Mohon tunggu...
Tovanno Valentino
Tovanno Valentino Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya Seorang Pemimpi

Hanya Seorang Pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Diperlukan Keseriusan Pemerintah Meningkatkan Mitigasi Bencana!

18 Januari 2022   04:51 Diperbarui: 20 Januari 2022   05:07 4133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wikipedia : Map of earthquakes in Indonesia 1900--2019, Based on the records of the USGS 

Sebelum masuk pada penulisan artikel sesuai judul artikel, tentu saya harus disclaimer bahwa saya bukan ahli dibidangnya dan juga bukan pengamat,  oleh karena itu dengan pemahaman yang minum baik secara umum maupun memahahimnya ketika gempa itu terjadi sangatlah terbatas.  Terlebih setelah kejadian gempa beruntun yang terjadi di provinsi Banten dan sekitarnya.  

Oleh karena itu saya mengumpulkan berbagai referensi yang dapat dipertanggungjawabkan. Tulisan ini khususnya dibuat untuk merespon gempa susulan yang dirasakan oleh warga di wilayah Jawa Barat dan Banten pada Senin (17/1/2022) sekitar pukul 07.30 WIB.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyebutkan, gempa yang baru saja terjadi berkekuatan magnitudo 5,4. Pusat gempa berada pada 84 kilometer barat daya Bayah, Banten, dengan kedalaman 10 kilometer.

Saya tinggalkan dulu sebentar persitiwa tersebut namun akan dgali kembali setelah saya mencoba membahasnya secara bagian per bagian sesuai literatur yang saya peroleh.

Saya awali dengan pengertian dan jenis gempa bumi itu sendiri, sekalipun sebagian besar masyarakat telah mengetahuinya.

PENGERTIAN GEMPA BUMI

Bersumber dari artikel wikipedia berbasa inggris salah satunya bersumber dari Arikel yang ditulis oleh Ohnaka, M. (2013). Yang berjudul "The Physics of Rock Failure and Earthquakes". Terbitan Cambridge University Press.

Gempa bumi atau earthquake (dikenal juga dengan sebutan singkat quake, tremor atau temblor) merupakan guncangan permukaan bumi yang dihasilkan dari pelepasan energi secara tiba-tiba di litosfer bumi yang menciptakan gelombang seismik .

Gempa bumi dapat berkisar dalam ukuran dari yang sangat lemah sehingga tidak dapat dirasakan hingga yang cukup keras untuk mendorong benda dan orang ke udara, dan menimbulkan kehancuran di seluruh kota.

Aktivitas Seismicity, atau aktivitas seismic (Aktifitas Seismisitas , atau aktivitas seismik) , suatu daerah adalah frekuensi, jenis, dan ukuran gempa bumi yang dialami selama periode waktu tertentu. Kata tremor juga digunakan untuk memproyeksikan keadaan gemuruh seismik non-gempa .

Di permukaan bumi, gempa bumi memanifestasikan dirinya dengan mengguncang dan menggusur atau mengganggu tanah. Ketika episentrum gempa bumi besar terletak di lepas pantai, dasar laut dapat bergeser cukup untuk menyebabkan tsunami . Gempa bumi juga dapat memicu tanah longsor dan, terkadang, aktivitas gunung berapi.

Dalam pengertian yang paling umum, kata gempa digunakan untuk menggambarkan setiap peristiwa seismik - baik alami atau disebabkan oleh manusia - yang menghasilkan gelombang seismik.

Gempa bumi sebagian besar disebabkan oleh pecahnya patahan geologi tetapi juga oleh peristiwa lain seperti aktivitas gunung berapi, tanah longsor, ledakan tambang, dan uji coba nuklir . Titik retak awal gempa disebut hiposenter atau fokusnya. Episentrum adalah titik di permukaan tanah tepat di atas hiposenter.

JENIS GEMPA BUMI YANG UMUM DIKETAHUI
Jenis-jenis gempa bumi yang selama ini kita peroleh dari berbagai literatur serta pemahaman umum yang diberikan adalah :

  1. Gempa vulkanik,  yaitu gempa bumi yang disebabkan oleh letusan gunung berapi
  2. Gempa tektonik, yaitu gempa bumi yang terjadi karena pergeseran lapisan kulit bumi akibat lepasnya energi di zona penunjaman.  
  3. Gempa runtuhan atau terban adalah jenis gempa Bumi yang disebabkan oleh tanah longsor, gua-gua yang runtuh, dan lain-lain. Jenis gempa yang satu ini biasanya berdampak kecil dan berdampak pada wilayah yang sempit.

INDONESIA SALAH SATU NEGARA YANG PALING RAWAN GEMPA DI DUNIA

Catatan Worldatlas

Bersumber dari worldatlas-com, dengan tajuk 10 Negara paling rawan gempa di dunia menyebutkan, Tidak semua negara di dunia rentan terhadap gempa.

Negara-negara yang paling rawan gempa di dunia termasuk Cina, Indonesia, Iran, dan Turki.  Namun dalam list 10 Negara rawan gempa juga menyebutkan, Jepang, Peru, Amerika serikat, dan italia.

Disebutkan juga, negara yang juga rawan gempa di luar 10 negara tersebut adalah, Afganistan dan India juga sangat rawan gempa akibat aksi lempeng tektonik. Lempeng India terus bergerak ke utara dan menabrak lempeng Eurasia, yang merupakan penyebab utama gempa bumi di anak benua India. Yunani dan Meksiko juga rentan terhadap peristiwa gempa.

Kita tinggalkan ulasan negara lain, saya ambil saya ulasan tentang Indonesia yang ditempatkan pada urutan kedua.

Disebutkan bahwa, Indonesia dengan 113 gempa bumi berkekuatan signifikan antara tahun 1900 dan 2016, Indonesia menempati urutan kedua negara paling rawan gempa di dunia.

Alasan utama tingginya frekuensi gempa bumi di Indonesia adalah lokasinya yang berada di Cincin Api . Mayoritas gempa bumi di dunia terjadi di Cincin Api, yang meliputi area berbentuk sepatu seluas sekitar  40.000 Km Persegi.

Pergerakan lempeng tektonik di daerah tersebut, serta letusan gunung berapi bawah laut atau permukaan, telah memicu banyak gempa bumi yang mempengaruhi Indonesia selama berabad-abad.

Catatan Media dan Sumber Lain

Mengapa Indonesia memiliki begitu banyak gempa bumi?

Seperti diberitakan CNN Internasional, Sumber CNN (30/10/2018) diawali dengan pertanyaan tentang Indonesia, yaitu 

Bukan apakah gempa akan terjadi tetapi kapan gempa itu terjadi.

Hampir tak beda dengan apa yang diutarakan oleh catatan worldatlas bahwa Indonesia rawan gempa karena berada di Ring of Fire, busur gunung berapi dan garis patahan di cekungan Samudra Pasifik.

Daerah berbentuk seperti sepatu membentang 40.000 kilometer (25.000 mil) dan merupakan tempat sebagian besar gempa bumi di dunia terjadi.

Salah satu zona paling aktif secara seismik di planet ini, membentang dari Jepang dan Indonesia di satu sisi Pasifik hingga California dan Amerika Selatan di sisi lain.

"Tektonik lempeng dan Cincin Api adalah alasan utama mengapa Indonesia memiliki begitu banyak gempa bumi dan letusan gunung berapi," kata ahli meteorologi CNN Allison Chinchar. "Bumi di bawah mereka terus berubah dan terus bergerak."

GEMPA BUMI DAN PERKIRAAN KORBAN

Tabel Gempa Bumi di Indonesia dan Perkiraan Jumlah Korban Jiwa

Untuk lengapnya dapat mendownload katalog Tsunami Indonesia Tahun 416-2018 yang diterbitkan oleh Meteorology, Climatology, and Geophysical Agency (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geo

Tabel 1 Kejadian Gempa di Indonesia, Sumber Wikipedia | BMKG
Tabel 1 Kejadian Gempa di Indonesia, Sumber Wikipedia | BMKG

Tabel 2 Kejadian Gempa di Indonesia, Sumber WIkipedia | BMKG
Tabel 2 Kejadian Gempa di Indonesia, Sumber WIkipedia | BMKG

Catatan Media

26 Gempa Bumi Merusak 2021, Rekor Tertinggi Selama 20 Tahun! (CNBC Indonesia 05/01/2022)

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat telah terjadi 26 kejadian gempa bumi merusak (destructive earthquake) di Indonesia sepanjang 2021.

  • Jumlah gempa bumi merusak pada 2021 ini merupakan tertinggi dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Maksud dari gempa bumi merusak yaitu kejadian gempa bumi telah mengakibatkan terjadinya korban jiwa, kerusakan bangunan, kerusakan lingkungan, dan kerugian harta benda
  • Berdasarkan catatan dari Badan Geologi, sejak tahun 2000 hingga 2021 telah terjadi sebanyak 5 hingga 26 kejadian gempa bumi merusak (destructive earthquake) di Indonesia, artinya kejadian gempa bumi tersebut telah mengakibatkan terjadinya korban jiwa, kerusakan bangunan, kerusakan lingkungan dan kerugian harta bend
  • Kejadian gempa bumi merusak tahun 2021 diawali dengan gempa bumi di Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah pada 4 Januari 2021 dan diakhiri oleh kejadian gempa bumi Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku pada 30 Desember 2021. Kejadian gempa bumi merusak tersebut mengakibatkan jumlah korban jiwa 119 orang meninggal dan 6.803 orang luka-luka.
  • Selama tahun 2021 kejadian gempa bumi yang mengakibatkan dampak besar adalah gempa bumi Mamuju tanggal 15 Januari 2021 dengan magnitudo (M 6,2) pada kedalaman 10 km. Kejadian gempa bumi ini mengakibatkan 105 meninggal, 6.489 orang luka-luka dan kantor Gubernur Sulawesi Barat mengalami rusak berat. Selain itu terjadi gerakan tanah cukup masif yang menutup jalur trans Sulawesi di daerah Tappalang, retakan tanah dan likuefaksi
  • Sepanjang tahun 2021, terdapat satu kejadian gempa bumi merusak yang memicu terjadinya tsunami yaitu kejadian gempa bumi Teluk Taluti, Kabupaten Maluku Tengah pada 16 Juni 2021. Tsunami dipicu oleh gerakan tanah akibat guncangan gempa bumi dengan magnitudo (M 6,1) pada kedalaman 10 km. Tsunami teramati di Pelabuhan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah dengan tinggi rendaman (flow depth) sekitar 1 meter.
  • Pada 2021 juga terjadi gempa bumi swarm (swarm earthquake) pada 23 Oktober hingga awal November 2021 yang mengakibatkan kerusakan bangunan di daerah Ambarawa, Kabupaten Semarang. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kejadian gempa bumi swarm ini diakibatkan oleh sesar aktif berarah utara-selatan. Sesar aktif ini sebelumnya belum teridentifikasi.
  • Kejadian gempa bumi merusak tahun 2021 sebagian besar bersumber dari sesar aktif, dan beberapa yang bersumber dari zona penunjaman. Dari kejadian gempa bumi merusak 2021 itu, terdapat beberapa kejadian gempa bumi yang sumbernya belum teridentifikasi sebelumnya, seperti gempa bumi Tehoru, Maluku Tengah, pada 16 Juni 2021, gempa bumi Mamasa pada 22 Juli 2021, gempa bumi Tojo-Una-Una (26 Juli 2021 dan 28 Agustus 2021), gempa bumi Brebes pada 28 September 2021, gempa bumi Bangli-Karangasem pada 16 Oktober 2021, gempa bumi Ambarawa pada 23 Oktober hingga awal November 2021, gempa bumi Seram Utara tanggal 4 November 2021, dan gempa bumi Kepulauan Selayar pada 14 Desember 2021.

Jumlah Gempa Bumi Sumber BMKG
Jumlah Gempa Bumi Sumber BMKG

SEJARAH GEMPA BUMI BANTEN DAN JAWA BARAT

Sumber Media (bisnis.com 14/01/2012)

  • Sejarah Gempa di Banten, Pernah Akibatkan Tsunami Hingga 30 Meter Dalam catatan BMKG, wilayah Banten sudah beberapa kali diguncang gempa dan tsunami bahkan ada yang sampai tingginya hingga 30 meter neburut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati
  • Genpa bumi pertama hingga menyebabkan kerusakan di wilayah Banten terjadi pada 4 Mei 1851 di Teluk Betung dan Selat Sunda. Gempa tersebut mengakibatkan tsunami setinggi 1,5 meter
  • Gempa berikutnya terjadi pada 9 Januari 1852, saat itu gempa kuat yang terjadi di wilayah tersebut diikuti tsunami kecil
  • Kemudian pada 27 Agustus 1883, terjadi tsunami dahsyat di atas 30 meter akibat erupsi Krakata
  • Gempa hingga menyebabkan kerusakan parah pernah terjadi pada 23 Februari 1903 dengan kekuatan magnitude 9,7 yang berpusat di Selat Sunda
  • Pada 26 Maret 1928 sempat terjadi tsunami kecil yang teramati di Selat Sunda usai gempa
  • 22 Desember 2018 Selat Sunda dilanda tsunami akibat longsoran anak Gunung Krakatau dan pada 2 Agustus 2019 terjadi gempa magnitude 4,7 yang merusak dan berpotensi tsunami\
  • Sementara itu, gempa tepatnya terjadi pada pukul 16.05.41 WIB, Jumat (14/1/2022) dengan pusatnya berada di Samudera Indonesia pada kedalaman 10 kilometer. Kekuatannya Magnitudo 6,6 dengan lokasi episentrum berada 52 kilometer barat daya Sumur, Banten. Gempa tersebut telah dipastikan tidak berpotensi tsunami. Dwikorita menjelaskan berdasarkan hasil analisis BMKG, episenter gempa terletak pada koordinat 7,21 derajat Lintang Selatan-105,05 derajat Bujur Timur, tepatnya berlokasi di laut pada jarak 132 km arah barat daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang, Banten pada kedalaman 40 km. Gempa tersebut merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault)

UPAYA SERIUS PEMERINTAH DALAM MITIGASI BENCANA

Meningkatkan Keseriusan Pemerintah dalam Mitigasi Bencana

Dalam Pasal 1 ayat 6 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Mitigasi bencana memiliki tiga tujuan utama, yaitu:

  1. Mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti korban jiwa, kerugian ekonomi, dan kerusakan sumber daya alam
  2. Digunakan sebagai landasan perencanaan pembangunan.
  3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi risiko bencana.

Jika Dilihat dari definisi dan tujuannya, mitigasi adalah kegiatan yang seharusnya dilakukan sebelum bencana terjadi. Salah satunya Mitigasi Bencana Gempa Bumi, antara lain:

  1. Memastikan menggunakan konstruksi bangunan tahan getaran atau gempa
  2. Memastikan kekuatan bangunan sesuai dengan standar kualitas bangunan.
  3. Membangun fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.
  4. Memastikan kekuatan bangunan-bangunan vital yang sudah ada.
  5. Merencanakan penempatan permukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan bencana.

Dalam bencana gempa Banten dan sekitarnya tentu saja kesiapan  National Search and Rescue Agency (Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan) sesuaui SOP dan arahan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), beserta pemerintah lokal dan komponen masyarakat, organisasi ikut turun menangani dampak dari gempa di banten tersebut. 

Salah satu mitigasi yang tercetus  adalah melalui Mensos Risma yang Mengusulkan Warga Pesisir Pandeglang Direlokasi ke Dataran Tinggi

Seperti yang diberitakan Detik.com (17/01/2022) Menteri Sosial Tri Rismaharini setelah meninjau permukiman penduduk yang terdampak gempa Banten 6,6 M di Desa Tamanjaya, Kecamatan Sumur, Pandeglang.

Di sana, ia mengusulkan agar rumah-rumah warga di sana bisa direlokasi ke dataran yang lebih tinggi untuk mencegah potensi gempa dan bencana tsunami.

Usulan Risma itu disampaikan setelah melihat sejumlah rumah penduduk yang hancur diguncang gempa Banten. Ia mengaku kaget ternyata rumah warga di desa ini hanya berjarak sekitar 30-50 meter dari bibir pantai.

SNI RUMAH TAHAN GEMPA

Sebelumgempa Banten dan gempa-gempa sebelumnya, sesuai pemberitaan Liputan6.com (12/02/2021). Badan Standardisasi Nasional (BSN) menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 1726:2019 tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan nongedung. Sehingga meminimalisasi kerugian dan korban jiwa.

Ringkasannya sebagai berikut :

  • SNI yang mempersyaratkan kita harus menghitung beban dari struktur bangunan yang dikombinasikan dengan kekuatan desain bangunan dengan kekuatan guncangan seperti gempa, sehingga diharapkan bangunan bisa beradaptasi atau menahan kekuatan goncangan tersebut
  • Beberapa produk bangunan seperti baja dan semen diwajibkan juga memenuhi SNI, apabila baja dan semen yang digunakan tidak ber-SNI maka tidak bisa dipastikan beton yang dihasilkan sesuai dengan kekuatan yang telah diperhitungkan.
  • Dengan bahan material ber-SNI dan proses pembangunannya memenuhi persyaratan SNI 1726:2019, unjuk kerja bangunan akan melampaui kekuatan yang dibutuhkan, sehingga mengurangi risiko keruntuhan akibat guncangan.
  • Untuk menghitung beban seperti dalam SNI 1726:2019 dilakukan berbasis risiko atau berdasarkan kategori risiko struktur bangunan gedung dan nongedung terhadap pengaruh gempa yang terbagi dalam empat kategori risiko.
  • Sebagai contoh untuk kategori risiko I yang dimaksud adalah gedung dan nongedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain fasilitas pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan: fasilitas sementara gudang penyimpanan; serta rumah jaga dan struktur kecil lainnya.
  • Namun untuk kategori risiko IV adalah gedung dan nongedung yang dikategorikan sebagai fasilitas yang penting, misalnya gedung sekolah dan fasilitas pendidikan, rumah ibadah, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat, fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi.
  • Untuk menghitung risikonya berbeda-beda tergantung daerah mana yang rawan gempa dan jenis bangunan apa yang terdapat di situ, sehingga mutu dan persyaratan konstruksi bangunannya lebih tepat
  • struktur bangunan gedung dan nongedung harus didesain menggunakan kombinasi pembebanan berdasarkan ketentuan yang ada. Jadi beban yang dimasukkan untuk menghitung kekuatan struktur telah mencakup beban mati (beban yang permanen seperti beban gedung), beban hidup (beban yang dinamis seperti furnitur dan orang), beban angin dan beban gempa. Gedung yang sudah jadi juga tidak boleh dikembangkan sehingga menambah beban
  • Contoh ruko tiga lantai yang atapnya berupa plat beton dikembangkan menjadi ruangan atau gudang dengan menambah atap, hal ini dapat berisiko menyebabkan runtuhnya bangunan.
  • Sistem fondasi, baik untuk bangunan gedung dan nongedung, tidak boleh gagal terlebih dahulu daripada struktur yang di tumpunya, sehingga kombinasi pembebanan yang mempertimbangkan faktor kuat harus diaplikasikan dalam desain sistem fondasi.
  • Mencegah konstruksi gedungnya mampu menahan gempa tapi runtuh akibat gagal fondasinya. Fondasi bangunan juga harus menumpu pada tanah yang kuat, jangan sampai fondasi kuat tetapi tanahnya lunak sehingga ambles tidak mampu menahan beban fondasi. Hal ini akan menentukan jenis fondasi yang sesuai dengan kondisi tanah di bawahnya, apabila tanahnya keras bisa menggunakan londasi telapak, namun apabila tanah liat menggunakan tiang pancang, dan sebagainya
  • Fondasi bangunan juga harus memperhatikan area di sekitarnya, kemungkinan terjadi retakan secara vertikal yang merusak bangunan. Pastikan bangunan tidak berada pada daerah sesar dan rawan longsor.
  • Struktur, komponen-elemen struktur dan elemen-elemen fondasi harus didesain melebihi beban-beban terfaktor dengan kombinasi-kombinasi dan telah memperhitungkan faktor keamanan.

Saya gak tahu sudah ada percontohan dan penerapannya atau belum, terlebih lagi dalam pembangunan perumahan rakyat, dan membantu rumah masyarakat yang tidak sesuai lagi dengan standar yang dikeluarkan Badan Standardisasi Nasional (BSN), termasuk wujudnya.

Sejatinya, bila sudah diterapkan, masih terdapat penyesuaian alangkah baiknya. Sehinga (SNI) 1726:2019, bukannya menyelesaikan masalah, malah timbul pro dan kontra, dimana bisa saja terjadi pembangunan liar tanpa dikoordinasikan saat dikeluarkannya IMB. Jangan sampai hanya bangunan type khusus, milik pengusaha saja yang di pantau ketat.

Sedangkan bangunan pemerintah yang setara dengan itu tidak diperhatikan, sekalipun dalam rangka renovasi membutuhkan anggaran negara yang saat ini sedang sulit untuk dialokasikan untuk program-program prioritas.

Tapi paling tidak, sudah ada upaya untuk ke arah membangun bangunan tahan gempa, yang diharapkan diprioritaskan di wilayah-wilayah rawan gempa di indonesia.

BELAJAR DARI NEGARA LAIN

Ketahanan Gempa terhadap Bangunan di Jepang

Menurut sumber realestate-tkyo.com (28/2/2018), sekalipun berita lawas, masih relevan karena telah diadopsi ke dalam undang-undang dan terbukti masyarakat menggunakan standar ini untuk mewujudkan bangunan tahan gempa di jepang.

Segai pembuka artikel disebutkan, Jika Anda berpikir untuk membeli atau membangun rumah di Jepang tetapi khawatir dengan gempa bumi, berhati-hatilah, dibandingkan dengan negara lain, rasio keruntuhan bangunan akibat gempa kuat dikatakan sangat rendah di Jepang.

Ketika gempa bumi benar-benar terjadi, risiko terhadap rumah Anda tergantung pada banyak faktor yang berbeda seperti tanah itu sendiri, bentuk tanah, dan kepadatan bangunan antara lain.

Untungnya, semua bangunan di Jepang diharuskan memiliki struktur tahan gempa, yang berarti bahwa konstruksi baru hanya dapat disetujui melalui kepatuhan yang ketat terhadap standar tahan gempa yang ditetapkan oleh undang-undang.

Standar ketat ini, serta informasi tentang teknologi canggih yang digunakan pada bangunan tahan gempa di Jepang dan di seluruh Tokyo yang memenuhinya, akan diuraikan dalam artikel ini. Berikut ini adalah penilaian risiko dasar dari area Tokyo untuk membantu Anda tetap mendapat informasi.

Peraturan untuk Bangunan Tahan Gempa di Jepang Menurut Generasi

Untuk membuat semua struktur setahan gempa mungkin, Undang-Undang Standar Bangunan telah -dan akan selalu-ditinjau secara ketat setiap kali negara ini mengalami gempa bumi besar.

Oleh karena itu, bangunan Jepang dapat dibagi menjadi beberapa "generasi" yang berbeda, tergantung pada kapan mereka dibangun.

Sampai sekarang, setiap bangunan berada di bawah "generasi ke-2 " atau di bawahnya, di mana segala sesuatu sebelumnya hanya mengacu pada bangunan yang dibangun sebelum tahun 1971. Di bawah ini adalah bagan yang merangkum garis waktu peristiwa yang menyebabkan bangunan tahan gempa di Jepang.

1971- Generasi ke - 2

Setelah gempa bumi di lepas pantai Tokachi pada tahun 1968, standar untuk tie-hoop RC, atau struktur beton bertulang, diperketat.

1981 - Generasi ke - 3

Menyusul bencana yang disebabkan oleh gempa bumi di lepas pantai Prefektur Miyagi pada tahun 1978, Undang-Undang Standar Bangunan direvisi dan Kode Desain Antigempa Baru mulai berlaku.

Standar baru ini tidak hanya berfokus pada pencegahan runtuhnya bangunan selama gempa bumi, tetapi juga pada bagaimana mengamankan keselamatan orang-orang di dalamnya.

Menurut Standar Lama, bangunan diharapkan tahan gempa dengan skala seismik JMA 5, Standar baru mengamanatkan bahwa bangunan mampu menahan gempa skala seismik JMA di atas 6 atau lebih tinggi

Standar Desain Antigempa Baru telah diterapkan pada semua bangunan yang meminta persetujuan konstruksi mulai 1 Juni 1981

Tahun 1995

Setelah gempa Hanshin-Awaji pada tahun 1995, Undang-Undang untuk Promosi Renovasi Struktur Tahan Gempa (peraturan yang mempromosikan penguatan struktural bangunan tahan gempa yang ada di Jepang) mulai berlaku.

Untuk itu diperlukan tingkat ketahanan gempa bangunan yang lebih besar dari ukuran tertentu untuk dinilai dan strukturnya direnovasi sesuai dengan tingkat kinerja tahan gempa yang lebih tinggi yang ditetapkan oleh Standar Desain Anti-seismik Baru.

Tahun 2000 Generasi ke-4

Undang-undang Standar Bangunan direvisi untuk meningkatkan keamanan bangunan kayu dan untuk memperjelas tingkat kinerja anti-gempa, spesifikasi dan bentuk pondasi bangunan. Investigasi darat menjadi hampir wajib.

Tahun 2009

Undang-Undang Arsitek Berlisensi direvisi sebagai akibat dari pemalsuan informasi struktural yang ditemukan pada tahun 2005. Undang-undang baru mengharuskan semua bangunan yang lebih besar dari standar ukuran tertentu untuk dirancang secara struktural oleh arsitek terdaftar kelas 1.

Sebagian besar bangunan yang runtuh dalam gempa Hanshin-Awaji pada tahun 1995 dibangun sebelum Standar Desain Anti-Seismik Baru berlaku.

Seperti dapat dilihat di atas, standar untuk bangunan tahan gempa di Tokyo dan Jepang pada umumnya telah diperketat dengan setiap revisi undang-undang yang baru. Perubahan ini diharapkan, karena negara selalu mendorong untuk meningkatkan dan meningkatkan bangunan tahan gempa.

Tentu saja, sebuah kebijakan yang membutuhkan keberhasilan lebih dari sekadar meloloskan undang-undang. Hal ini membutuhkan perubahan fisik yang sebenarnya dalam struktur untuk membuat bangunan lebih aman. Di bawah ini adalah garis besar dasar dari berbagai jenis struktur bangunan dan jenis bahan yang digunakan di dalamnya.

Jenis Struktur dan Bahan Bangunan

Dalam hal struktur bangunan, pada dasarnya ada 4 jenis bahan yang digunakan: kayu, baja, beton bertulang, dan beton bertulang baja. Informasi ini diamanatkan oleh undang-undang untuk disertakan setiap kali Anda berencana untuk menyewa atau membeli rumah baru di Jepang.

Struktur Kayu

Kayu adalah bahan utama yang digunakan pada bangunan ini. Dengan struktur itu, tiang dan balok berfungsi sebagai bagian inti dari bangunan tertentu. Banyak rumah terpisah di Jepang yang terbuat dari kayu.

Struktur baja

Ini mengacu pada bangunan yang terutama menggunakan bahan baja dalam kerangkanya. Struktur baja sangat cocok untuk bangunan besar.

Struktur Beton Bertulang (RC)

Rangka bangunan yang dilengkapi dengan struktur RC (Beton Bertulang) menggunakan beton dengan tulangan besi di dalamnya.

Struktur RC memanfaatkan baik batang tulangan maupun rangka baja. Dengan struktur Beton Bertulang, "batang tulangan" buatan baja dengan toleransi terhadap gaya regangan, memperkuat "beton" yang menahan gaya tekan berat bangunan.

Struktur Beton Bertulang Baja (SRC)

Selain rangka besi, bangunan dengan kerangka ini terutama menggunakan beton dengan tulangan besi di dalamnya.

Struktur ini, sering disebut sebagai "struktur SRC", menggunakan baja dan beton bertulang. Tiang dan balok besi, yang selanjutnya ditopang oleh tulangan besi, kemudian diisi dengan beton.

Struktur ini sering diterapkan untuk gedung bertingkat karena memberikan ketahanan gempa yang sangat baik dan juga kokoh dan tahan lama.

TINGKAT KETAHANAN GEMPA DI JEPANG MENURUT STRUKTUR BANGUNAN

Tentu saja, struktur material dalam dan luar sangat penting untuk susunan bangunan tahan gempa di Jepang dan di tempat lain. Namun tahukah Anda bahwa tingkat ketahanan gempa dapat berbeda-beda tergantung pada pondasinya?

Teknologi tahan gempa telah berkembang sedemikian rupa sehingga hal-hal yang tidak dapat Anda lihat-dari lantai jauh di bawah kaki Anda hingga bagaimana dinding dirancang untuk bergerak selama gempa-dapat membuat semua perbedaan demi keselamatan.

Struktur Tahan Gempa

Ini adalah struktur paling umum untuk rumah terpisah di Jepang. Semua bangunan yang dibangun setelah tahun 1981 harus memenuhi Standar Struktur Anti-Seismik Baru yang mengharuskan bangunan memiliki struktur tahan gempa.

Struktur tahan gempa memungkinkan struktur bangunan utama, yaitu tiang, dinding dan lantai, menyerap gerakan gempa. Bangunan dapat dibagi menjadi Struktur Kaku (dibangun secara kaku untuk mencegah keruntuhan) dan Struktur Fleksibel (bagian struktur utama yang membungkuk secara fleksibel untuk menyebarkan gaya gerakan seismik).

Struktur Redaman

Untuk meminimalkan gerakan seismik, dinding peredam yang menyerap energi seismik dibangun di dalam gedung. Struktur peredam dapat dibagi menjadi tipe Aktif, yang menggunakan energi seperti listrik dan tipe Pasif, yang menggunakan kekuatan fisik.

Dibandingkan dengan struktur tahan gempa, struktur redaman dapat mengurangi intensitas gempa sebesar 70-80%. Properti Sewa dengan Struktur Peredam (Tokyo)

Struktur Isolasi Seismik

Biasanya digunakan untuk bangunan bertingkat tinggi sebagai bagian dari fondasinya, struktur ini menempatkan perangkat peredam gempa (isolator) seperti karet berlapis yang menghalangi gerakan seismik mencapai bangunan. Perangkat penyerap gempa termasuk karet laminasi, timah, pegas, peredam, bantalan bola, dll. Selanjutnya, metode konstruksi yang baru ditemukan menggunakan kombinasi bahan-bahan ini.

Struktur isolasi seismik dapat mengurangi intensitas gempa turun dari hingga (kurang dari setengah) jika dibandingkan dengan struktur tahan gempa. Properti Sewa dengan Struktur Isolasi Seismik (Tokyo)

Umumnya, gedung apartemen dan perkantoran dengan struktur peredam peredam atau isolasi seismik lebih aman terhadap gempa dibandingkan dengan gedung dengan struktur anti gempa yang lebih mendasar.

Struktur Bangunan di Jepang (realestate-tokyo.com)
Struktur Bangunan di Jepang (realestate-tokyo.com)

Risiko Kerusakan Gempa Tergantung Area di Tokyo

Jenis tanah memiliki kategori yang berbeda, dan yang dikategorikan sebagai dataran aluvial atau lembah dataran rendah memiliki risiko lebih tinggi terhadap gempa bumi.

Di Tokyo, daerah kota lokal di sepanjang Sungai Arakawa dan Sungai Sumidagawa di mana rumah kayu tua dan bangunan dengan struktur baja ringan berkumpul memiliki risiko kebakaran yang lebih tinggi.

Daerah Adachi Selatan, daerah Arakawa, daerah Taito Timur, daerah Katsushika Barat, daerah Sumida dan daerah daerah Koto Utara dianggap berisiko lebih tinggi karena alasan yang dijelaskan di atas.

Sebaliknya, daerah-daerah seperti daerah Chiyoda, daerah Minato dan daerah Shibuya, di mana banyak perusahaan asing berkumpul dan persentase ekspatriat asing yang tinggi tinggal, dianggap relatif aman.

Bangunan Tahan Gempa di Jepang Membantu Membuat Hidup Lebih Aman

Gerakan terus-menerus menuju perbaikan bangunan tahan gempa di Jepang, dibantu oleh teknologi canggih yang telah membawa mereka ke ujung tombak, telah membuat sebagian besar warga Jepang diyakinkan akan keselamatan mereka bahkan di "daerah berisiko tinggi", yang dianggap sebagai menjadi kawasan pemukiman yang baik. Hampir di mana pun Anda bepergian atau tinggal di seluruh Jepang, Anda tidak akan kekurangan bangunan tahan gempa.

**

Semoga negara rawan bencana ini dapat dikelola dengan baik, terutama bangunan rumah apalagi bagunan publik, sekolah dan perkantoran.

Dengan kebijakan pemerintah secara umum melalui produk undang-undang, dapat disesuaikan dengan PERDA daerah setempat dimana memiliki assessment tersendiri tentang berbagai faktor, mulai dari letak geografis dan struktur pulau dengan pemetaan yang lebih detil, frekuensi gempa dan lain sebagainya, sehingga dapat saja ada pembatasan-pembatasan dan persyaratan khusus yang berbeda dari daerah yang satu dengan daerah lainnya.

Misalnya batas ketinggian bangunan, serta memulai program renovasi gedung publik dan kemudian rumah masyarakat sesuai dengan pilihan yang ada, baik dengan SNI 1726:2019 atau dapat belajar dari negara lain, seperti halnya jepang tentu dengan penyesuaian.

Proses Mitigasi becana secara serius, semua itu dalam rangka meminimalisasi kerusakan apalagi korban jiwa. Bahkan diharapkan, tidak ada lagi korban jiwa dalam skala besar atau nihil jadi kejadian alam yang tidak mungkin kita hindari.

Semua bisa terjadi kapan saja. Sehingga perlu memikirkan banyak aspek, termasuk pendidikan sejak dini kepada siswa-siswi tentang penyelamatan diri dari gempa hingga regulasi lainnya (pembangunan pabrik, penggalian/eksplorasi dll)  yang dapat berpengaruh karena keadaan Indonesia yang sudah ditakdirkan sebagai salah satu negara dengan rawan bencana terbesar di dunia.

Semoga dapat menjadi perenungan bersama

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun