Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pembunuh Berantai

9 Januari 2021   07:31 Diperbarui: 9 Januari 2021   07:40 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat Obsesi Mengalahkan Emosi

Sudah tiga hari terakhir ini, media cetak dan online mewartakan kasus pembunuhan berantai. Bermula tiga hari yang lalu, ditemukan dua sosok tidak bernyawa di dua lokasi yang berjauhan. Namun, yang menarik, ciri kedua mayat itu mirip; laki-laki, usia sekitar 30 tahun, dibunuh dengan dengan cara diracun, dan dibunuh bukan di lokasi tempat mayat itu ditemukan.

Semula, polisi dan masyarakat mengira kemiripan ciri dari kedua mayat itu hanya kebetulan belaka. Ternyata, esoknya ditemukan kembali mayat dengan ciri yang sama. Kemudian kemarin, dua hari setelah ditemukan mayat pertama, ditemukan kembali dua mayat lagi, masih sama, dengan ciri-ciri yang mirip mayat sebelumnya.

Sejak itulah, polisi dan masyarakat menyimpulkan, kelima mayat itu dibunuh oleh orang yang sama. Hebohlah kemudian masyarakat di kotaku, bahwa sekarang sedang berkeliaran pembunuh berantai. Seorang psikopat.

***

Siang itu aku hendak kembali ke kantor setelah istirahat makan siang, ketika tiba-tiba di seberang jalan terlihat Toni. Aku tidak mungkin salah, dia pasti Toni teman SMA, walaupun sudah berpisah sejak lulus SMA. Sepuluh tahun yang lalu.

Aku kemudian mengejarnya.

"Toni! Hey Toni," panggilku seraya menghampirinya. "Kamu Toni, kan? SMA 4 Bandung!"

Dia sedikit kaget.

"Andi? Kau kah Andi?" tanyanya gugup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun