi rakyat yang yang harus memilih pemimpin di dunia yang mengingini pemimpin yang terbaik?  

Jika pada hari-hari pencalonan partai keluar maka kita harus membuat beberapa keputusan yang sangat terbuka, walaupun gak nyaman, dan kita akan membutuhkan pelaporan yang sangat terbuka pula, juga merupakan hal yang sangat gak nyaman untuk dipenuhi. tugas kewarganegaraan kita.

Selain kandidat yang memenuhi persyaratan usia minimum yang sah untuk dan menurut penilaian pemilih tepat, sebenarnya gak boleh ada penyebutan masalah usia kandidat oleh pers atau lawan kecuali kandidat itu sendiri yang mempersoalkannya. Sama seperti kondisi medis terdakwa pidana gak dapat dikejar di pengadilan kecuali terdakwa mengungkitnya, usia perlu dilindungi untuk mulai menghilangkan persoalan usia dari percakapan kita. Tapi semua akan dinamis, hal ini harus dikemukakan sebagai wacana dan diimplementasi agar generasi penerus bangsa ini, sudah dipersiapkan secara dini.

Ada Banyak dari mereka yang ngercokin! Tapi ada pula segelintir patriot dan i'm sure that is exception for Prabowo, even though he is retired and really stubborn. That's Principle. Not stubborn I pray that Prabowo can understand and become the president with the best choice.

Sehingga, gak berlebihan, I don't care either, tapi jika merujuk pada apa yang dikemukakan KPU pada awal tahun ini, dimana Kalau kita lihat proporsinya antara usia 15 tahun yang mungkin nanti menjadi pemilih pemula (berusia 17 tahun) pada saat 2024 sampai dengan usia 39 tahun hingga 40 tahun, itu proporsinya sekitar 53 sampai 55 persen atau 107 juta, hampir 107-108 juta dari total jumlah pemilih di Indonesia. Sehingga jika diakumulasi, maka Pemilu 2024 Didominasi Pemilih Muda Berusia 17-40 Tahun.
Inilah kesempatan bagi pemilih berusia 17-40 tahun harus dapat menentukan pemimpin yang tepat. Atau You Have to Do Something Through this Election by Disposing of Election Garbage, Traumatizers and Criminals of this Country. 

You have to carry out a mass movement in the context of change so that this country will remain victorious for all time. Even if you have to postpone the election

If it's considered a provocation. Please judge for yourself. But please think clearly. You have a conscience
Enjoy reading and watching political plays on media and social media. They are all currently looking for the stage of power in order to earn money and secure their business. Very expensive political costs in Indonesia You must take note of that! How do they try to return their current sacrifice, even if they want to be a beggar but behind the scenes.

Thank You So Much My Dear Brother to Posting my Opinion.  I'm really sorry, because if I write this article it wil be like garbage. Because you have quite a lot of readers  Agar dapat dibaca banyak orang, karena pengikut saya sedikit. Semoga berguna dan menjadi perenungan kita semua.


God Bless Indonesia !!


-Lexa-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun