Mohon tunggu...
Usniaty
Usniaty Mohon Tunggu... Jurnalis - Publisher

â–¡ Spesifikasi Komunikasi Massa, Publisher, Trampil menulis melalui berbagai flatform media, penulis, esai, sastra, artikel, dan penulis buku Ontologi Sastra Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Baik-baik Saja

30 Maret 2019   07:26 Diperbarui: 30 Maret 2019   08:09 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Istimewa, Alma Adnan

Manusia berada di puncak perubahan luar biasa di jaman sekarang ini, beralih dari masa sederhana kuda dan kereta ke zaman mobil dan teknologi yang sangat modern.

Menyikapi hal ini, manusia selalu mengharapkan situasi yang baik-baik saja, ditengah segala macam problematik kehidupan modern. Kalau zaman dahulu engkau sakit didalam rumahmu mungkin saja banyak tetangga yang akan datang berdatangan menjengukmu dan memberikan kepadamu apa yang dibutuhkan, akan tetapi sekarang ini jangankan tetangga diantara saudara saja ataupun kerabat saja akan sulit seperti itu karena kondisi ataupun keadaan sekarang berkejaran dengan waktu, sedikit sekali waktu luang dan kesempatan untuk sekedar saling memperhatikan, karena terus-menerus berputar dengan kesibukan yang tidak ada habis-habisnya.

Sekarang ini kadang realita hidup begitu sibuk waktu berputar dan habis tanpa terasa.  

Saat ini di manapun kita berada janganlah melupakan budi baik dan berlaku baik-baik saja. Hormat dan santun kepada orang tua, guru, atau dengan siapa pun, adalah bagian dari akhlaq  yang mulia. 

Ketika kita bersikap hormat, santun  dan mampu menghargai orang lain , hati kita akan dibukakan pintu hikmah sehingga kita mudah menjadi manusia yang baik-baik saja . Itulah kuncinya mengapa  segala ilmu diajarkan kepada manusia. Karena hidup seperti sastra, bermakna kalau orang memahaminya.

Dari kacamata manusia biasa kita lihat, tidak pernah memiliki kebenaran yang sejati, karna haq kebenaran hanya milik Tuhan.

Manusia merasa sedih, senang, bahagia, menderita, silih berganti masa membolak balikkan perasaan. Mengapa? Karna kita manusia. Mahluk hidup yang diberi pikiran akal sebagai cobaan.

Bila menemui insan yang tak bisa bersikap pantas, maka itu mencerminkan kekurangan kepribadiannya yang nyata, menyikapinya ? Diamkan saja mereka dan pura-pura saja tidak respek,  fokus pada tujuan  target kita saja yaitu kita sih pengennya selalu memperbaiki diri dan ingin jadi manusia yang 'Baik-baik saja."

Mengutip kata orang 'pintar', kalau niat baik, selalu baik, maka aura kebaikan akan selalu mengelilingi kita dan keluarga kita,Keindahan fisik akan berubah dengan seiring usia makin menua menjadi tidak indah lagi. Namun keindahan akhlak yang baik tidak akan habis meski seiring nya usia akan menua.

Mengingat satu nasehat abadi :

Habib Umar bin Hafidz pernah berkata, "Orang yang tinggi akhlaknya walaupun rendah ilmunya lebih mulia daripada orang yang tinggi ilmunya tapi kurang akhlaknya."

"Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat yang lain: menyempurnakan kebagusan akhlaq)." (HR. Al Bukhari).

Begitu pula sebaliknya kalau sering bersikap negatif maka jangan heran kalau hidupnya dipenuhi kesesakan, pertengkaran dan sebagainya karna aura negatif selalu mengelilinginya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun