Mohon tunggu...
Nurhasanah Munir
Nurhasanah Munir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna

I'm a dreamer and wisdom seeker// Ailurophile// write to contemplate

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

"Asmara di Balik Bencana"

31 Agustus 2016   08:59 Diperbarui: 31 Agustus 2016   10:24 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
[semua foto: dok. pribadi]

Indonesia dikenal sebagai negeri yang rawan bencana, namun masyarakatnya masih jauh dari kata siaga. Rentang waktu dari tahun 1973 – 2014 ada 153 kota/kabupaten di Indonesia yang berada pada zona bahaya tinggi bencana, dan 232 kota/kabupaten berada pada zona sedang.

Pemandangan berbeda terlihat saat saya mengikuti acara “nangkring” yang terselenggara berkat kerjasama Kompasiana dengan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) pada tanggal 18 Agustus 2016 di Hotel Dafam Teraskita, Cawang. Dalam hati, saya senang menyaksikan betapa Kompasiana sangat peduli dan berperan aktif untuk mendukung program pemerintah dalam penanggulangan bencana.

Apresiasi yang setinggi-tingginya saya sampaikan untuk Kompasiana dan BNPB yang telah meluangkan waktu memberi kesempatan dan membuka wawasan para kompasianer dalam memahami pentingnya menyiagakan diri saat menghadapi bencana, serta mengajak masyarakat untuk sadar bencana yang bisa terjadi kapanpun.

Saya ingat betul ketika bapak Soetopo (Kepala Humas BNPB) mengingatkan kepada kami yang hadir; “bencana bukan hanya untuk ditulis dan diberitakan saat terjadi saja.” Oleh karena itu,saya sangat setuju dan bertekad untuk menggali informasi lebih dalam lagi terkait tentang penanggulangan bencana, serta turut andil dalam memberi pendidikan dan pemahaman kepada masyarakat luas untuk siaga menghadapi bencana.

Mungkin banyak yang mengira jika BNPB hanya beraksi saat bencana terjadi, namun perkiraan tersebut justru salah, dan dapat dibuktikan melalui program-program edukatif yang dilakukan oleh BNPB. BNPB tentu tidak dapat bekerja sendiri dalam mendidik masyarakat supaya peka terhadap bencana, oleh karena itu BNPB menggandeng beberapa lembaga untuk dapat mewujudkan program-program tersebut.

Salah satu program yang baru saja diperkenalkan adalah Sandiwara RadioAsmara dibalik Bencana” yang disiarkan oleh 20 stasiun radio yang tersebar di berbagai provinsi di pulau Jawa, dan 2 stasiun radio diantaranya adalah radio komunitas.

Mengapa Sandiwara Radio? Saya menyimpulkandari catatan resmi BNPB, bahwa sandiwara radio memiliki minat tersendiri di masyarakat. Meskipun stasiun radio memiliki resiko gangguan teknis dalam penyiaran, seperti gelombang yang timbul tenggelam, namun radio mampu menjangkau hampir seluruh perkampungan di pelosok negeri. Sehingga dengan begitu efektifitas sosialisasi dapat terpenuhi, dan masyarakat dapat mendengarkan sandiwara yang edukatif.

Maka dari itu, untuk mensukseskan program sandiwara tersebut. Penulis cerita, sutradara dan para pengisi suara diharapkan juga dapat bertatap muka langsung dengan para penggemar. Upaya tersebut dilakukan agar masyarakat semakin mencintai sandiwara radio dan merasa menjadi pelopor keluarga siaga bencana.

Berikut ini radio-radio yang menyiarkan sandiwara radio dan jadwal tayang:

Provinsi Jawa Timur

  • GE FM (Madiun), pukul: 19.10 – 19.40
  • Senaputra FM (Malang), pukul: 19.00 – 19.30
  • Gema Surya FM (Ponorogo), pukul: 19.00 – 19.30
  • Soka FM (Jember), pukul: 19.00 – 19.30

Provinsi Jawa Tengah

  • SPS FM (Salatiga), pukul: 19.00 – 19.30
  • Studio 99 FM (Purbalingga), pukul: 16.30 – 17.00
  • CJDW FM (Boyolali), pukul: 19.30 – 20.00
  • Radio H FM (Karanganyar), pukul: 19.00 – 19.30
  • Merapi Indah FM (Magelang), pukul: 19.00 – 19.30

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

  • EMC FM (Yogyakarta), pukul: 19.00 – 19.30
  • Persatuan FM (Bantul), pukul: 19.00 – 19.30

Provinsi Jawa Barat dan Banten

  • Gamma FM (Majalengka), pukul: 16.00 – 16.30
  • Fortuna FM (Sukabumi), pukul: 19.00 – 19.30
  • Aditya FM (Subang), pukul: 19.00 – 19.30
  • Thomson FM (Bandung), pukul: 19.00 – 19.30
  • Elpass FM (Bogor), pukul: 19.00 – 19.30
  • HOT FM (Serang), pukul: 19.00 – 19.30
  • GeNJ FM (Rangkasbitung), pukul: 19.00 – 19.30

Radio Komunitas

  • Radio Komunitas Lintas Merapi FM (Klaten), pukul: 19.00 – 19.30
  • Radio Komunitas Kelud FM (Kediri), pukul: 19.00 – 19.30

Meskipun setiap daerah memiliki jam tayang yang berbeda tapi jumlah durasi dan episode sandiwara tetap sama, yakni 30 menit per episode. Secara keseluruhan sandiwara ini memiliki total 50 episode yang tayang setiap hari.

Berkenalan dengan Sang Penulis Cerita

Siapa yang tidak mengenal S. Tidjab? Pria kelahiran Solo ini mengawali perjalanan karir sebagai penulis cerita sandiwara radio, dan sandiwara radio yang paling booming pada masanya adalah Tutur Tinular. Selama puluhan tahun karya-karyanya tidak diragukan lagi, karena banyak radio mengapresiasi dengan memancar-luaskan sandiwara tersebut berulang kali.

Berawal dari bincang-bincang hangat dengan tim BNPB yang ingin memberi pendidikan siaga bencana kepada masyarakat, maka sampailah keduanya pada satu kesepakatan, yaitu membuat sandiwara radio, dimana produk ini begitu populer dan sangat dekat di hati masayarakat daerah khususnya.

Dengan semangat dan dukungan kedua belah pihak, maka dari itu terciptalah program yang bersifat progresif untuk membuka dan meluaskan wawasan masyarakat terhadap penanggulangan bencana alam yang bisa terjadi kapan saja tanpa bisa diprediksi. Terlebih lagi, sebagian kita telah mendengar dan melihat secara langsung bencana-bencana yang terjadi pun di sejumlah daerah.

Menurut S.Tidjab, sandiwara radio "Asmara dibalik Bencana" dapat menjadi simulasi efektif bagi masyarakat terhadap penanggulangan bencana. Meskipun masyarakat berimajinasi tentang kisah yang diceritakan, namun setidaknya masyarakat juga mampu untuk memposisikan dirinya bilamana terjadi bencana.

Ayo, Kita Siaga Bencana

Dari setiap bencana yang terjadi di Indonesia, BNPB menyimpulkan bahwa masyarakat kita belum siap dan siaga bencana seperti masyarakat Jepang. Hal ini ditandai dari perilaku dan sikap yang sudah menjadi bagian dari budaya orang-orang Jepang yang selalu berada pada kondisi siaga bencana.

 Pemerintah Jepang telah berhasil mendidik masyarakatnya untuk menghidupkan kesadaran bahwa bencana akan datang kapan saja, oleh karena itu mereka bahu-membahu untuk mengubah pola pikir sehingga menjadi warga negara yang tanggap bencana. Kembali pada program BNPB, peran sandiwara radio ini diharapkan dapat mengarahkan masyarakat Indonesia seluas-luasnya untuk mengubah mindset tentang bagaimana seharusnya menanggulangi bencana secara tepat dan aman.

Melalui media yang mudah dipahami dan menghibur, sehingga mampu menarik perhatian masyarakat yang secara sadar ataupun tidak sadar mendapatkan informasi dan edukasi tentang bencana dan penanggulangannya.

Faktor-Faktor Penyebab Bencana seperti dilansir BNPB:

  • Lemahnya penegakan hukum
  • Lemahnya penataan ruang

Selain faktor-faktor diatas, faktor yang paling memberikan kontribusi pada terjadinya bencana dan mengakibatkan korban lebih banyak adalah masyarakat kerapkali membangun kembali rumah atau bangunan di tempat yang sama saat terjadi bencana.

Hal tersebut seakan menegaskan bahwa masyarakat kita “sangat berani” dalam menghadapi bencana yang kapan saja bisa menghampiri, tanpa peduli bahaya dan resiko yang lebih besar. Dan alat-alat pendeteksi banjir serta Tsunami yang diharapkan mampu membantu BNPB, pemerintah serta masyarakat untuk bersiaga terhadap bencana, ditemukan sama sekali tidak terawat dan rusak, bahkan hilang dicuri.

Komunikasi adalah Awal untuk Menumbuhkan Sikap Siaga Dari berbagai sumber yang dikumpulkan dan ditelaah oleh tim BNPB, masalah komunikasi menjadi hambatan dalam menanggulangi bencana. Media-media tersebut secara jelas mengutip narasumber yang mengatakan “jangan saling menyalahkan atau jangan mencari kambing hitam” yang seakan berasumsi bahwa bencana menjadi tanggung jawab pihak tertentu.

Padahal, penanggulangan bencana adalah upaya bersama dalam menyelamatkan korban jiwa sebanyak-banyaknya dan memerlukan bantuan dari seluruh pihak, tidak hanya pemerintah dan jajarannya tapi juga masyarakat umum. Media sebagai alat komunikasi siaga sencana di zaman modern ini, teknologi informasi menjadi basis yang sangat diperhitungkan untuk meminimalisir berbagai peristiwa yang merugikan manusia, termasuk bencana.

Media pun dapat turut andil dalam mengurangi dampak bencana. Seperti yang disusun oleh BNPB, mengapa media begitu penting?

  • Karena media mampu mempengaruhi keputusan politik, mengubah perilaku, dan menyelamatkan nyawa manusia (UNISDR, 2011)
  • Komunikasi merupakan inti dari sukses dalam mitigasi, kesiapsiagaan, respon dan rehabilitasi bencana (Haddow, 2009)
  • Media dapat menunjukkan eksistensi, pencitraan, dan simbol organisasi terhadap masyarakat terkait tugas kemanusiaan dalam penanggulangan bencana (UN, 2009)

BNPB Membentuk WPB (Wartawan Peduli Bencana)

BNPB berupaya semaksimal mungkin untuk mengabdi kepada negeri dan bangsa ini dengan cara apapun, sehingga seluruh masyarakat Indonesia dapat menjadi bangsa yang maju dalam pola piikir dan perilaku, khususnya tentang ketanggapan menghadapi resiko bencana. Oleh karena itu, BNPB secara sadar mengetahui pentingnya sosialisasi peanggulangan bencana memberikan pelatihan khusus wartawan media, sebagai mitra yang paling dekat dalam memberikan informasi seputar bencana.

Pelatihan-pelatihan yang diadakan adalah yang terkait dengan operasi SAR, dapur umum, p3k, mendirikan tenda, ekskursi, serta menggunakan GPS. Dengan begitu kawan-kawan wartawan dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman dalam penanggulangan bencana, serta tidak hanya meliput namun juga turun tangan untuk memberikan pertolongan dan menjadi bagian dari kepedulian media secara nyata.

Sekilas tentang Ekskursi Untuk memberikan pelatihan yang komprehensif, BNBP mengajak para wartawan untuk berkunjung ke daerah-daerah bencana, diberikan penjelasan langsung oleh para ahli, berdialog dengan masyarakat, pemerintah daerah setempat, dan lain-lain. Bapak Soetopo juga berkeinginan untuk melakukan hal yang sama kepada para blogger, sehingga kawan-kawan blogger sebagai wartawan non komersial juga memiliki pengetahun, informasi, dan kepedulian yang sama dengan wartawan media.

Saya secara pribadi, menunggu kesempatan itu datang, karena saya pernah berkecimpung di dunia kepramukaan. Saya juga berharap kepada teman-teman blogger yang lain juga menantikan hal yang sama.  Indonesia sebagai bangsa gotong-royong tidak perlu merasa khawatir kekurangan sukarelawan. Bilamana setiap warga negaranya sadar tentang nilai-nilai pengabdian untuk kemanusiaan, maka justru mereka akan berlapang hati membantu, apalagi di tanah air sendiri.

Ketika semua masyarakat di Indonesia mampu melihat kewajiban dan tanggungjawab dengan jeli dan matang, maka urusan kemanusiaan menjadi prioritas. Media Sosialisasi BNPB Dengan keseriusan, BNPB melakukan berbagai terobosan untuk memberikan edukasi yang terbaik bagi masyarakat. Hampir semua media digunakan BNPB untuk kegiatan sosialisi. Namun adakala masyarakat umum seperti anak-anak usia sekolah perlu mendapat perhatian juga sebagai langkah awal untuk mengenali berbagai macam bencana dan penanggulangannya.

BNPB juga membuat komik agar anak-anak dapat belajar dengan senang hati dan mendapat pengetahuan baru seputar bencana. BNPB juga membuat diorama yang bertempat di kantor PUSDATINMAS BNPB, sehingga para pelajar atau masyarakat umum yang datang untuk mengenal dan belajar bisa melihat langsung.

BNPB ikut serta mengajar ke sekolah-sekolah untuk memberikan informasi secara langsung tentang bencana dan penanggulangannya. Mengadakan pertunjukan seni tentang kebencanaan dinilai juga ampuh menjadi sarana edukasi bagi masyarakat. Dan untuk memastikan apakah masyarakat Indonesia sudah mendapatkan edukasi yang baik terhadap bencana, maka BNPB mengadakan berbagai macam lomba bidang kebencanaan, seperti: lomba fotografi, karya tulis, dan film dokumenter.

Tidak hanya itu, BNPB juga memberikan penghargaan kepada masyarakat dan wartawan yang telah mengabdikan dirinya untuk ikut menyumbangkan tenaga dan pikirannya. BNPB percaya bahwa setiap bencana yang terjadi akan menjadikan bangsa ini lebih kuat dan tangguh dalam kondisi apapun. Sebagai catatan, apa yang sebaiknya kita buat pasca terjadinya bencana? – BNPB menghimbau agar kita lebih mengutamakan kebutuhan tempat tinggal untuk para korban bencana, karena hal tersebut lebih banyak dibutuhkan daripada pakaian, makanan dan lain-lain yang hanya bersifat sementara, dan masih bisa ditopang oleh sebagian yang lain.

BNPB serta Pemerintah Pusat dan Daerah  juga perlu mengembangkan teknologi  seperti yang sudah dilakukan oleh beberapa negara maju dalam pembuatan tempat tinggal tahan bencana seperti gempa dan lain-lain. Hal tersebut bertujuan agar bangsa Indonesia bisa membuka kepekaan dan kesadaran tentang keberlangsungan hidup di masa yang akan datang, serta sikap kemandirian bangsa yang seharusnya bisa belajar dari negara-negara yang berjibaku untuk menggunakan teknologi sebagai jalan tengah dalam meminimalisir resiko atau dampak bencana.

Meskipun BNPB memiliki pendanaan yang terbatas, tapi tidak lekas menyurutkan semangat mengabdi untuk negeri. Dengan semangat tersebut BNPB mendapat banyak dukungan dari berbagai pihak, karena berada pada visi dan misi kemanusiaan yang sama. Mari kita berpengangan tangan yang erat untuk ikut mengabdikan diri kepada bangsa dan negara. Mendukung BNPB dalam mendidik masyarakat Indonesia agar menjadi bangsa yang siaga dan tangguh terhadap bencana.

facebook: Una Munir

twitter : @Unamunir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun