Mohon tunggu...
Umi Setyowati
Umi Setyowati Mohon Tunggu... Wiraswasta

Suka membaca apa saja, sesekali menulis sekedar berbagi cerita.

Selanjutnya

Tutup

Diary

War Takjil: Toleransi dalam Keberagaman.

7 Maret 2025   01:26 Diperbarui: 7 Maret 2025   01:28 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Takjil di Batu (foto:Sholeh/ketik co,id)

Ramadan tidak hanya tentang puasa, tetapi juga tentang toleransi dan keberagaman. "War Takjil" menjadi contoh nyata tentang toleransi dan keberagaman.

Ramadan membawa keberkahan bagi semua, dalam suasana kebaikan dan kebersamaan di seluruh penjuru nusantara, tak terkecuali bagi pedagang makanan berbuka puasa atau penjual takjil.

Takjil dalam bahasa Arab berarti "mempercepat" dan kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia, memberi makna baru pada istilah takjil yaitu, sebagai makanan berbuka puasa.

Salah satu fenomena yang paling menarik selama ramadan adalah tren "war takjil" yaitu tradisi berburu makanan berbuka puasa yang telah menjadi budaya Indonesia.

Namun, apa yang membuat war takjil begitu istimewa adalah tidak hanya umat muslim yang mengikuti tradisi ini, tetapi juga teman-teman non muslim yang dengan antusias berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Fenomena ini menunjukkan bahwa toleransi dan keberagaman dapat tumbuh dari hal-hal kecil yaitu berbagi makanan dan kegiatan sosial lainnya 

Tren War Takjil dan Toleransi.

"War Takjil" telah menjadi fenomena yang sangat populer di Indonesia terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan juga di Malang 

Setiap tahun ribuan orang berbondong-bondong ke pasar takjil dan diikuti pula oleh teman-teman non muslim yang ingin merasakan suasana ramadan dan berbagi kebahagiaan dengan komunitas muslim 

War Takjil Sebagai Ladang Amal.

Disamping menjadi ajang berburu makanan berbuka puasa, war takjil juga menjadi ladang amal bagi umat muslim.

Banyak penjual takjil menyedikan makanan berbuka secara gratis untuk orang -orang yang tidak mampu membelinya 

Selain itu beberapa organisasi sosial dan komunitas muslim juga menggunakan kesempatan war takjil sebagai kesempatan untuk berbagi makanan dan kebahagiaan dengan masyarakat sekitar.

Dampak Sosial.

Fenomena"War Takjil" memiliki dampak sosial yang positif, antara lain:

1. Meningkatkan toleransi dan keberagaman - menunjukkan bahwa umat muslim dan non-muslim dapat bersatu dan berbagi kebahagiaan dalam satu acara.

2. Meningkatkan kesadaran sosial - banyak penjual takjil yang menyediakan secara gratis untuk orang -orang yang tidak mampu - menunjukkan kesadaran yang tinggi.

3. Meningkatkan kegiatan sosial - war takjil menjadi kesempatan masyarakat untuk berkumpul dan berbagi kebahagiaan - meningkatkan kegiatan sosial dan kebersamaan.

4. Meningkatkan ekonomi lokal - war takjil juga menjadi kesempatan bagi penjual takjil untuk meningkatkan perekonomian lokal dengan menjual makanan berbuka puasa yang lezat dan khas.

Dampak Ekonomi.

Fenomena War Takjil memiliki beberapa dampak ekonomi yang positif, antara lain;

1. Meningkatkan pendapatan pedagang - war takjil menjadi kesempatan pedagang untuk meningkatkan pendapatannya dengan menjual makanan berbuka puasa yang beraneka ragam dan lezat.

2. Meningkatkan konsumsi makanan - war takjil meningkatkan konsumsi makanan berbuka puasa sehingga meningkatkan permintaan bahan baku dan industri makanan.

3. Meningkatkan pendapatan daerah -;war takjil juga menjadi kesempatan bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan pendapatan dengan mengenakan pajak atau retribusi pada pedagang.

4. Meningkatkan kesempatan kerja - war takjil juga membuka peluang kerja yang dibutuhkan sebagai karyawan warung atau pekerja di industri makanan.

Kesimpulan..

"War Takjil" telah menjadi fenomena yang sangat menarik di Indonesia, tidak hanya sebagai ajang berburu makanan berbuka puasa, tetapi juga sebagai simbol toleransi dan keberagaman.

Dengan melibatkan umat muslim dan non-muslim, war takjil menunjukkan bahwa kebersamaan dan kebahagiaan dapat tumbuh dari hal-hal kecil seperti berbagi makanan.

Oleh karena itu, mari kita terus mempertahankan nilai -nilai toleransi dan keberagaman yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

(us)

# ramadan bercerita hari 4

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun