Kompasianer punya kenangan ketika menggunakan Tupperware?(Kompasiana)
Kenangan saya pada Tupperware ada sedikit sekali, itupun dari ibu saya yang mengoleksi beberapa wadah produk Tupperware dan saya mendapat bagian kotak makan dan toplesnya.
Jujurly, saya tidak pernah membeli Tupperware sendiri, Â harganya mahal untuk kantong saya saat itu, yang ada di rumah Malang sekarang adalah warisan ibu (alm), seperti toples ini.
Dan masih ada walaupun warnanya tidak sekinclong dulu.(bukan foto toples tuppurware di rumah, karena saya sedang di Bali)
Saya masih ingat bagaimana Ibu dulu  menjelaskan dengan antusias dan panjang lebar tentang Tupperware.
Ada harga ada rupa, maksudnya, meskipun harganya mahal tapi memang bahannya berkualitas, aman tanpa bahan kimia yang berbahaya, dan tahan lama, bisa digunakan bertahun -tahun. Desainnya yang fungsional dan sistem penyimpanannya yang rapi.
Yang membuat istimewa adalah tutup kedap udara yang ketika ditutup harus sampai terdengar bunyi "klik" sebagai pertanda sudah tertutup rapat, memungkinkan makanan tetap segar, serta anti bocor.
Ada garansi bagi konsumen. Nah ini, yang membuat emak-emak kita semakin cinta Tupperware.
Hal itu yang membedakan Tupperware dengan barang -barang serupa lainnya.
Untuk membuktikannya, setiap saya pulang ke rumah ibu, kembali ke kosan selalu dibawain oleh-oleh satu wadah Tupperware berisi sambal goreng tempe kering kesukaan saya, hemm.. memang benar, makanan jadi awet disimpan di wadah Tupperware.
Tupperware Party.
Di era 90-an hingga awal tahun 2000-an, kalau gak salah ingat, ibu saya pernah bercerita bahwa rumah kami pernah digunakan oleh konsultan Tupperware untuk mengenalkan produk -produknya, dan ibu saya mengundang tetangga dan teman-temannya ke rumah.
Ruang tamu dan ruang keluarga dipenuhi aneka produk Tupperware mulai dari botol minuman, kotak makanan berbagai ukuran yang berwarna -warni sampai tempat penyimpanan beras, yang tetap terjaga kualitasnya walaupun disimpan selama beberapa bulan, kayanya.
Mungkin itu maksudnya "Tupperware Party" yaitu konsep penjualan dari rumah ke rumah, bukan penjualan melaui ritel.
Sebagai tuan rumah, ibu saya mendapat hadiah dan diskon pembelian sebagai imbalannya.
Lalu setelah Tupperware Party berakhir, ibu-ibu yang hadir, ada yang lantas menjadi reseller.
Konsep Tupperware Party bukan hanya meningkatkan penjualan saja namun juga membangun interaksi sosial dan membantu meningkatkan pendapatan masyarakat.
Tidak heran jika sekarang beragam respon masyarakat di medsos setelah berhembus kabar bahwa Tupperware bangkrut.
Tupperware Menutup Operasionalnya di Indonesia.
Kini, Setelah 33 tahun menjadi bagian dari dapur dan keluarga di Indonesia, Tupperware resmi menghentikan operasionalnya di Tanah Air.
"Setiap perjalanan pasti memiliki akhir. Perjalanan kami bersama keluarga Indonesia kini tiba di penghujung jalan."Â
Demikian tulis Tupperware Indonesia dalam pengumuman yang disampaikan melalui akun Instagram resmi @tupperwareid pada minggu (13/4).Â
Menyusul keputusan global dari induk perusahaan Tupperware Brand Corporation yang berbasis di Amerika Serikat (newsikal com. 13/4/2025)
Lalu Mengapa Tupperware Tutup?
Pertama - Penurunan Minat Konsumen. Kebiasaan belanja masyarakat kini berubah drastis, melalui e-commerce banyak produk penyimpanan makanan serupa yang dijual bebas dengan harga yang lebih terjangkau.
Kedua - Tupperware Gagal Beradaptasi di Era digital. Sistem penjualan konvensional telah tertinggal dari kompetitor yang agresif memanfaatkan platform online.
Ketiga- Tupperware menghadapi Beban Utang yang Tinggi, selain menghadapi penurunan penjualan.
Keempat - Persaingan Produk yang Meningkat.Konsumrn kini memiliki banyak pilihan dengan fitur serupa, bahkan inovasi yang lebih relevan dengan kebutuhan masa kini.
Apa Pelajaran yang Bisa Diambil dari Tutupnya Tupperware?
1. Inovasi ; bisnis di era digital, inovasi adalah keniscayaan, harus menyesuaikan dengan perubahan zaman untuk tetap relevan.
Dan Tupperware telah gagal beradaptasi dengan perubahan zaman, terutama dalam hal teknologi dan perilaku konsumen.
2. Diversifikasi dan Pengembangan Produk ; bisnis harus mengembangkan produk dan layanan baru untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang berubah.
Tupperware terlalu bergantung pada produk yang sama dan tidak melakukan diversifikasi yang cukup.
3. Pemasaran dan Branding yang Efektif ; bisnis harus memiliki strategi pemasaran dan branding yang efektif untuk mempertahankan loyalitas konsumen.
Tupperware telah gagal mempertahankan citra merek yang kuat dan relevan di mata konsumen.
4. Menghadapi Persaingan yang Kuat; bisnis harus siap menghadapi persaingan dan terus meningkatkan kualitas produk dan layanan.
Tupperware menghadapi persaingan yang kuat dari merek yang lebih modern dan inovatif.
5. Menejemen Keuangan yang Baik; bisnis harus memiliki keuangan yang baik dan sehat, untuk menghindari beban utang yang tinggi.
Tupperware mengalami kesulitan keuangan yang signifikan, beban utang yang tinggi sebelum akhirnya tutup.
6. Mengikuti Perubahan dan Perilaku Konsumen;Â bisnis harus memahami perilaku konsumen dan menyesuaikan strategi pemasaran dan penjualan.
Tupperware gagal mengikuti perubahan perilaku konsumen yang semakin digital dan online.
Dari tutupnya Tupperware, bisnis lainnya dapat belajar dari kesalahan dan meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan zaman dan memenuhi kebutuhan konsumen.
Kesimpulan..
Tupperware tutup setelah 33 tahun menjadi merek legendaris yang telah menemani di dapur keluarga Indonesia.
Meski begitu, kita bisa mengambil pelajaran penting nya bagi bisnis yang lainnya tentang inovasi, adaptasi dengan zaman dalam meningkatkan kualitas produk dan layanan kepada konsumen.
Pada akhirnya, Tupperware tutup, Riwayatnya  kini hanya tinggal kenangan.
Kenangan di lemari emak-emak Indonesia, di bekal makanan anak sekolah, di atas meja kos-kosan, dan dapur penyimpanan yang legendaris.
Tupperware tutup, bagi saya, ada kenangan sambal goreng tempe kering yang tak lagi dalam kotak makanan, namun lebih dalam di relung hati, seakan abadi, walau sang pemberi Tupperware telah tidur panjang nan damai.
Wassalam.
Ditulis di Denpasar Utara, 19 April 2025.
(us)
Referensi:
1. https://associe.co.id/berita/tupperware-bangkrut/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI