Satu jam kemudian obat yang di butuhkan telah tersedia. Laki-laki kekar yang berotot  itu meminum obat yang diberikan. Efek obat itu sangat cepat. Sepuluh menit kemudian dia merasa  baikan. Dia berterima kasih kepada Ryan karena sudah menyelamatkan nyawanya. Seperginya laki-laki berotot itu, Tuan Han tersenyum ramah kepada Ryan. Dia menyilahkan Ryan untuk masuk ke ruangan pribadinya.
Ruangan pribadi Tuan Han  seluas 10x30 meter dengan tinggi dari lantai ke langit-langit mencapai 6 meter. Di ruangan itu terdapat banyak rak buku, terutama berisi mengenai formula pil dan obat-obatan. Aroma kayu cendana yang harum semerbak tercium dari perabotan kayu yang terdapat dalam ruangan pribadi itu.
Seorang gadis pelayan datang menghidangkan secangkir teh dan senampan kue serta buah-buahan. Sambil menyeruput teh harum yang masih mengepul, Ryan memikirkan apa yang harus di katakan kepada Tuan Han.
Sebenarnya dia merasa sangat gugup dan takut, bukan saja mengenai tempat yang asing dimana dia terdampar tetapi juga atas apa yang terjadi pada dirinya. Sebaliknya yang terjadi pada Tuan Han, dia memandang kagum pada Ryan.
Sebelumnya Tuan Han ingin bertanya kepada Ryan mengenai asal usulnya, tetapi kini tidak jadi. Karena pertanyaan itu di anggap tidak sopan. Dia menjadi sangat hormat kepada  Ryan.Â
Pembicaraan bergeser kepada topik lain, seperti pengobatan dan teknik memurnikan obat. Â Ryan yang awalnya tinggal di kamar biasa, kini diberi sebuah paviliun kecil khusus untuk tempat tinggalnya.