Mohon tunggu...
Winaau
Winaau Mohon Tunggu... Mahasiswa - Psystud

Belajar, healing, belajar, healing

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Edukasi Psikologi Bencana: Autisme and Disaster

14 Januari 2022   14:26 Diperbarui: 14 Januari 2022   15:39 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan negara yang termasuk dalam daftar negara paling rawan bencana, dimana seringnya terjadi bencana yang mengancam masyarakatnya. Hal ini menyebabkan masyarakat untuk selalu waspada dan siap siaga khusunya saat pemerintah sudah memperingatkan akan munculnya bahaya bencana khusunya bencana alam. 

Hasil pencatatan BNPB Indonesia tahun 2018 membuktikan bahwa sejak tahun 2016 sampai dengan awal tahun 2018, sudah lebih dari 2.700 bencana alam terjadi di seluruh wilayah yang ada di Indonesia. Berdasarkan data tersebut pemerintah harus lebih giat mensosialisasikan upaya pengurangan risiko bencana seperti yang tercantum dalam Undang Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana kepada masyarakat. Banyaknya bencana alam di Indonesia telah membuat masyarakatnya untuk selalu waspada terhadap bencana khusunya bencana alam.

Autisme ialah kelainan yang disebabkan oleh gangguan saraf  pada otak yang menyebabkan permasalahan terhadap individu.  Hal ini menyebabkan permasalahan individu dalam berinteraksi dengan orang lain. Gangguan yang disebabkan autisme ini akan menyebabkan hal fatal karena kesulitan untuk meminta ataupun mendapat bantuan.

1. Pengertian Autisme

Autism Spectrum Disorders (ASD) atau biasa kita kenal sebagai autis merupakan gangguan perkembangan saraf, mental, atau perilaku yang disebabkan karena kondisi medis, genetik,  maupun faktor lingkungan yang diketahui. Dalam DSM V, individu autis ditandai dengan defisit pada interaksi, komunikasi, dan perilaku yang dilakukan secara berulang (APA, 2013). 

Yang pertama, gangguan interaksi dan komunikasi sosial yang membuat mereka tidak mampu memahami isyarat sosial baik ucapan verbal maupun non-verbal yang berupa ekspresi dan emosi. Anak autisme ini juga tidak memiliki minat dalam berinteraksi dengan teman-temannya. Kedua, pola perilaku, minat, atau aktivitas yang terbatas dan berulang. Individu autis akan melakukan gerakan motorik seperti gerakan tangan tertentu yang dilakukan berulang hingga melakukan perilaku tertentu berdasarkan rutinitas atau pola ritual. 

Misalnya memakan makanan yang sama setiap hari, melewati jalan yang sama setiap hari untuk pergi ke sekolah, ritual salam, dan sebagainya. Individu autis juga lebih fokus pada hal tertentu yang dianggapnya menarik, ia akan asyik dengan objek tertentu hingga akan membuatnya marah atau tantrum saat objek yang disukainya tidak ada. 

Contohnya, anak yang memiliki boneka kesukaannya, saat bonekanya hilang, ia akan menangis dan berteriak sampai bonekanya kembali didapatkan. Tidak hanya itu, individu autis juga hiper atau hiporeaktivitas terhadap sensorik tertentu. Hiperaktivitas membuat individu autis sangat sensitif dengan sensori yang sangat lemah misalnya suara yang sangat kecil, dan hiporeaktivitas akan membuat individu autis tidak peka dan tidak tertarik dengan sensori misalnya suhu yang sangat panas, benturan, daya tarik visual atau gerakan tertentu. 

Dengan begitu, individu autis bisa ditandai dengan tidak bisa berada dalam kondisi ramai, melihat cahaya lampu, tidak merasakan sakit saat terbentur hal tertentu, ataupun tidak suka dengan pelukan. selanjutnya, gejala yang ada ini harus muncul pada periode perkembangan awal saat individu masih kanak-kanak. Misalnya saat usia 6 bulan anak belum menunjukkan senyum dan ekspresi hangat dan gembira, saat usia 12 bulan tidak menunjukkan tanggapan saat dipanggil namanya, dan saat usia 24 bulan anak tidak menirukan kata atau mengulangi kata yang didengarnya (Hallahan dkk., 2014).

Individu autis ini dapat diklasifikasikan setelah dapat didiagnosa autis dan dapat diberikan melalui Childhood Autism Rating Scale (CARS) yaitu autis ringan, autis sedang, dan autis berat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun