Mengikuti arah angin kemarahan yang telah menguasai nurani. Hingga rasa iba pun sirna terhadap perempuan yang telah melahirkam dan membesarkannya dengan penuh kasih.
Masih banyak cercaan lainnya yang terdengar kian berani dari seorang anak yang ditujukan kepada ibu kandungnya. Bahkan ada yang dengan tega memperkarakan orangtuanya terkait hal-hal sepele.Â
Hingga orangtua yang kian melemah menjadi sosok pesakitan yang mesti berhadapan dengan meja hijau dan tembok derita.
Yah, begitulah yang acap terlihat, terdengar dari berbagai media dan bahkan yang kerap secara langsung di tengah kehidupan nyata.
Duh, apa iya orang tua setega itu dan sejahat itu pada anak-anaknya.Â
Oke, coba sekarang kita lihat sebaliknya. Ketika si ibu sedang memasak sajian yang akan dihidangkan untuk keluarga. Lalu tiba-tiba tangan mungil anaknya yang masih balita berenang dalam salah satu bahan yang akan naik ke atas kompor. Bahkan tumpah.
Pernahkah si ibu berkata, "Kau jahat Nak. Ibu  capek-capek mempersiapkan semuanya, kau malahan merusak."
Atau tiba-tiba ananda ngompol membasahi gaun sang Bunda di tengah keramaian. Pernahkah beliau mengumpat?
"Kau tega? Membuat ibu malu." Pernahkah terdengar umpatan serupa itu dari sang ibu pada ananda yang telah membasahi gaun terbaik ibunya.
Bahkan ketika didera oleh kelelahan, tak jarang buah hati merengek menuntut ini itu. Hingga Bunda terjaga. Mengabaikan rasa kantuk dan letih. Asal bisa mengusir kegundahan dan keresahan ananda tercinta.
Walau begitu, tak pernah terbersit kata jahat, pengganggu dan konotasi negatif lainnya dilekatkan pada anak.