Mohon tunggu...
Ummu el Hakim
Ummu el Hakim Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya seorang emak biasa

Penyuka alam dan rangkaian kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pembelajaran Daring Diperpanjang, Aksi Emak Bertambah Jam Tayang

13 Juni 2020   10:58 Diperbarui: 14 Juni 2020   06:15 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : edukasi.kompas.com

"Mas, setelah terima rapor nanti belajar jarak jauh masih diteruskan lagi, gak apa-apa kan?"

"Lha kapan masuk sekolahnya Bu?"

"Belum tau."

Ketika si sulung melayangkan rindu ke sekolah. Sebagai orang tua tentu masih terbesit resah. Batinku belum jua terhindar gelisah. Tersebab virus berbahaya yang masih mewabah.

Ruang rindu kian membelenggu. Tentu terlintas tanya, kapankah pandemi berlalu? Anak-anak sudah tak sabar menunggu. Hingga datang waktu kembali bertemu. Para guru juga kawan sekolah yang begitu dirindu.

Sehingga, beberapa hari jelang terima rapor. Guru sudah mulai melapor. Mengenai rencana pun agenda berikutnya usai rapor diterima. Kenaikan kelas pun kelulusan digelar tanpa kehadiran anak-anak di tengah bangku sekolah. Menyedihkan.


Namun anak-anak tetaplah anak-anak. Apalagi seusia sekolah dasar seperti mereka tentu belum begitu faham mengenai protokol kesehatan. Apapun mereka lakukan sesuai keinginan. Dalam bergaul pun bertemu teman. Sudah pasti akan lupa aturan yang telah dipesan.

Asyik, bisa saja terjadi. Jangankan memakai masker. Social distancing pun akan kacau dan tak terkendali. Apalagi lama tak jumpa sudah pasti lupa pula tuk patuhi protokol yang harus dilalui.

Ketika pandemi masih menyelimuti. Pembelajaran jarak jauh pun menjadi pilihan terbaik saat ini. Bagi sebagian orang tua tentu merupakan keputusan yang diharapkan. Namun bagi sebagian lainnya barangkali akan timbul keluhan.

Ya, seandainya pembelajaran daring diperpanjang. Ini berarti pula aksi emak bertambah jam tayang. Menjadi sebuah tantangan tersendiri. Ketika pembelajaran daring dibuka kembali. Orang tua harus ekstra mengulur kesabaran. Pun merangkai suka duka dunia pendidikan.

Apalagi jika dalam satu keluarga. Terdapat lebih dari satu anak yang harus dijaga. Pun dengan tingkat usia yang berbeda. Bukan hal yang mudah, tentu saja. Namun di sinilah letak tantangan yang harus dieja.

Ya, tetiba emak menjabat kembali sebagai aktor. Apa jadinya? Segala rangkaian pembelajaran daring dibersamai dengan beragam situasi yang berbeda. Ada yang terlihat lembut bagai pemeran sinetron. Ada pula yang galak bak pemain film horor.

Emak menambah aksi. Selama pandemi emak pun menyandang jabatan multifungsi yang siap mengeksekusi. Aksinya yang begitu beragam. Heboh. Tentu saja. Begitu banyak cerita yang dihadirkan.

Ada yang santai, hingga batas waktu tugas usai dikumpulkan baru tersadar anaknya belum mengerjakan. Ada pula yang aktif pun kreatif. Hingga semua sudah rapi dilalui. Dan anak pun bersemangat melewati sebentuk tugas yang diberi secara mandiri.

Namun tak jarang timbul kelakuan yang berbeda. Seperti di laman facebook yang tak sengaja kutemui, bahkan ada emak yang hampir melempar panci. Tersebab tak kuasa melayangkan aksi. Pesimis hingga guru pun jadi korban kekesalan reaksi.

Mungkin ini sebuah fenomena yang wajar. Saat wabah belum berhenti menyebar. Ketika amanah masih bertahan di rumah. Orang tua terutama emak kian mengurai resah. Tersebab tugas terbagi, fokus dan perhatian pun harus dibagi.

Lalu timbul sebuah pertanyaan. Bagaimana seharusnya orang tua memberi tindakan? Di saat pikiran masih belum menjajah titik ketenangan. Sedangkan laju pendidikan tak boleh dihentikan.

Ketika pembelajaran daring terpaksa harus diperpanjang. Ya, ini berarti pula jalan pikir emak tak boleh lengang. Sekilas terlintas sebuah tantangan berat. Meski ada juga yang menerima dengan ikhlas dan siap. Sebab bagaimana pun ini adalah keputusan terbaik bagi anak.

Mengingat situasi masih belum bisa dipastikan. Pun anak-anak sudah barang tentu sulit dikondisikan. Jangankan di sekolah, di rumah saja masih susah dan banyak bertingkah. Tak mau diatur apalagi patuh dengan protokol, malah bisa menambah masalah.

Apapun itu emak merupakan bagian pokok dari rangkaian dampak pandemi. Dalam menggelar pembelajaran daring agar terasa ringan dilalui. Saatnya emak bertindak merangkai cara pun sikap. Bekerjasama dengan guru adalah hal terbijak.

Kemarin aku sempat mengisi sebuah kuesioner dari sekolah. Di sana ada beberapa pertanyaan terbuka. Di antaranya bagaimana pendapat orang tua dalam memilih rencana KBM untuk tahap selanjutnya.

Tentu saja aku memilih KBM secara daring. Ya, sebagaimana situasi sekarang ini. Aku rasa daring merupakan pilihan terbaik, paling tidak untuk beberapa waktu ke depan. Tetiba ada pertanyaan susulan, bagaimana seharusnya daring dilakukan? Orang tua diharapkan memberi saran.

Aku pun menjawab dengan beberapa hal. Pertama, aku berharap guru tetap memberi penjelasan materi melalui media. Yang mana media tersebut mudah diakses oleh orang tua. Pun sebaiknya secara offline. Agar orang tua yang bekerja bisa mengatur waktu mereka.

Aku memiliki beberapa alasan mengapa kuurai demikian. Ketika guru menyampaikan materi secara daring. Saat itu pulalah siswa akan tetap merasakan kehadiran guru di tengah mereka. Hal ini bisa menjadi obat rindu walau kesempatan bertemu masih ditunda.

Pun dari sisi kami sebagai orang tua. Tentu hal ini sangat berguna. Sebab kemampuan orang tua pastinya tak sama. Dalam mengkaji materi yang harus digali sesuai rencana. Sehingga guru masih perlu menjadi pusat bagi anak-anak dalam memahami mata ajar yang dihadirkan selama pandemi.

Kedua, untuk jenis tugas semoga bisa diterima dengan mudah oleh siswa. Pun tidak menyulitkan orang tua. Agar bisa dilakukan sebuah kerjasama. Guru dan orang tua bisa saling memberi masukan. Hal ini tentu diperuntukkan demi kelancaran pembelajaran. Mengingat situasi yang belum bersahabat.

Aku pikir dengan dua hal tersebut bisa menjadi alternatif terbaik sementara. Di mana situasi saat ini masih belum memungkinkan tuk berjumpa. Sedangkan pendidikan tentu tak bisa ditunda. Bagaimana pun harus tetap dilaksana. Meski tak bisa bertemu raga.

Aku memilih KBM daring ini secara sadar. Mengingat wabah yang masih menyebar. Pun demi kesehatan anak juga masyarakat sekitar. Sebab anak-anak sangat berpotensi sebagai penyebar. Sehingga kita harus menjaga dan bersikap sabar. Sadar ini hal terbaik dan wajar jikalau kita ingin kondisi yang lebih baik lagi.

Ketika amanah masih bertahan di rumah. Saatnya jam tayang emak pun bertambah. Tak mengapa, yang terpenting adalah mengkondisikan anak agar tetap betah. Meski tentu bukan hal yang mudah.

Membersamai dengan Cinta

Selama daring, emak memegang peran penting di rumah, anak harus dikondisikan. Sulit? Bayangkan saja seorang guru di sekolah memegang sekian murid, nah emak hanya beberapa anak. Yakin lebih mudah!

Di lain hal mengurai pembelajaran pun tugas melalui daring. Barangkali anak akan terlihat cukup pusing. Emak diharapkan bisa menyaring. Agar emosi anak tetap terkendali pun tugas yang diberi bisa selesai, tak terbengkalai.

Kalau bukan kita, siapa lagi. Saatnya emak lebih giat beraksi, tak bersantai. Untuk apa? Tentu saja agar anak tak lalai. Dengan rangkaian tugas hingga bisa selesai. Pun pembelajaran dapat dengan mudah dirangkai.

Membersamai dengan cinta. Tentu anak akan lebih bahagia. Cinta menjadikan mereka lebih mengerti mengenai sebentuk perhatian orang tua.

Walau terkadang diselingi iklan rengekan yang cukup menggemaskan. Atau penolakan di tengah acara bermain yang lebih mengasyikkan. Namun yakin bisa dikondisikan dengan segudang senyuman meski di tengah benih kelelahan.  

Ajak dunia mereka ke dunia kita,
Antarkan dunia kita ke dunia mereka

Quantum teaching. Aku menyukai metode ini. Ini memudahkanku dalam membersamai dengan cinta. Ketika aku mengajak mereka ke duniaku. Saat itulah duniaku dan mereka berpadu.

Dalam waktu yang bersamaan. Kuantarkan pula duniaku ke dunia mereka. Sungguh ini hal yang luar biasa. Saat dunia kita berbeda sejatinya itulah yang disebut warna.

Dari sanalah timbul sebentuk cinta yang barangkali bisa meredam segala reaksi yang tidak diinginkan. Dan intinya emak memang harus sabaaaar.

Menjadi Partner

Tak ada yang bisa jika tak dilakukan bersama. Begitupun dengan pembelajaran daring. Guru tentu tak kan bisa banyak bertindak. Jika tak ada sebentuk kerjasama yang kuat di antara pihak-pihak yang terlibat.

Ya, saatnya orang tua menjadi partner setia. Siapa lagi kalau bukan para orang tua. Sekalipun kita menyerukan segudang usulan mengenai jenis pembelajaran yang layak untuk musim Corona yang istimewa. Tanpa ada kerjasama tak mungkin bisa terlaksana.

Orang tua terlebih emak merupakan partner yang dinanti. Dalam dunia pendidikan di masa sekarang ini. Di mana pembelajaran jelas tak mungkin dilakukan secara tatap muka. Dan harus dilalu di rumah saja.

Sebagai partner, kiranya kita harus siap. Dengan segala bentuk resiko pun reaksi yang dihadap. Anggap ini bagian hiasan kehidupan. Tentu akan jauh lebih ringan.

Sebagai Motivator

Jika emak sudah memposisikan diri sebagai partner. Barangkali akan lebih mudah dalam membersamai anak-anak di rumah. Sebab mereka butuh motivator, bukan diktator.

Jika sebelumnya ada panci melayang atau omelan yang garang. Barangkali sejenak kita renungkan. Bukankah ini demi sebuah kebaikan. Jadi lebih baik kita batalkan. Segala tindakan yang hanya menambah beban pikiran.

Kiranya emak bisa semakin menyadari. Meski terlilit beragam tugas sehari-hari. Terbagi fokus pun perhatian terlebih memiliki anak dengan tingkat usia yang berbeda. Yakin emak pasti bisa! Saat jam tayang harus kian tak berjeda.

Menjadi motivator bagi anak sekaligus untuk diri emak. Kondisi ini tentu akan lebih ringan. Ketimbang setiap hari kita musti uring-uringan.

Toh ini demi kebaikan. Dari pada anak kita lepas di sekolahan. Malah akan menambah beban pikiran. Pun guru menjadi tak bisa fokus dalam mengurai mata pelajaran juga beragam tugas sekolah yang diemban.

***

Pada akhirnya pembelajaran daring menjadi pilihan. Itu berarti jam tayang emak pun akan bertambah panjang. Tak mengapa, pilihan terkadang butuh pengorbanan. Jika ingin mencapai sebuah ruang kebaikan.

Kadang kondisi darurat memaksa otak berpikir cepat. Kita semua tau wabah ini belum jua beranjak. Tak terlihat hingga penyebarannya pun semakin melesat. Jika tak waspada maka kondisi tak terkendali akan kian hebat.

Melindungi anak-anak menjadi pilihan kuat. Agar kebaikan bisa kita dapat. Saling mendukung antara pihak sekolah pun keluarga di rumah kiranya mampu menjadikan usaha yang tepat. Berjuang pun bersama memberi semangat.

Emak, menjadi sosok yang paling dekat dengan anak. Semoga bisa membersamai dengan cinta, menjadi partner, pun motivator yang bijak. Meski tak dipungkiri semua tentu tak mudah dilewati. Yakin sebuah niat baik selalu tersedia jalan untuk dilalui.

Jadi, meski pembelajaran daring diperpanjang dan aksi emak bertambah jam tayang. Jangan menyerah! Inilah bentuk perjuangan emak di tengah pandemi yang masih menyerang. Tak usah dirisaukan. Yang terpenting anak-anak tetap aman. Berjuang tak harus di luar kan?

Niek~
Jogjakarta, 13 Juni 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun