Sampah plastik menjadi salah satu isu lingkungan paling serius di dunia, termasuk di Indonesia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK, 2021) menunjukkan, Indonesia berada di peringkat kedua sebagai penghasil sampah plastik ke laut terbesar di dunia setelah Tiongkok. Kondisi ini kian terasa di kota-kota besar, salah satunya Banjarmasin.
Sebagai pusat perdagangan dan jasa, aktivitas masyarakat di Banjarmasin menghasilkan volume sampah yang terus meningkat setiap tahunnya. Botol plastik, kantong kresek, hingga kemasan makanan sekali pakai mendominasi timbulan sampah. Karena sifat plastik yang sulit terurai, tumpukan limbah ini tidak hanya mencemari tanah dan air, tetapi juga berpotensi mengancam kesehatan manusia melalui paparan mikroplastik.
      Namun, di balik ancaman itu, ada peluang besar yang bisa digarap. Limbah plastik ternyata menyimpan potensi ekonomi bila dikelola dengan cara kreatif. Daur ulang dapat mengubah barang sisa menjadi produk baru bernilai tambah, sekaligus membuka lapangan pekerjaan dan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif lokal.
Potensi Ekonomi dari Sampah Plastik
Â
Banjarmasin memiliki modal penting untuk mengembangkan usaha daur ulang. Ketersediaan bahan baku sangat melimpah, mengingat aktivitas perdagangan dan konsumsi masyarakat yang tinggi. Dengan dukungan bank sampah, pengepul, hingga program pengelolaan sampah berbasis masyarakat, pasokan plastik bekas dapat terjamin secara berkelanjutan.
Dari sisi modal, usaha ini juga relatif ramah bagi pengusaha pemula. Mesin pencacah, mesin press, serta peralatan sederhana dapat menjadi titik awal memproduksi barang daur ulang, mulai dari kerajinan tangan, peralatan rumah tangga, hingga bahan bangunan alternatif. Biaya produksi yang rendah menjadi peluang besar untuk menciptakan margin keuntungan yang menjanjikan.
Lebih jauh lagi, usaha daur ulang tidak sekadar menghasilkan keuntungan ekonomi. Aktivitas ini juga berkontribusi langsung pada pengurangan pencemaran, pemberdayaan komunitas lokal, dan mendukung agenda pembangunan berkelanjutan. Dengan kata lain, daur ulang plastik adalah contoh nyata "ekonomi hijau" yang menggabungkan manfaat lingkungan dengan nilai tambah finansial.
Dukungan Kebijakan dan Tren PasarÂ
Salah satu modal terbesar Banjarmasin adalah dukungan regulasi pemerintah. Kota ini termasuk pionir dalam kebijakan pengurangan kantong plastik sekali pakai. Di banyak minimarket dan toko modern, plastik gratis sudah jarang ditemukan. Kebijakan ini menjadi pendorong sekaligus peluang bagi pelaku usaha daur ulang untuk menawarkan produk ramah lingkungan sebagai alternatif.
Selain itu, tren pasar juga semakin mendukung. Generasi muda, khususnya Gen Z dan milenial, kini lebih peduli terhadap isu lingkungan. Produk berbahan daur ulang tidak hanya dipandang sebagai solusi ekologis, tetapi juga dianggap unik, estetik, dan mencerminkan gaya hidup "go green".