Mohon tunggu...
Tri Utami Dolphin
Tri Utami Dolphin Mohon Tunggu... -

Bertemu denganmu adalah nasibku, menjadi temanmu adalah pilihanku, jatuh cinta denganmu adalah di luar kuasaku. (Tri Utami dolphin)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yes I remember

16 September 2013   14:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:49 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

3 menit kemudian, di ujung tangga ku melihat ayah datag menghampiri. Sapa hangat dari wajah sejuknya membuka pertemuan kami.

“ assalamualaikum, sudah sampai mi?”.

“iya yah, ini hp dan dompetnya. Lain kali jangan sampai lupa lagi atuh :D” ledek ku dengan ayah.

“ hehe iyah, ya namanya juga lupa tak bisa disalahkan toh :D*tertawa halus*” sepertinya ayah tak mau kalah dengan perkataan ku ini hehehe.

“iyaa,,,nanti kalo tertinggal lagi bakal minta ongkos kirim nih kayaknya :D hahaha” guyon ku pada ayah

“hahaha kamu ini, ni buat beli makan. Ayah tau kamu pasti laper kan kalo udah jam segini.” Ayah menjulurkan tangan nya dan memberiku selembar uang kertas untuk membeli makanan hahah, ayah memang royal kalo soal makanan ke aku.

“mheheh mi ga minta loh yaaaa, :D tapi emang bener mi laper yah hehe” ledek ku malu-malu.

Ku akhiri pertemuan ku dengan mencium tangan ayah siang tadi. Segera ku meluncur dengan gesit dengan kuda besi ku ini. Terlihat jelas di spion mungil ku ini, ayah masih berdiri melihat kepergian ku hinggu ku menghilang di pertigaan jalan.

Ya, sampai saat ini langit masih terselimut kegelapan nya. Khawatir karna aku tak membawa jas hujan ku pacu terus kuda ini. Tak sadar beberapa titisan mendarat di kaca helm ku. “ hay malaikat hujan yang tampan nan rupawan. Bisa kah kau tahan sebentar tangisan mu?. Biarkan anak kecil ini terlebih dahulu mendaratkan tubuhnya di sofa empuk di tengah ruangan”. Teriak ku dengan kencang. Entahlah tak terfikir apakah orang disamping ku yg sedang berkendara juga ikut mendengarkan percakapan konyol ku itu dengan sang malaikat hujan atau tidak. Tak ku perdulikan karna yang dibenak ku hanya cepat sampai rumah.

Aku kembali menghela nafas. Jalanan menuju rumah lumayan senggang. Beberapa saat tiba dirumah malaikat hujan pun benar-benar menangis hingga membuat jiwa inii terasa menggigil dibuatnya. Entah apa yang membuatnya hingga pagi ini mangis. Andai aku bisa mengetahui kesedihan mu itu, akan ku buat diri ini sebagai badut penghibur.

Jreeng..jreengg.jreng.. petikan gitar mengantarkan ku pada siang yang sejuk nan gelab. Kadang aku suka memainkan gitar disaat berbagai situasi. Entahlah terkadang sang jiwa inilah sebagai pemersatu keadaan. Masih sambil memainkan gitar, aku pun membuka laptop ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun