Tak berlebihan kiranya bila nama Gus Dur selalu disebut setiap kali perayaan Imlek menggema seantero negeri ini. Bapak Tionghoa yang disematkan kepadanya adalah bentuk penghargaan yang tak ternilai supaya tali batin Gus Dur dan penerusnya tidak lagi memutus silaturahim dengan kaum Tionghoa, apalagi mendiskriminasinya.
Setiap kita menyadari bahwa bumi yang dipijak adalah tempat belajar bagi para pendosa. Bila sikap merasa diri paling suci dan seolah menjadi pemilik surga dipraktekkan, pada saat yang sama ia telah ingkari kesucian Tuhan.
Penulis adalah peminat masalah sosial, politik & keagamaan. Tinggal di Depok.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!