Kebiasaannya masih sama.Tegurku dalam hati
“Maaf terlambat, jalanan macet.” Dia mengemukakan alasan tanpa ku tanyai
“Iya tidak apa-apa. Santai saja,” jawabku berusaha santai meski sejak tadi sebenarnya justru sangat gelisah.
Beberapa menit kami hanya menghabiskan waktu tanpa bicara. Aku berusaha tenang. Membiarkan dia untuk memulai pembicaraan lebih dulu. Sedang ia hanya sibuk dengan cokelat panasnya yang ia seruput bahkan hampir habis itu.
“Sedang ingin balas dendam, yah?” tanyanya memecahkan lamunanku pada cokelat panasnya.
“He?” wajahku bingung menanggapi pertanyaannya
“Balas dendam yang terbaik melalui senyum, status BBM-mu kulihat kemarin”
“Ohh iya” Aku tertunduk malu.
Yaa ampuun apa selama ini dia sering membaca status-statusku di BBM. Dia kan sudah lama menghilang tanpa kabar, tak seharusnya kan seperti itu.Umpatku dalam hati
“Dengan cara terbaik apa pun, Tuhan tidak pernah menyarankan umatnya untuk balas dendam,” nasehatnya padaku
Ehh..apa dia tahu kalau saat ini aku sedang galau atas kepergian lagi. Atas rasa marah pada Damar yang sebenarnya tak bisa ku balas dendami dan aku hanya mampu tersenyum saja, menutupi rasa galauku.