Mohon tunggu...
Usep Saeful Kamal
Usep Saeful Kamal Mohon Tunggu... Human Resources - Mengalir seperti air

Peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PKB, Cak Imin, dan Periode Jokowi-Maruf

3 Juli 2019   18:19 Diperbarui: 3 Juli 2019   18:31 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai dirigen, Cak Imin tentu memiliki sifat kewibawaan sebagai seorang pemimpin. Memimpin  jutaan kader bukan perkara sepele, untuk membuat mereka patuh terhadap aturan tehnis maupun "harmonisasi nada" dibutuhkan karakter pemimpin yang memotivasi dan menginspirasi mereka.

Sebagai dirigen, Cak Imin memiliki kemampuan mengorganisir semua stakeholder partai.  Kapan  waktunya lakukan latihan (kaderisasi), kapan melakukan sharing demi perkembangan PKB dan bagaimana cara menata "musik" sehingga ia bernilai seni tinggi dan tentu sangat layak dinikmati.

Semua kepekaan ini tentu beliau peroleh dari seabreg pengalamannya mulai dari keterlibatannya dalam pendirian PKB, menjadi pengurus DPP PKB bersama Gus Dur hingga dipercaya menahkodai kapal PKB yang terus beranjak besar sehingga mampu menerjang berbagai gelombang.

Pahit getirnya mengelola segala sumber daya PKB ditengah keterbatasannya hingga kini, tak berlebihan kiranya bila raihan suara PKB pada pemilu 2019 ini tak lepas dari "Cak Imin efek". Melalui tangan dinginnya, kini suara PKB nyaris merata diseluruh kepulauan di Indonesia, tidak lagi Jawa centris.

Penulis kira ada lima indikator penting yang membuat perolehan suara PKB terus meningkat pada pemilu 2014 dan 2019, khususnya di Jawa Barat yang naik 100 persen. Pertama, kepemimpinan Cak Imin mampu merajut segala perbedaan pandangan mulai dari hulu hingga hilir, internal dan eksternal sehingga harmonisasi PKB senantiasa terjaga. Wajar bila kini PKB menjadi partai berbasis masa Islam nomor wahid di negeri ini.

Kedua, sinergi antara PKB dan NU. Kemesraan PKB dan NU hingga kini berdampak positif pada bertambahnya ketertarikan pemilih Nahdliyin ke PKB pada pemilu 2014. Pada pemilu 2019, diusulkannya KH. Ma'ruf Amin menjadi Cawapres Jokowi oleh PKB  tentu  menambah gairah Nahdliyin milih PKB.

Ketiga, kesadaran Nahdliyin untuk ber-PKB sebagai satu-satunya partai politik yang dilahirkan oleh NU kian meninggi. Lalu, kesadaran praktek amalan Kaidah ushul Fiqh, al maslahah al 'ammah muqaddamatun 'ala al maslahah al khashah (kemaslahatan umum lebih di dahulukan daripada kemaslahatan individu) menjadi tali batin NU dengan PKB.

Keempat, kaderisasi yang masif mulai dari level pertama, menengah hingga nasional bangkitkan militansi kader. Melalui kepiawaian Cak Imin, kini PKB semakin menunjukkan krakternya sebagai partai kader dan berbasis massa solid. Tidak hanya itu, mesin struktur kepengurusan PKB di setiap tingkatan yang bekerja maksimal ditambah kerja keras para calon legislatif disemua tingkatan.

Kelima, pengelolaan dan pemanfatan media sosial. Intruksi Cak Imin terhadap pengurus, kader dan simpatisan PKB untuk memanfaatkan jejaring media sosial: Facebook, Twitter, Instagram, YouTube dan yang lainnya ditengah mahalnya biaya publikasi ataU iklan di media mainstream menjadi salah satu indikator meningkatnya raihan suara PKB.

Momentum NU dan PKB

Naiknya perolehan suara dan kursi PKB pada pemilu 2019 ini ditambah pasangan Jokowi-KH. Ma'ruf Amin ditetapkan sebagai pemenang Pilpres oleh KPU pada tanggal 30 Juni yang lalu, dimana PKB sebagai pengusung pasangan Capres--Cawapres  itu merupakan sejarah baru bagi NU dan PKB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun