Di Sharm El-Sheikh, langkah itu tiba,
dengan jas abu-abu, dasi merah menyala,
dan peci hitam, warisan bangsa,
membawa suara Indonesia ke meja dunia.
Peci itu bukan sekadar kain di kepala,
ia simbol sejarah, tanda merdeka,
dari proklamasi hingga masa kini,
menyuarakan keadilan, harkat, dan jati diri.
Prabowo berdiri, disambut hangat,
tangan bertaut dengan El-Sisi yang bersahabat,
dua pemimpin, dua bangsa,
dipersatukan oleh cita-cita:
membela Palestina, membela kemanusiaan.
Gema diplomasi pun bergulir,
di forum besar yang dihadiri pemimpin dunia:
Trump, Erdogan, Macron, Abdullah, Guterres,
saksi sejarah sebuah tekad,
bahwa perdamaian Gaza bukan sekadar wacana,
tetapi janji yang harus ditunaikan umat manusia.
Peci hitam itu terus bersinar,
melampaui busana, melampaui citra,
menjadi tanda Indonesia hadir
bukan dengan senjata,
melainkan dengan budaya,
dengan nurani yang diwariskan pendiri bangsa.
Di panggung dunia,
peci hitam Prabowo berbicara:
bahwa Indonesia akan selalu setia
pada perjuangan kemerdekaan,
dan pada harapan perdamaian semesta.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI