Mohon tunggu...
Valentina
Valentina Mohon Tunggu... Pelajar -

Modern Conservatist

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengapa Sinetron Sangat Candu?

28 Oktober 2015   12:15 Diperbarui: 29 Oktober 2015   12:32 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="by vala/candygraph"][/caption]Anda tentunya memiliki sanak saudara yang menikmati acara TV ber-genre satu ini. Atau mungkin, Anda sendiri adalah penggemar sinetron? Hal ini memang menjadi salah satu perdebatan. Anda mungkin pada dasarnya sudah mengetahui bahwa menonton sinetron bukanlah aktifitas yang mendidik dan terkesan membuang-buang waktu tetapi Anda tetap menontonnya karena sinetron ternyata sangat menghibur.

Atau pada kenyataannya, Anda juga bukanlah penggemar sinetron? Mungkin Anda juga sudah lelah mengingatkan teman atau saudara Anda untuk berhenti dari hobi satu ini. Namun, meskipun bila Anda berhasil untuk mempengaruhi mereka, Anda sadar bahwa acara satu ini tidak akan henti-hentinya ditayangkan karena masih ada jutaan masyarakat Indonesia yang menggemari tayangan satu ini.

Lalu apakah sebenarnya yang menjadi alasan mengapa acara ini digemari oleh banyak khalayak? Simaklah poin-poin di bawah ini.

1. Kenyamanan

Dengan plot yang mudah dicerna, pemain-pemain yang tampan dan cantik-cantik, atribut pemain yang menarik, serta setting yang gemerlap tentunya membuat sinetron menjadi konsumsi yang menghibur. Apalagi setelah kesibukan di sepanjang hari, Anda tentunya tidak ingin menyaksikan hal yang memusingkan atau memerlukan konsentrasi tinggi. Ditambah lagi, hiburan seperti sinetron sangat mudah diakses dan tidak memerlukan biaya sehingga bisa dinikmati siapa saja.

Pada kenyataannya, fitur grafik yang memanjakan mata dan cerita yang ramah dengan kemampuan otak memang bisa menghipnosis para penontonnya. Hasil riset mengatakan bahwa efek menonton TV ini memberikan sensasi relaksasi yang mirip dihasilkan oleh meditasi. Namun bedanya, relaksasi ini yang ditimbulkan ini cenderung negatif. Peneliti mengatakan bahwa efek yang dihasilkan dari menonton TV, apalagi acara sinetron seperti ini mirip dengan “menatapi tembok berjam-jam”.

Ternyata lagi, cerita yang mudah ditangkap dan efek dari menonton itu sendiri memiliki efek timbal balik. Penelitian neuroscience menyebutkan bahwa ketika kita sedang menonton TV, bagian-bagian otak yang memiliki fungsi logika berhenti bekerja. Jadi, sementara kegiatan menonton TV “mengistirahatkan” fungsi logika otak kita, acara sinetron juga tidak “memperkerjakan” logika kita.

Alasan lain mengapa sinetron adalah tayangan yang nikmat dibandingkan dengan acara TV lain seperti berita tentang ekonomi, sports, atau acara lain adalah karena manusia secara alamiah lebih tertarik dengan cerita dan dinamika sosial. Manusia adalah makhluk sosial dan hal-hal yang dirangkai berupa narasi atau cerita lebih menarik perhatiannya. Seperti yang dikatakan Jonathan Haidt, “otak manusia adalah pengolah cerita, bukan logika.” Hal inilah yang menyebabkan sinetron begitu adiktif; yakni selalu menyajikan narasi yang pada dasarnya lebih menarik.

2. Pelipur Lara

Hal ini memang tak disadari adalah alasan banyak orang menikmati sinetron. Sinetron kebanyakan menyediakan khayalan dan proyeksi mimpi yang tidak terjadi di kehidupan nyata. Sebagai contoh, lihat saja kebanyakan protagonis laki-laki di film sinetron; biasanya mereka adalah laki-laki muda yang tampan, baik, dan pemegang perusahaan. Tokoh seperti itu tentunya sangat jarang muncul di kehidupan nyata, namun ditayangkan sebagai perwujudan impian penontonnya. Di cerita tersebut biasanya lelaki tersebut jatuh cinta kepada perempuan yang biasa saja atau datang dari ekonomi kelas bawah. Kisah seperti ini, kalau bukan mimpi, memang nihil ditemui di realita.

Pada dasarnya orang-orang memiliki empati. Dan empati inilah yang membuat penonton merasakan apa yang tokoh dalam sinetron rasakan dan tergugah emosinya. Dalam kasus ini, perempuan biasa yang dicintai oleh lelaki tersebut bisa mewakilkan penonton yang kebanyakan adalah orang biasa dan mungkin tidak datang dari ekonomi menengah. Melalui menonton kisah tersebut, peononton dapat membayangkan atau merasakan dirinya di posisi perempuan protagonis tersebut; yaitu rasa bahagia dicintai oleh lelaki tampan, baik dan kaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun