Mohon tunggu...
Umar Khayam
Umar Khayam Mohon Tunggu... Penulis

Seseorang pembelajar. Kegiatan saat ini selain menulis juga berprofesi sebagai coach dan terapis energetik dengan modalitas Body Communication Resonance (BCR)

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Janji Tersembunyi di Balik Rasa Menyesal: Memahami Pilihan dan Bebas dari Batang-Bayang Masa Lalu

16 Oktober 2025   00:05 Diperbarui: 16 Oktober 2025   00:46 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Janji Tersembunyi di Balik Rasa Menyesal: Memahami Pilihan dan Bebas dari Bayang-bayang Masa Lalu

*Janji Tersembunyi di Balik Rasa Menyesal: Memahami Pilihan dan Bebas dari Bayang-bayang Masa Lalu*


Ada momen kecil yang tiba-tiba membuat dada terasa sesak: kamu membeli sesuatu yang sudah lama diidamkan, tapi ketika barang itu di tangan, ada ruang hampa di mana seharusnya ada sukacita. Aku pernah begitu. Bukan cuma soal barang --- bisa juga keputusan, hubungan, atau gelar yang dikejar. Tulisan ini bukan ceramah teori; ini undangan untuk menoleh ke dalam dengan lembut, membaca apa yang tubuh dan kenanganmu masih rahasiakan, lalu memilih dengan lebih bebas.

Gunakan logika untuk melihat pola. Gunakan rasa untuk meraba bekasnya di tubuh. Di sinilah letak kunci yang sering terlupakan.

Observasi kecil sebelum kita bicara:

Sebelum membahas teori atau memberi saran, lakukan observasi singkat ini --- hanya 3 menit:

1. Ingat satu hal terakhir yang membuatmu "harus" membeli atau memilih sesuatu.

2. Rasakan tubuh saat mengingatnya: di mana ada ketegangan, hangat, atau kekosongan?

3. Tanyakan: "Apa yang sebenarnya kumau dapatkan dari hal ini selain benda itu sendiri?"

Observasi sederhana ini sering membuka pintu: rasa yang tampak soal "barang" sebenarnya tersambung ke rasa aman, diterima, dihargai, atau janji yang pernah dibuat ketika kecil.

Sudut pandang yang jarang ditulis --- janji emosional sebagai program tubuh

Banyak tulisan membahas perilaku konsumsi lewat ekonomi, psikologi kognitif, atau pemasaran. Yang mungkin jarang dibicarakan secara praktis adalah:
Setiap keputusan kita bisa menjadi cara tubuh menunaikan 'janji' yang dibuat di masa kecil. Janji ini bukan kata-kata yang kita ingat---ia berupa perasaan, kebiasaan, dan respons otomatis (somatic memory).

Contoh: anak yang sering mendengar "Tidak sekarang, kita tak mampu" mungkin berjanji di hatinya: "Saat aku mampu, aku akan punya semua itu." Ketika dewasa, memiliki barang itu terasa bukan hanya soal memuaskan keinginan---tetapi menunaikan janji untuk menghapus rasa tak cukup. Jika kenyataan tak memenuhi bayangan janji itu, muncullah penyesalan.

Ini bukan menyalahkan; ini menjelaskan kenapa penyesalan muncul meski keputusan tampak rasional.

Hal-hal fundamental yang sering terlupakan

1. Tubuh menyimpan janji. Memori emosional terekam di otot, napas, reaksi --- bukan hanya di kepala.

2. Penyesalan sering bicara bahasa yang berbeda. Ia bukan selalu soal "salah memilih", tapi tanda konflik antara janji lama dan kondisi sekarang.

3. Pembebasan butuh ritual kecil. Sekadar menyadari tidak cukup; perlu tindakan yang menghormati pengalaman masa lalu tanpa mengikat masa kini.

4. Investasi terbaik sering berwujud pengalaman, bukan barang. Ini bukan norma moral, melainkan strategi untuk mengurangi pengulangan janji yang tak lagi relevan.

Pengalaman (cerita singkat pengalaman)

Beberapa tahun lalu aku membeli sebuah jam mahal---impulsif, setelah melewati hari-hari penuh tekanan kerja. Saat memakainya, bukannya bangga, aku panik: "Kenapa aku butuh ini?" Setelah duduk tenang dan mengecek napas, aku menyadari: ada suara kecil yang mengatakan, "Tunjukkan pada dunia bahwa aku sudah berhasil." Suara itu bukan suara masa kini --- ia suara seorang remaja yang takut dianggap biasa. Mengakui itu bukan membuat aku gagal; malah memberiku ruang untuk memilih ulang: apakah jam itu simbol pertumbuhan yang kukehendaki, atau sekadar membayar tagihan janji masa lalu? Aku memutuskan untuk menyimpan sebagian nilai jam itu sebagai dana kursus yang selama ini kutunda. Hasilnya: lebih sedikit rasa menyesal, lebih banyak rasa berkembang.

Cara praktis: Framework 3-Opsi dan Evaluasi

Saat dorongan membeli/menentukan hadir, jalankan cepat ini:

Opsi A --- Beli sekarang (Kepuasan langsung)

* Tanyakan: Apa yang akan hilang/bertambah secara emosional setelah membeli?

* Check somatic: Adakah lega sesaat, diikuti rasa kosong?

Opsi B --- Tunda & Simpan (Pengendalian diri)

* Tanyakan: Apa biaya peluang? Apa yang bisa kugapai jika nunggu 3 bulan?

* Check somatic (respons tubuh): Adakah rasa aman saat menunda?

Opsi C --- Alihkan ke pengalaman/skill (Investasi jangka panjang)

* Tanyakan: Pelajaran atau koneksi apa yang bisa kubuka?

* Check somatic (respons tubuh): Apakah tubuh merasa ringan ketika membayangkan belajar/berkembang?

Gunakan metrik sederhana: Waktu, Biaya, Energi, Peluang Masa Depan, Risiko Penyesalan.

Contoh checklist singkat (centang sebelum tindakan):

* [ ] Saya bisa menjelaskan alasan emosional di balik keinginan ini dalam satu kalimat.

* [ ] Tubuh saya tenang saat membayangkan tidak membeli.

* [ ] Ada alternatif pengalaman yang memberi hasil jangka panjang.

Latihan melepaskan janji lama (praktik 10 menit)

1. Duduk tenang 3 menit, perhatikan napas.

2. Panggil memori kecil saat kamu berjanji (bisa berupa kata yang pernah didengar, suasana ketika tak diberi).

3. Tanyakan pada tubuh: "Apa yang kau minta saat itu?" Biarkan jawaban muncul tanpa menghakimi.

4. Buat ritual ringkas: tulis satu kalimat yang dimaksudkan untuk melepaskan janji itu (mis. "Aku berterima kasih pada janji itu; kini aku memilih berbeda.").

5. Lakukan tindakan simbolik kecil: lipat kertas, bakar di lilin (aman), atau simpan di kotak sebagai tanda bahwa janji itu diakui tapi tak menentukan hari ini.

Ritual ini bukan sulap; ia memberi penanda psikologis yang membantu tubuh mengubah respons otomatis.

Rekomendasi akhir --- Pilih kebebasan

Kembangkan rasa ingin tahu tentang motif emosionalmu setiap kali ingin memiliki sesuatu.

Prioritaskan Opsi C bila tujuanmu menambah kapasitas (skill, relasi, kesehatan mental).

Gunakan ritual untuk menandai transisi: pengakuan + tindakan kecil membantu mengubah program bawah sadar.

Penutup

Rasa menyesal bukanlah kegagalan moral; ia adalah sinyal. Bila kita belajar membaca sinyal itu dengan logika yang tegas dan rasa yang lembut, kita tidak hanya membuat keputusan yang lebih bijak---kita mengembalikan kebebasan pada diri sendiri. Mulailah dari observasi kecil. Satu napas. Satu pertanyaan. Satu ritual sederhana. Kebebasan besar lahir dari kebiasaan kecil yang dilakukan dengan kesadaran.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun