Mohon tunggu...
USMAN HERMAWAN
USMAN HERMAWAN Mohon Tunggu... Guru - Belajar untuk menjadi bagian dari penyebar kebaikan

BEKAS ORANG GANTENG, Tangerang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peristiwa di Akhir Tahun

10 Januari 2024   00:56 Diperbarui: 26 Januari 2024   05:23 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sopian punya teman bernama Ijul. Ijullah yang menemukan dompetku, katanya di Curug. Aku heran karena aku tidak melewati Curug, yang benar aku melewati kawasan kecamatan Curug yakni Binong dan Cijengir.  Kukira nantilah biar Ijul yang menjelaskan lebih rinci. Dari penjelasan yang diulang pahamlah aku bahwa Ijul bekerja sebagai pedagang roti, biasa mangkal dekat Rumah Sakit Sari Asih Karawaci. Ijul pulang kampung ke Cipanas-Rangkasbitung melalui jalan yang aku lalui. Sopian menunjukkan foto dompetku beserta isinya yang dikeluarkan. Ya, dompetku masih berada di tangan Ijul.

"Jadi sekarang dompetnya di siapa?" Aku ingin memastikan.

"Di Ijul, di kampung. Dompetnya ditemukan saat dia hendak pulang ke Rangkasbitung melalui jalur Curug -- Tenjo -- Maja -- Rangkasbitung, selanjutnya arah Cipanas. Karena dia tahu saya tinggal di Kelapa Dua dan KTP bapak kecamatan Kelapa Dua, masih sekitar sini, maka saya diminta mencarikan alamat bapak Usman. Wah sudah tanya sana-sini, banyak yang gak tahu. Hampir menyerah saya."

"O begitu. Padahal saya orang terkenal." Aku sedikit bercanda. "Soalnya sekarang banyak orang baru. Terima kasih sudah repot-repot mencari alamat saya dan akhirnya ketemu yah."

"Ya, alhamdulillah jadi bertambah saudara. "

Dengan nomor ponsel yang diberikan Sopian aku menelepon Ijul. Ijul meminta maaf karena uang yang ada di dompetku terpakai. "Ya, pakai saja semua tidak apa-apa," kataku.


Dalam pembicaraannya Ijul mengisyaratkan agar aku bersedia memberinya sekadar imbalan. Aku mengiyakan. Beberapa saat kemudian aku mengambil uang dan memberikannya kepada Sopian. Sopian menerimanya dengan amat santun seolah tidak berharap diberi.

Dompet tak segera aku dapatkan karena Ijul akan kembali ke Karawaci pada tiga hari ke depan, yakni Rabu. Kami akan bertemu di depan Rumah Sakit Sari Asih. Setelah pembicaraan mengenai beres dompet selesain, kami mengobrol tentang hal-hal banyak hal sampai Sopian dan Hasan berpamitan.

Aku berpikir,.tiga hari cukup lama. Apakah tidak sebaiknya aku menyusul ke alamat Ijul? Kulihat di peta google, jaraknya tujuh puluh lima kilometer, suatu jarak yang lumayan jauh dan berisiko. Pada akhirnya aku bersabar. Aku banyak berdoa, semoga dompet, terutama dokumennya, dapat kembali ke tanganku. Terbayang repotnya jika semua dokumen tidak kembali. Aku harus mengurusnya ke kantor polisi, ke kantor dukcapil, ke bank, ke samsat bagian pajak, ke samsat bagian SIM, dan ke kantor BPJS. Batu cincin yang kata Ijut tidak ditemukan dalam dompet kuanggap tidak penting. Itu batu cincin pemberian Bung Ricki yang belum sempat juga dibelikan cincinnya.

Sesuai rencana, Rabu siang aku menghubungi Ijul melalui WhatsApp untuk memastikan kami bisa bertemu.  Ternyata Ijul masih di kampungnya. Katanya, dompetku sudah dititipkan kepada Drajat, saudaranya. Selanjutnya dikirimkanlah nomor ponsel Drajat.

Aku tiba di lokasi lebih awal. Tak ada tukang roti di situ. Kukirimkan foto lokasi tempat aku berada. Balasannya telat. Kunantikan kedatangannya. Pada saatnya, tibalah seseorang mendorong gerobak roti bermerek NATAN.  Posturnya agak ceking, bungkuk, tampaknya capek juga dia mendorong gerobak roti. Segera aku aku tanyakan, apakah dia yang bernama Drajat. Dia mengiyakan dengan respon yang kurang meyakinkan. Begitu gerobaknya berhenti di depan pintu gerbang unit Gawat Darurat aku berinisiatif membeli rotinya lima buah demi menyenangkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun