Mohon tunggu...
Herlin Variani
Herlin Variani Mohon Tunggu... Guru - Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Guru, Motivator

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

3 Jam Pertama

16 Oktober 2020   10:47 Diperbarui: 16 Oktober 2020   11:09 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terbayang oleh anda saat melihat judul di atas? Sesuatu yang ekstrim? Atau sebuah perjalanan panjang? Mari kita kulik.

***

Lagi-lagi ini tentang balada penulis pemula. Keinginan semakin menguat mewujudkan mimpi menjadi seorang sastrawan. Memiliki banyak karya penuh makna yang bermanfaat untuk pembaca saat ini dan generasi selanjutnya.

Namun realita yang dihadapi membuat mimpi mulai diuji. Pekerjaan di luar sana menyita hampir separuh waktu yang dimiliki dalam sehari. 

Belum lagi aktifitas perjalanan yang harus ditempuh menuju tempat kerja lumayan panjang. Paling sedikit, satu jam dapat dihabiskan saat berangkat menuju tempat pengabdian dengan menggunakan kendaraan umum. Maka pulang pergi dapat menyedot waktu minimal dua jam. Itu terjadi setiap hari.

Tambah lagi segudang aktifitas di rumah yang telah menanti kehadiran diri. Semuanya harus terselasaikan, walaupun lelahnya raga terus menjerit. 


Meraung meminta kesempatan istirahat sejenak. Namun teriakan itu kerap diabaikan sampai semua target hari itu selesai.

Lalu, apakah harus menyerah dengan alasan keadaan? Fisik tak kuat dan ruang imaji enggan untuk terbuka karena keletihan yang terus mendera.

Enggan menyerah karena harapan tertancap kuat di dalam hati. Ruang mimpi terus berteriak untuk segera diukir dengan prestasi gemilang.

Solusi dicari.  Membuka kitab kesuksesan yang telah ditinggalkan oleh pendahulu menjadi pilihan. 

Berupaya mengintip perjalanan dibalik kejayaan yang telah ditorehkan hingga dikenang sampai saat ini. Walau tulang belulangnya sudah tak ada lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun