Mohon tunggu...
Lufthy Heriancy Agung Kurniawati
Lufthy Heriancy Agung Kurniawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

pembaca segala

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wieliczka, Garam di Dalam Perut Bumi

28 Agustus 2011   17:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:24 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan" (Mat 5:13) Garam dibuat dari air laut. Garam berasal dari laut. Itu yang saya pelajari di bangku sekolah dasar dan saya yakini sampai beberapa waktu lalu. Tidak semua garam berasal dari laut tapi ada yang berasal dari dalam perut bumi. Di kota Wieliczka, Polandia bagian selatan terdapat sebuah tambang garam  yang sejak 900 tahun yang lalu sampai dengan saat ini masih beroperasi dan menjadi salah satu pemasok garam dunia. Wieliczka Salt Mine memiliki kedalaman lebih dari 300 meter, panjang 300 kilometer, lebih dari 2000 lubang-lubang penggalian batu garam dan beberapa danau bawah tanah. Hanya sebagian kecil dari tambang ini yang dibuka untuk umum, yaitu hanya sampai kedalaman 130 meter dengan panjang 3 kilometer. Sebelum memasuki pintu tambang petugas melambaikan tangan dan berucap "God Bless". Hal ini merupakan tradisi yang sejak dulu dilakukan oleh sesama pekerja, dengan maksud mendoakan keselamatan mereka yang akan bekerja di dalam tambang. Untuk masuk ke dalam tambang kita harus menuruni tangga kayu melingkar jauh ke dalam perut bumi, bikin kepala lumayan berputar. Mereka yang phobia dengan kegelapan tidak usah khawatir karena sepanjang lorong tambang dilengkapi dengan lampu-lampu listrik yang cukup terang. Setelah mengakhiri perjalanan menuruni lorong-lorong tambang kita tidak perlu berjalan kaki kembali ke permukaan karena disediakan beberapa lift yang bisa memuat 8 - 10 orang dewasa berjejalan. Untuk alasan keamanan beberapa bagian lorong dan lubang galian diperkuat dengan rangka kayu. Setelah menuruni anak tangga terakhir maka tibalah kita di dalam lorong batu yang cukup lebar. Dinding, lantai, langit-langit lorong semua adalah batu yang digali. Yang membuat lorong ini istimewa, usapkanlah jari pada dinding, lantai atau langit-langit lalu jilatlah maka akan terasa asin seperti garam yang kita kenal. Lorong batu yang cukup rata dengan beberapa bagian landai atau curam beranak tanggak membawa kita masuk lebih jauh ke dalam tambang. Di kiri kanan lorong banyak terdapat lubang-lubang penggalian yang sudah tidak lagi dipakai untuk menambang garam tetapi diperuntukkan sebagai galeri seni dan sejarah penggalian garam. Beberapa lubang penggalian begitu besarnya sehingga saat ini dipergunakan sebagai sanatorium untuk penderita asma dan gangguan pernafasan, restoran, musium, tempat untuk menggelar konser musik dan chapel yang sampai kini masih dipergunakan untuk mengadakan misa. Semua ornamen, patung, pahatan terbuat dari batu garam dengan rasa asin. Bahkan lampu-lampu gantung di chapel terbesar St. Kinga yang mulanya saya kira adalah lampu kristal ternyata terbuat dari batu garam yang diasah sampai sebening kaca. Seperti di awal perjalanan memasuki lubang tambang, pada waktu kita akan keluar petugas melambaikan tangan dan berucap "God Bless". Sebuah ucapan syukur bahwa para pekerja telah menyelesaikan pekerjaannya dan kembali ke permukaan dengan selamat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun