Mohon tunggu...
UmsidaMenyapa1912
UmsidaMenyapa1912 Mohon Tunggu... Freelancer - Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Kami Instansi yang bergerak di bidang pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Testimoni Mahasiswa Program ICT UTAR

28 April 2024   05:00 Diperbarui: 28 April 2024   05:18 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok ICT Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

"Kita nanti mengajar anak-anak di sana dan mengurus warga- warga lokal juga. Misal, kita ngenalin tentang foto, belajar tentang, menulis, dan kegiatan dasar lainnya," kata Anisa.

Melalui program ICT UTAR ini, Anisa ingin mendapatkan pengalaman baru, dan ini juga kali pertamanya untuk berkontribusi sampai ke luar negeri. Walau keberangkatannya ke  Malaysia merupakan hal yang menyenangkan, bukan berarti Anisa tidak memiliki kendala ketika berkuliah di sana, terutama saat daring di awal perkuliahan. 

Perbedaan kondisi wilayah dengan di Indonesia

Lalu, ia harus beradaptasi dengan perbedaan waktu dan makanan yang ada di Malaysia.  Dalam menjalin interaksi dengan orang sekitar, Anisa cukup sulit untuk berinteraksi karena kondisi wilayah yang didominasi oleh chinese dan beberapa keturunan Bangladesh. Hal itu membuat mereka sempat kesulitan menemukan makanan halal.

Ia melanjutkan, "Kondisi daerah yang menurut saya jarang ditemukan umat Muslim ini membuat saya harus teliti menghafal jadwal adzan. Di sini tidak ada peringatan sholat seperti adzan, jadi saya harus melihat sendiri jadwal sholatnya,".

Ketertiban masyarakat

Ada satu culture shock yang Anisa temui ketika di kampus. Ia melihat tertibnya warga kampus dalam menjalankan aktivitasnya. Misalnya saat antri lift, walau di Indonesia terdengar sepele, tapi ia melihat mahasiswa UTAR antri dengan tertib satu atau dua baris memanjang bahkan hingga ke area jalan keluar.

Hal ini juga terjadi ketika ia berkunjung ke perpustakaan kampus. Biasanya, loker barang ditutup secara rapat bahkan dikunci, Anisa merasakan hal berbeda di UTAR. Di sana kesadaran dan ketertiban masyarakat sangat tinggi.

"Di sana hanya kabinet biasa saja, kita hanya meletakkan barang di ditu sudah aman. Lalu, terdapat juga space untuk mengerjakan tugas, bahkan untuk tidur. Jadi di sisi samping terdapat tempat duduk bersekat agar mahasiswa bisa beristirahat," ucap Anisa.

Baca juga: FAI Umsida Undang Penasehat Al-Alzhar di Seminar Internasional

Hal yang sama juga dirasakan oleh Fernanda, ia mengikuti ICT UTAR karena ingin mengamati kondisi pendidikan antar negara, baik itu dari kurikulum maupun regulasi terhadap mahasiswanya.

"Dosen di sini sangat membebaskan mahasiswa untuk berpendapat, yang banyak menjelaskan itu mahasiswanya. Jadi saya juga harus aktif berbicara, dengan ini saya juga bisa mengasah kemampuan bahasa Inggris saya," ucap mahasiswa yang juga seorang jurnalis ini.

Selain itu, lanjutnya, fasilitas umum yang ia temui di sana cukup mudah dimengerti. HAl ini tentu memudahkan turis yang ada di sana. Apalagi di UTAR, mahasiswa difasilitasi bus kampus yang bisa mereka gunakan untuk ke kampus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun