Mohon tunggu...
Ibnu Umar Rasyid
Ibnu Umar Rasyid Mohon Tunggu... Mahasiswa

Pria tanpa mimpi. mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Trip

Malam, Motor Tua, dan Jalan Pulang yang Tak Pernah Sama

13 Juni 2025   10:23 Diperbarui: 13 Juni 2025   10:32 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Galeri, foto saya dengan si Tea (Motor Astrea saya) dimalam hari

Di tengah malam yang tenang, dengan kerlap-kerlip lampu kota Padang yang bersinar seolah ikut bernapas bersama denyut kehidupan, aku kembali menyusuri jalanan kota dengan motor tuaku---sebuah Honda Astrea yang entah sudah berapa kali menua bersamaku. Mesinnya mungkin sudah lelah, knalpotnya tidak lagi senyap, tapi suara itu justru yang menenangkan, seolah mengabarkan bahwa segalanya masih berjalan, walau perlahan.

Kupasang earphone di telinga. Bukan untuk menutup dunia, melainkan untuk membungkusnya dengan lantunan lagu-lagu yang akrab, lagu yang seakan mengerti isi kepala dan isi hati. Musik mengalun, kota bergerak, dan aku membiarkan diriku larut dalam perjalanan yang tak pernah terlalu jauh, tapi selalu terasa menyembuhkan.

Ini bukan tentang motor tuaku, bukan pula tentang keindahan lampu kota Padang yang memantul di genangan jalan setelah hujan sore tadi. Ini tentang sesuatu yang lebih dalam---tentang cara paling sederhana untuk menjaga kewarasan, ketika dunia terasa terlalu ramai, dan kepala dipenuhi oleh hal-hal yang tak bisa segera diselesaikan.

Aku tidak pernah benar-benar ingin pergi. Tidak pernah ingin menghilang seperti tokoh utama dalam film yang tiba-tiba menghilang ke pegunungan atau negeri asing. Aku hanya ingin menghindar sebentar. Menepi. Mencari jeda. Bukan untuk melupakan, tapi untuk bernapas. Karena ada kalanya kita tak butuh solusi, hanya butuh ruang kosong untuk meletakkan beban agar pundak ini tak terus-menerus membungkuk.

Hidup, kadang terasa seperti lintasan tanpa akhir. Penuh belokan tajam dan jalan rusak yang datang tiba-tiba. Kita terbiasa memikul banyak hal---tuntutan, harapan, kesedihan yang tidak sempat ditangisi, dan kebahagiaan yang belum sempat dinikmati. Dalam diam, kepala bekerja tanpa henti, memikirkan apa yang belum selesai, apa yang salah, dan apa yang seharusnya terjadi.

Tapi malam ini, aku memilih untuk diam. Membiarkan semua itu tetap ada, tapi tidak mendikte arahku. Karena hidup, bagiku, tak akan pernah bergerak jika kita hanya memikirkannya. Ia baru akan bergerak ketika kaki melangkah, ketika tangan merenggang dari beban, dan ketika dada membuka sedikit ruang untuk berkata: *"Aku lelah, tapi aku belum selesai."*

Perjalanan malam dengan motor tua ini bukan pelarian, melainkan perayaan kecil atas diriku sendiri. Sebuah pengingat bahwa kita boleh berhenti sebentar. Bahwa tidak apa-apa jika hari ini kita tidak menemukan jawaban. Tidak apa-apa jika hari ini kita hanya ingin mendengar lagu sambil membelah malam, menyusuri kota yang sudah hafal arah pulang kita.

Ada satu ruas jalan di kota ini yang selalu kusebut sebagai "jalan pulang", bukan karena ia mengarah ke rumahku, tapi karena ia selalu mengarahkanku kembali pada diriku sendiri. Di sana, lampu jalan tidak terlalu terang, tapi cukup untuk melihat bayangan tubuh sendiri di atas aspal. Sepi, tapi tidak mengasingkan. Jalan itu seperti ruang sunyi yang tak menghakimi.

Setiap kali aku melintasinya, aku tahu, aku sedang belajar berdamai. Bukan dengan dunia luar, tapi dengan dunia dalam. Dengan harapan yang tak tercapai, dengan luka yang belum sempat dibalut, dengan rasa kecewa yang kadang kita sembunyikan bahkan dari diri sendiri.

Malam dan motor tua ini menjadi terapi tanpa biaya. Tak ada tempat tujuan yang spesifik, tak ada rencana muluk. Hanya jalanan, suara mesin, dan lagu-lagu yang mengantar keheningan. Kadang kupikir, mungkin beginilah caraku berdoa: dengan gas yang pelan, mata yang menatap lurus ke depan, dan hati yang berkata, *"Tuhan, jagalah aku meski aku tak tahu arah pasti malam ini."*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun