Mohon tunggu...
Yuni Ariska
Yuni Ariska Mohon Tunggu... -

La Tahza Innallaha Ma'ana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hak yang Diabaikan

1 Mei 2017   15:57 Diperbarui: 1 Mei 2017   16:07 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hak yang Diabaikan

Berbicara tentang pekerjaan tidak akan ada habis-habisnya. Sebab, pekerjaan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang. Baik itu untuk memenuhi kebutuhan hidup, sebagai alat untuk menaikkan sistem sosial atau pun sebagai hal pengisis waktu senggangnya saja. Pekerjaan di dunia ini sangat banyak, misalnya sebagai pengusaha, pegawai swasta/negeri, dan lain sebagainya. Pekerjaan yang paling rendah tingkatannya adalah sebagai buruh.

Memang, buruh merupakan pekerja yang rendah tingkatannya, akan tetapi dengan kerendahan ini janganlah para kaum bourjuis menginjak-injak harga diri serta menghabiskan tenaga para kaum buruh. Kita lihat saja, para buruh hanya banyak bekerja, sedangkan hasilnya hanya dinikmati oleh para kaum bourjuis yang seenaknya saja membeli tenaga para kaum buruh dengan harga murah.

Mereka rela menghabiskan masa tuanya untuk memajukan negeri ini. Sedangkan kaum bourjuis kurang memberikan hak-hak mereka, yang hanya kewajiban saja yang mereka ambil, misalnya saja : para kaum buruh disuruh bekerja dari pagi hingga sore hari, dan diberi gaji yang minimu. Disinilah sudah terlihat adanya perampasan hak, yang dimana mereka sebaiknya diberi upah yang sesuai dengan hasil pekerjaan, namun diberi upah yang minimum. Selain mengenai upah, para buruh juga akan tekena masalah pengurangan tenaga kerja di suatu perusahaan (PHK), akibat keterampilan yang kurang dari yang lainnya.

Dengan ketidakadaan hak-hak tersebut maka kaum buruh sering berdemo ataupun mogok kerja. Sebab mereka lelah akan hal seperti ini, hanya terus-menerus memberi dan tidak ada balasannya. Sebagai generasi penerus bangsa, para kaum inteleg haruslah memandang hal ini sebagai tantangan bagi kaum inteleg, bagaimana caranya membuat para kaum buruh untuk hidup lebih sejahtera dan hak-hak mereka dapat terpenuhi dengan layak. Agar mereka di kemudian hari tidak berkobar lagi dijalan untuk menuntut hak mereka.

 Hal harus dilakukan adalah memberi keterampilan se maksimal mungkin dan melihat diposisi mana sebaiknya kaum buruh itu di pekerjakan, agar mereka tidak tersaingi dengan yang lainnya. Contohnya saja di masa pemerintahan Presiden Jokowi, para pekerja Indonesia diganti dengan pekerja dari Cina, yang upahnya jauh lebih besar dari pekerja Indonesia sendiri, serta kesejahteraannya lebih baik dari pekerja Indonesia.

Mungkin demikian, keterampilan dan keteladenan pekerja Indonesia berbeda dengan pekerja Cina. Namun, yang harus dilakukan ya itu, memberi keterampilan yang baik sebelum di pekerjakan agar mereka pun menyesuaikan keahliannya di bidang mana. Agar tidak tejadi kekerasan dan penyiksaan sewaktu bekerja. Kasus lainnya adalah yang dirasakan para TKI/TKW di luar negeri, dengan keterampilan yang minim, mereka di perbudak dengan kejam atau sampai meninggal dunia, hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pemerintah sebaiknya lebih memperhatikan keselamatan serta kesejahteraan para TKI/TKW, sebab devisa negara itu didapat dari TKI/TKW itu sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun