Mohon tunggu...
Usep Saeful Kamal
Usep Saeful Kamal Mohon Tunggu... Human Resources - Mengalir seperti air

Peminat masalah sosial, politik dan keagamaan. Tinggal di Depok.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Imlek, Tali Batin Gus Dur pada Tionghoa

8 Maret 2018   23:44 Diperbarui: 27 Maret 2018   11:23 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: VOA ISLAM

Jasa Gus Dur

Seluruh dunia tahu jika Gus Dur adalah orang yang paling berjasa membuka keran bagi kaum Tionghoa Indoneisa yang kemudian bisa leluasa merayakan imlek secara terbuka. Tidak seperti zaman orde baru, mereka hanya diperbolehkan jalankan akifitas keagamaannya dirumah saja.

Betapa tidak, kebudayaan Tionghoa dimasa itu dilarang dan tak tanggung-tanggung Presiden Soeharto membuat satu Intruksi Presiden (Inpres) No. 14/1967 yang melarang kebudayaan, adat istiadat dan tradisi Tionghoa diselenggarakan secara terbuka.

Gus Dur sebagai penganut paham Islam Rahmatan Lil ‘Alamiin(rahmat bagi alam semesta) tentu terusik suasana batinnya atas Inpres itu. Tidak ada alasan baginya untuk tidak membuat manusia semakin beradab, begitupun dengan etnis Tionghoa dalam menjalankan dan merawat adat istiadat dan tradis nenek moyangnya.

Sebagai manusia, mereka memiliki hak hidup yang sama dengan warga negara indonesia lain tanpa embel-embel diskriminasi. Atas dasar komitmen itulah beliau mencabut Inpres No. 14/1967 tadi pada saat beliau menjabat Presiden RI ke 4 yang selanjutnya menjadi cikal bakal Imlek sebagai Hari Libur Nasional.

Penulis kira bukan karena alasan Gus Dur yang pernah secara terbuka menyatakan bahwa ia memiliki darah Tionghoa. Beliau mengaku sebagai keturunan dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan A Lok, saudara kandung Raden Patah (Tan Eng Hwa),pendiri Kesultanan Demak. (https://id.wikipedia.org/wiki/Abdurrahman_Wahid)

Menurutnya, Tan A Lok dan Tan Eng Hwa ini merupakan anak dari Putri Campa, puteri Tiongkok yang merupakan selir Raden Brawijaya V. Lalu, Berdasarkan penelitian seorang peneliti Perancis, Louis-Charles Damais, Tan Kim Han sendiri diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al-Shini yang diketemukan makamnya di Trowulan.

Pengakuan itu sontak membuat orang terperanyak saking tidak percayanya. Bukan Gus Dur bila tak memuat kontroversi. Terlepas benar atau tidaknya pengakuan itu, sekali lagi bukan alasan utama Gus Dur pasang badan kaum Tionghoa atas diskriminasi dari pemerintah yang dialaminya.

Tentu kita masih ingat ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi, sosial, hukum dan lainnya pada tahun 1998, Gus Dur tiba-tiba bermanuver dan dianggap sulit dinalar. Bahkan dianggap “gila” karena sikapnya bertentangan dengan pendapat umum yang “mengkambing hitamkan” kaum Tionghoa sebagai penyebab krisis ekonomi saat itu.

Tak ayal tragedi kerusuhan Mei 1998, etnis Tionghoa banyak mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari warga pribumi. Toko dan rumah-rumah mereka dijarah, dan konon dalam tragedi ini menelan banyak korban jiwa. Akibatnya, banyak orang Tionghoa kemudian melarikan diri ke luar negeri.

Masih ingat pula penulis kala Gus Dur berseru kepada keturunan Tionghoa yang berada di luar negeri untuk segera kembali ke Indonesia bahkan dengan menjamin keselamatan mereka. Itulah bukti nyata pembelaanya terhadap kaum Tionghoa, bukan sekedar isapan jempol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun