Mohon tunggu...
Umiyamuh
Umiyamuh Mohon Tunggu... Novelis - Seorang Penulis

Bukan orang penting, hanya seseorang yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jika Aku Laki-laki di Keluargaku

5 Maret 2024   23:21 Diperbarui: 6 Maret 2024   03:38 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lho, kenapa?

Aku seorang perempuan.  Tapi jika aku jadi laki-laki, aku akan tumbuh jadi laki-laki patriaki yang menganggap bahwa pekerjaan rumah adalah pekerjaan perempuan. Laki-laki tugasnya hanya mencari uang. Kerja, kerja dan kerja. Setelah lelah bekerja seharian aku mungkin akan pergi dengan kawanku lalu pulang larut malam tapi tidak mau ditegur istri sendiri. 

Menyenangkan sekali rasanya, aku akan makan tinggal makan, tanpa tahu bagaimana sebuah masakan tersaji di piring itu butuh proses, aku berpakaian wangi tinggal pakai tanpa tahu kalau pakaian itu harus dicuci dan id setrika sebelum dilipat rapi di dalam lemari. Saat rumah berantakan aku tinggal mengomel saja pada istriku, ngapain saja dia di rumah, rebahan? 

Lucu sekali bukan?

Baca juga: Aku Tidak Lagi Lari

Untung saja aku bukan laki-laki yang menjadi suami di masa depan. Aku adalah perempuan dan aku haus akan ilmu dan pengajaran. Tidak, pekerjaan rumah bukan hanya tugas istri, melainkan suami. Lho, kenapa? Kan suami sudah lelah bekerja? 

Apa menurut kalian memasak, mencuci mengurus anak itu tidak bekerja? Lalu kenapa jika ada yang tanya,  "Istrimu kerja apa?? Kau hanya menjawab, "Istriku di rumah aja nggak kerja,"


Jahat sekali.

Aku akan jadi besar di lingkungan itu. Di mana semua tugas rumah hanya ibu yang menyelesaikan. Ayah makan tinggal makan, berpakaian tinggal pakai sesuka hati. Jangankan masak, seperti aku tidak pernah lihat ayahku membantu ibu untuk sekadar membalik gorengan. Itu contoh dari seorang ayah yang ada di rumahku. 

Jika aku lelaki maka itu adalah contoh yang akan aku terapkan dalam kehidupan berumah tanggaku, tapi untungnya aku bukan lelaki. Aku perempuan dan aku beruntung tidak mempunyai suami seperti ayahku. Aku tidak mau mengerjakan semuanya sendiri,  kita adalah pasangan, maka kita lakukan semuanya berdua, kita bagi tugas dan kita harus saling bicara. Komunikasi itu penting. 

Baca juga: Semudah Itu Kah?

Tapi Komunikasi yang aku lakukan selama ini dengan keluarga tidak komunikatif, aku hanya pihak yang harus mendengarkan tidak ada celah untukku menyampaikan pendapat.  Aku bahagia karena tidak terlahir sebagai laki-laki, karena jika aku laki-laki  aku mungkin akan menyakiti hati seorang anak perempuan yang dibesarkan dengan cinta oleh orang tuanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun