Mohon tunggu...
Rizky Utama
Rizky Utama Mohon Tunggu... lainnya -

Pembelajar ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meski Belia Layanan Keuangan Digital Punya Tujuan Mulia

15 Agustus 2014   17:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:28 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1408072827452825191

[caption id="" align="aligncenter" width="620" caption="Digitalisasi Transaksi Mendukung Financial Inclusion (Sumber: http://www.kotak.com/kotaklpbank/sms-banking/images/sms_banner.jpg)"][/caption]

Teknologi menjadi bagian yang tidak terpisahkan bagi masyarakat di dunia. Perkembangan teknologi yang pesat mendorong manusia untuk bertindak lebih efisien dan efektif dalam kesehariannya. Pernahkan terpikir kalau dulu handphone merupakan barang mewah (Luxury goods) yang mungkin hanya orang – orang tertentu dapat memilikinya, tetapi saat ini hampir setiap masyarakat memilikinya. Lalu kemudian pernahkan anda berpikir kalau dulu setiap gambar yang anda ambil melalui kamera untuk melihat hasilnya saja, anda harus pergi ke studio foto untuk dicetak. Namun saat ini hasil “jepretan” anda bisa langsung dilihat di tangan anda sendiri melalui media seperti handphone. Perkembangan teknologi juga sarat dengan derasnya arus informasi yang beredar di masyarakat. Saat ini hampir setiap orang mahir mengoperasikan gadgetnya untuk mencari informasi melalui internet, hebatnya informasi apapun dapat dengan mudah dicari. Dari sekian banyak kecanggihan dan kehebatan teknologi tersebut sayangnya tidak setiap orang di Indonesia memanfaatkan hal tersebut dengan maksimal.

Perkembangan pengguna handphone di Indonesia saat ini terbilang luar biasa. Bayangkan dari sekitar 240 juta rakyat Indonesia, lebih dari setengahnya jumlah handphone pun beredar di Indonesia. Lalu bagaimana dengan jumlah Bank yang ada di Indonesia jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada di Indonesia tadi. Apakah setiap orang di Indonesia sudah melakukan transaksi keuangannya melalui Bank, baik untuk menabung, membayar sesuatu, atau hal lain yang umumnya dilakukan oleh masyarakat di kota besar. Padahal sekarang seseorang sangat dimungkinkan untuk melakukan transaksi keuangan tanpa perlu mengeluarkan tenaga untuk ke Bank atau bahkan ke ATM sekalipun dengan menggunakan internet banking. Saya sempat terpikir sebagai pengguna internet banking atau phone banking, terobosan ini merupakan hal yang luar biasa dan memiliki tujuan yang mulia. Mungkin ini terlihat terlalu jauh apabila dikaitkan dengan kemuliaan.

Tujuan Mulia

Hal yang menarik dari teknologi yang diterapkan di dunia perbankan ini adalah betapa mulianya manfaat yang dirasakan seorang nasabah. Bayangkan ketika anda diharuskan untuk membayar tagihan kartu kredit yang apabila ditunda akan menambah beban bunga utang anda tetapi pada saat bersamaan anda tidak bisa meninggalkan anak anda yang sedang sakit sedangkan dalam jarak dekat tidak ada atm yang dapat membantu anda untuk membayar tagihan kartu kredit tadi. Kalau dipikir-pikir ini ibarat pepatah “sudah jatuh tertimpa tangga”.

Teknologi yang tadi disebutkan (phone banking/internet banking) kemudian berperan sangat penting pada situasi ini. Anda tetap bisa menjaga anak anda yang sakit dan kewajiban anda untuk melunasi tagihan kartu kredit pun dapat terpenuhi. Inilah yang saya sebut betapa “mulianya” tujuan dari teknologi tersebut.

Saat ini upaya untuk meningkatkan financial inclusion sedang aktif dilakukan oleh banyak lembaga mulai dari gencar melakukan edukasi sampai keluarnya aturan-aturan baru yang dapat meningkatkan peran transaksi digital yang mendukung financial inclusion. Karena pada dasarnya lembaga keuangan khususnya Bank, tidak dikhususkan untuk orang-orang tertentu (eksklusif) saja tetapi untuk semua orang (inklusif) karena tidak terpaku pada gender, tingkat pendidikan, jumlah penghasilan, tempat tinggal (domisili), atau hal – hal lain yang membedakan orang – orang tadi.

Saya kemudian berpikir kembali terkait dengan kemuliaan tadi. Menjangkau orang – orang diluar sana yang masih belum mengenal bank dengan Layanan Keuangan Digital juga memiliki tujuan mulia sebenarnya. Mengapa dikatakan mulia, kemudahan bertransaksi kan bukan hanya milik orang – orang high tech atau orang – orang yang tinggal di kota besar saja. Orang – orang di pedesaan yang mungkin tidak terjangkau bank juga memiliki hak yang sama dalam kemudahan bertransaksi. Pernahkah anda berpikir jika ada seorang Ibu yang bekerja di luar negeri (TKI), memiliki keluarga di pedesaan namun tidak memiliki akun di Bank manapun. Bagi keluarga tadi, untuk mendapatkan “uang kiriman” dari si Ibu secara reguler umumnya akan menjadi kendala. Karena biasanya keluarga – keluarga TKI harus menunggu sampai si keluarga yang bekerja di luar negeri kembali ke desanya atau menunggu si keluarga yang bekerja di luar negeri tersebut menitipkan uangnya ke orang lain. Pertanyaannya adalah, lalu bagaimana jika keluarga tersebut membutuhkan uang secepatnya, dan apabila sangat terpaksa harus meminjam kepada rentenir yang akan membebani utang dengan bunga besar dan akhirnya menambah kesulitan keluarga tadi. Dengan Layanan Keuangan Digital ini, diharapkan keluarga tadi dapat menerima kiriman uangnya tersebut tanpa harus menunggu sampai si Ibu kembali ke desanya. Mungkin contoh yang saya tuliskan diatas terlalu berlebihan, tetapi saya hanya mencoba mencontohkan ada kesulitan di luar sana yang terjadi dan kita tidak dapat menutup mata akan hal tersebut.

Atas dasar itulah saya berpikir bahwa kegiatan yang mendukung Layanan Keuangan Digital secara khusus dan financial inclusion secara umum perlu didukung sepenuhnya. Saat ini hal yang paling penting adalah bagaimana “membumikan” Layanan Keuangan Digital sehingga masyarakat dapat memanfaatkan program tersebut dengan optimal. Di sisi lain, perlu ditegaskan kembali bahwa tujuan Layanan Keuangan Digital bukan semata-mata untuk kepentingan lembaga keuangan saja atau bahkan ekonomi negara ini, tetapi terdapat tujuan lain yang lebih mulia yaitu untuk memberikan kebaikan masyarakat Indonesia tanpa mengenal perbedaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun