Pendidikan selalu menjadi fondasi penting dalam menentukan arah perjalanan suatu bangsa. Ia bukan sekadar aktivitas akademik yang diukur dengan angka-angka di rapor, melainkan proses panjang yang menanamkan nilai, membentuk karakter, dan membangkitkan kesadaran generasi penerus. Hal inilah yang sedang diperjuangkan oleh mahasiswa praktikan UNNES Lantip 5, khususnya mereka yang mengambil bagian dalam bidang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).Selama menjalani program praktik di sekolah, para mahasiswa praktikan tidak hanya datang untuk memenuhi kewajiban mengajar. Mereka justru hadir dengan semangat baru untuk mengubah ruang kelas menjadi tempat belajar yang lebih bermakna, menyenangkan, sekaligus penuh kesadaran. Konsep yang digunakan tidak lagi sebatas penyampaian materi secara satu arah, tetapi melalui pendekatan pembelajaran mendalam atau deep learning. Dengan pendekatan ini, pengalaman belajar yang diciptakan menuntun siswa untuk benar-benar memahami inti pelajaran, bukan hanya menghafalkan teks semata. Nilai-nilai Pancasila pun tidak lagi berdiri sebagai rangkaian kalimat dalam buku, melainkan hidup di dalam aktivitas nyata yang dijalani siswa setiap hari.Sebagai bentuk konkret dari gagasan tersebut, mahasiswa praktikan berhasil menyusun sepuluh Rencana Pembelajaran Mendalam (RPM) yang mencakup berbagai materi untuk kelas tujuh, delapan, dan sembilan. Setiap subbab disusun dengan hati-hati dan dirancang agar sesuai dengan kebutuhan belajar siswa masa kini. Berbagai strategi mereka terapkan, mulai dari diskusi kritis, kolaborasi kelompok, pemecahan masalah berbasis kasus aktual, hingga projek kreatif yang menumbuhkan keterlibatan aktif siswa. Dengan cara ini, pembelajaran tidak hanya berhenti pada pemahaman teoritis, tetapi juga mengajarkan bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat dihayati dan diamalkan.Upaya ini menjadi penting karena generasi muda saat ini hidup dalam tantangan yang tidak ringan. Arus globalisasi, derasnya informasi digital, serta perubahan sosial yang cepat menuntut mereka memiliki pegangan yang kuat untuk membangun jati dirinya. Pancasila dalam hal ini menjadi kompas moral sekaligus penuntun arah yang tidak boleh ditinggalkan. Karena itu, pembelajaran Pendidikan Pancasila tidak bisa lagi diperlakukan secara monoton dan tekstual. Ia harus dikemas dengan cara yang kontekstual, kreatif, dan mampu membumi di tengah kehidupan sehari-hari.Melalui pembelajaran yang lebih bermakna, mahasiswa praktikan mengajak siswa untuk melihat langsung bagaimana nilai-nilai Pancasila berperan dalam realitas. Gotong royong diwujudkan dalam kegiatan kelompok di sekolah, sikap toleransi ditumbuhkan lewat perbedaan pendapat dalam diskusi kelas, sedangkan tanggung jawab sosial dipupuk dengan melibatkan siswa dalam kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Semua itu menunjukkan bahwa Pancasila tidak berhenti pada teori, tetapi benar-benar bisa hidup dan menyatu dalam perilaku sehari-hari.Bagi mahasiswa praktikan sendiri, pengalaman ini merupakan ruang belajar yang jauh lebih luas daripada sekadar kewajiban akademik. Ruang kelas menjadi laboratorium kehidupan, tempat mereka mengasah keterampilan mengajar, berlatih memahami dinamika siswa, sekaligus belajar membangun komunikasi yang efektif. Mereka menemukan bahwa mendidik bukan hanya tentang menyampaikan materi, melainkan juga tentang menciptakan suasana yang inspiratif dan menumbuhkan rasa kebangsaan.Di sisi lain, siswa juga merasakan manfaat yang besar. Mereka tidak lagi sekadar duduk mendengarkan, tetapi ikut terlibat secara aktif. Rasa ingin tahu mereka terasah, kreativitas mereka berkembang, dan yang lebih penting, mereka belajar menghargai nilai-nilai yang sudah menjadi warisan bangsa. Dengan demikian, Pendidikan Pancasila tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran formal yang kaku, tetapi hadir sebagai roh bangsa yang menghidupkan semangat persatuan, keadilan, dan harga diri sebagai bangsa Indonesia.
Apa yang dilakukan mahasiswa UNNES Lantip 5 memang terlihat sederhana jika dilihat sepintas yaitu menyusun rencana pembelajaran, mengajar di kelas, membimbing siswa. Namun jika ditelusuri lebih dalam, langkah kecil ini adalah investasi besar bagi masa depan bangsa. Generasi yang terbiasa berpikir kritis, terbuka terhadap perbedaan, dan berkarakter Pancasila adalah generasi yang kelak akan menjadi pemimpin tangguh di tengah perubahan dunia yang begitu cepat.
Kiprah mahasiswa praktikan UNNES Lantip 5 dalam praktik mengajar Pendidikan Pancasila membuktikan bahwa pendidikan bisa menjadi jembatan untuk menghadirkan Pancasila dalam kehidupan nyata. Dengan kreativitas, inovasi, dan cinta pada nilai luhur bangsa, ruang kelas dapat berubah menjadi taman belajar yang tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga menumbuhkan kesadaran kebangsaan. Pendidikan sejatinya adalah proses memanusiakan manusia, dan melalui langkah kecil inilah mahasiswa praktikan UNNES turut berkontribusi mencetak generasi muda yang cerdas, kritis, berkarakter, dan berjiwa Pancasila.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI