"Aku lagi dirumah temen, ngobrol cari kerjaan. Nanti ae telponan. Sorry ya Bos," kirimku setelah menolak panggilan Salindri.
"Ngobrol diketik ae yo," pinta Salindri.
"Iyo, tapi rodo telat mbales e," jawabku.
"Iyo. Ga pa pa. Kangen tah?" tanyaku.
"Gaakk!!!!!" jawabnya.
"Halo! Gi Ngapain?" tanyaku.
"Ndlosor ndek kasur," suaranya pelan.
"Mlumah opo murep?" tanyaku lagi.
"Emang kenapa?"
"Pingin ngerti ae," sahutku.
"Mau tahu aja. Apa mahu tahu banget?" tanya Salindri.
"Nggak suka. Aku mau tempe. Bosen tahu terus," jawabku.
Salindri ngakak.
-------
Pertama kali telponan video melalui WhatsApp, dan langsung dari Salindri. Saat itu aku masih rebahan di tempat tidur, baru bangun tidur.
" Halo !" Sapaku melihat wajahnya di layar Handphone
" Hai " Jawab Salindri.
" Mau pergi kemana?" Tanyaku.
" Kenapa emang?" Sahutnya.
" Kok, Pagi-pagi, udah dandan pake make up?"
" Emang dilarang tah? "
" Siapa yang ngelarang, ga ada".
" Ya iya lah !. Ini kan, wajah-wajah aku sendiri. Make up aku beli sendiri. Kan bukan dirimu yang beliin. Suka - suka aku dong!. Jangan protes. Kalo ga suka ngeliat di next aja, beres kan"
"Sak karepmu" Aku tertawa.
" Dirimu belum mandi tah?" Tanya Salindri.
" Males mandi pagi, dingin?"
" Pantesan baunya nyampe sini" Ujarnya.
Aku ingin tertawa tetapi aku tahan. Aku diam sejenak tertegun melihatnya.
" Ada masalah gitu sama diriku, kok ngeliatnya serius amat ?"
" Jujur ya. Kamu itu loh cantik?" Ujarku.
" Yang bener !. Salah liat kalee. Ini wajah editan, broo. Makanya kalo liat pake mata kaki. Jangan pake mata uang."
" Asem !!!!" Aku kontan ngakak.
"Katane dirimu belajar kerja ke teman? Belajar kerja apa?" tanya Salindri.
"Ini aku belajar trading. Masuk ke bursa saham New York," jawabku.
"Gimana hasile?" tanya Salindri.
"Sulit juga. Hingga hari ini aku belum paham juga," jawabku.
"Iya, emang gitu. Kalo gampang pasti banyak orang yang berhasil," tulis Salindri.
"Katanya temenku juga gitu. Bursa Saham New York memang sulit," tulisku.
"Tapi kalo nanti aku sudah bisa, aku juga belum punya duit tuk memulai trading. Tidak tahu harus gimana?" tanyaku.
"Pakai duitku aja, tapi ya dengan perjanjian bisnis. Mau gak?" ujar Salindri.
"Bagi hasil tah?" tanyaku.
"Iya, berapa persen bagi hasilnya?" tanyaku lagi.
"Dirimu 40 persen, aku 60 persen," jawab Salindri.
"Diatur boleh nggak?" tanyaku.
"Berani berapa dirimu?" tanya Salindri.
"Fifty Fifty? Deal!" jawabku.
"Namanya bisnis tentu ada ruginya juga. Gimana kalo modal habis?" tanyaku.
"Gampang aja. Dirimu harus ikut aku pulang ke rumah," jawab Salindri.
"Untuk apa?" tanyaku.
"Ya, dirimu harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu itu. He he he he he!" jawabnya.
--------
Malang 11/06/21
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI